Saat anak buang air besar lebih dari biasanya, orangtua sebaiknya lebih waspada. Pasalnya, kondisi ini bisa menjadi tanda dari diare. Apalagi, anak lebih rentan mengalami kondisi ini. Apa saja penyebab diare pada anak dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Apa itu diare pada anak?
Diare pada anak adalah kondisi saat si Kecil mengalami gangguan pencernaan yang mengakibatkan lebih sering buang air besar daripada biasanya.
Maka dari itu, orangtua perlu lebih sigap karena anak jadi lebih sering bolak-balik ke kamar mandi. Tidak hanya itu, feses si Kecil pun menjadi lebih lunak bahkan encer.
Dikutip dari Johns Hopkins Medicine, kondisi ini mungkin berlangsung selama 1—2 hari dan bisa hilang dengan sendirinya.
Apabila diare berlangsung lebih dari 2 hari, ada kemungkinan ia mengalami masalah yang lebih serius.
Ada dua jenis diare yang bisa dialami oleh anak, yaitu berikut ini.
- Diare jangka pendek (akut). Ini merupakan jenis diare yang berlangsung selama 1—2 hari serta bisa berhenti dengan sendirinya. Ada kemungkinan kondisi ini terjadi saat makanan atau minuman yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri.
- Diare jangka panjang (kronis). Jenis diare yang dialami anak satu ini bisa berlangsung selama beberapa minggu. Maka dari itu, ada kemungkinan ini bisa disebabkan oleh masalah kesehatan lainnya seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) pada anak atau penyakit usus lainnya.
Seberapa umum kondisi ini pada anak?
Tanda dan gejala diare pada anak
Tanda atau gejala awal yang sering kali dialami oleh anak adalah sakit perut bahkan hingga terasa kram.
Lalu, anak akan mengalami diare atau keluarnya feses yang lebih encer dibanding biasanya. Tidak hanya itu, ada pula beberapa gejala lainnya yang bisa dirasakan oleh anak, seperti:
- merasa harus segera ke kamar mandi untuk mengeluarkan feses,
- sakit perut yang disertai kembung,
- nyeri di bagian rektum,
- anak merasa mual dan ingin muntah,
- penurunan berat badan,
- kehilangan selera makan,
- demam, hingga
- dehidrasi
Saat terjadi diare pada si Kecil, tidak menutup kemungkinan ia mengalami dehidrasi. Kondisi ini bisa terjadi ketika asupan cairannya kurang saat diare
Berikut tanda-tanda dehidrasi pada anak yang bisa terjadi ketika diare.
- Anak jadi jarang buang air kecil.
- Bibir dan mulut menjadi kering.
- Tampak kehausan.
- Lemas.
- mata tampak cowong.
- turgor kulit melambat.
- Menjadi lebih rewel dari biasanya.
- Energi menurun dan lebih mudah mengantuk.
Pada beberapa kasus, gejala atau tanda diare yang dialami anak mungkin akan terlihat seperti masalah kesehatan lainnya.
Anda harus lebih berhati-hati karena diare parah bisa menjadi tanda penyakit serius. Segera bawa ke dokter agar mendapatkan diagnosis yang tepat.
Penyebab diare pada anak
Bisa dikatakan bahwa diare menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup melelahkan.
Akan tetapi, diare pada si Kecil juga merupakan cara tubuh membersihkan diri dari kuman maupun bakteri lainnya.
Berikut beberapa penyebab paling umum terjadinya diare yang dialami anak.
1. Perubahan pola makan
Si Kecil dapat mengalami diare karena perubahan pola makan. Sebagai contoh, ketika pencernaannya tidak menoleransi jus, buah, atau bahkan susu dalam jumlah banyak.
Apalagi, jus buah kemasan mengandung gula serta karbohidrat yang sulit diserap oleh saluran pencernaan anak.
Ini termasuk ketika anak tidak cocok dengan kandungan susu tertentu sehingga membuat perutnya kembung dan berujung diare. Akibat kondisi ini, tidak ada salahnya untuk mengganti susu anak.
2. Infeksi pada pencernaan
Penyebab diare pada si Kecil lainnya adalah infeksi di saluran pencernaan, yaitu usus. Infeksi tersebut diakibatkan oleh virus (paling umum), bakteri, serta parasit.
Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan si Kecil mengalami diare karena keracunan makanan.
- Infeksi virus. Infeksi yang terjadi akibat virus biasanya berasal dari rotavirus sehingga menyebabkan terjadinya diare cair. Jenis virus ini biasa terjadi di musim dingin atau musim hujan. Lalu, ada pula virus gastroenteritis yang menyebabkan flu perut pada anak. Tidak hanya diare, si Kecil juga bisa mengalami mual serta muntah.
- Bakteri. Berbagai jenis bakteri penyebab diare di antaranya adalah E. Coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella. Jenis bakteri inilah yang membuat anak keracunan makanan sehingga mengalami diare.
- Parasit. Infeksi dari parasit yang menjadi penyebab diare biasanya berasal dari giardiasis dan kriptosporidiosis.
3. Penyebab lainnya
Sudah dijelaskan sedikit di atas bahwa diare merupakan hal yang umum terjadi pada anak.
Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang membuat diare atau mencret menjadi masalah kesehatan yang cukup serius, seperti berikut ini.
- Masalah pada saluran pencernaan, seperti penyakit radang usus atau intususepsi.
- Penyakit yang mengganggu pencernaan (malabsorpsi), seperti cystic fibrosis atau penyakit celiac.
Faktor risiko diare pada anak
Seperti yang sudah diketahui bahwa si Kecil bisa mengalami diare ketika terjadi gangguan pencernaan.
Sebagai orangtua, Anda juga perlu tahu bahwa ada beberapa kondisi lainnya yang bisa meningkatkan risiko si Kecil mengalami diare, seperti:
- perjalanan ke luar kota atau luar negeri,
- berenang di kolam atau danau yang ternyata tercemar,
- kondisi tempat penitipan atau sekolah yang kotor, dan
- penggunaan antibiotik.
Diagnosis diare pada anak
Hal pertama yang akan dilakukan dokter adalah bertanya mengenai gejala, bagaimana riwayat kesehatan anak, serta melakukan pemeriksaan fisik.
Apabila diperlukan, ada kemungkinan ia juga akan melakukan tes laboratorium untuk pemeriksaan feses serta darah.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa jenis bakteri atau virus penyebab diare pada si Kecil.
Berikut beberapa pertanyaan yang mungkin juga akan ditanyakan dokter kepada Anda.
- Apa asupan makanan atau minuman yang terakhir dikonsumsi?
- Kapan gejala mulai muncul dan seberapa sering buang air besar?
- Apakah diare berair dan muncul darah?
Lalu, ada kemungkinan dokter akan menggunakan sigmoidoskopi untuk memeriksa bagian dalam usus besar anak.
Ini membantu untuk mengetahui penyebab diare, sakit perut, sembelit, hingga perdarahan.
Bagaimana cara mengatasi dan mengobati diare pada anak?
Perawatan yang bisa dilakukan saat si Kecil mengalami diare sebenarnya bergantung pada gejala, usia, dan riwayat kesehatan anak serta seberapa parah kondisinya.
Perlu diketahui orangtua bahwa apabila disebabkan oleh virus, diare bisa berhenti dengan sendirinya.
Apabila disebabkan oleh bakteri, tidak menutup kemungkinan si Kecil membutuhkan obat diare anak seperti antiobiotik. Jangan memberikan obat diare dewasa untuk memadatkan feses.
Diare pada si Kecil mungkin saja malah bertambah parah jika Anda tidak mendampinginya dengan cara yang tepat.
Nah, agar tidak salah langkah, berikut adalah beberapa cara mengatasi diare pada si Kecil yang bisa dilakukan di rumah.
- Pastikan anak mendapatkan asupan air putih yang cukup guna mencegah dehidrasi.
- Berikan cairan oralit bila anak berusia di atas 6 bulan.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dalam porsi yang kecil.
Bila hal di atas sudah Anda lakukan tetapi anak masih diare, maka segeralah berkonsutasi kepada dokter. Biasanya dokter akan meresepkan zinc dan probiotik untuk pencernaan anak.