Tidak hanya orang dewasa, zat besi untuk bayi pun sangat penting dan harus tercukupi. Kekurangan zat besi tentu bisa berpotensi mengganggu tumbuh kembang bayi. Kenali ciri bayi Anda kekurangan zat besi dan cara mengatasinya dengan tepat berikut ini.
Apa itu kekurangan zat besi pada bayi?
Zat besi sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kekurangan atau defisiensi zat besi merupakan penyebab utama dari penyakit anemia pada bayi.
Defisiensi zat besi terjadi karena kadar zat besi dalam tubuh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019 oleh Kementerian Kesehatan, kebutuhan zat besi bayi menyesuaikan dengan rentang usianya yakni sebagai berikut.
- 0—5 bulan sebesar 0,3 mg per hari.
- 6—11 bulan sebesar 11 mg per hari.
- 1—2 tahun sebesar 7 mg per hari.
Bayi yang baru lahir menyimpan cadangan zat besi dalam tubuhnya. Namun, tetap saja mereka memerlukan zat besi tambahan.
Tidak hanya dari suplemen, tetapi juga dari ASI dan makanan pendamping (MPASI).
Ciri-ciri bayi yang kekurangan zat besi
Bayi membutuhkan zat besi agar otak mereka berkembang secara normal. Bayi yang kekurangan zat besi sering kali memiliki tanda kurang aktif secara fisik dan berkembang lebih lambat.
Melansir jurnal Paediatrics Child Health, ada ciri-ciri lain yang mungkin bisa Anda amati saat bayi kekurangan zat besi, di antaranya sebagai berikut.
Kemudian pada tahap lanjut, ciri-ciri yang ditunjukkan dari bayi yang kekurangan zat besi adalah sebagai berikut.
1. Mudah lelah
Bayi bisa mudah lelah saat kekurangan zat besi karena daya tahan tubuhnya menurun. Hal ini membuat ia lebih rentan mengalami infeksi terus-menerus.
Misalnya, bayi tidak henti-hentinya mengalami batuk, pilek, demam, dan diare secara bergantian.
2. Daya pikir terhambat
Selain itu, daya pikirnya juga terhambat karena perkembangan otak anak mengalami keterlambatan.
Hal ini berpotensi menurunkan kecerdasan bayi sehingga tidak sama dengan teman sebayanya.
3. Mengalami anemia
Jika kondisi kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi ini dibiarkan dalam jangka panjang, bayi mungkin saja mengalami anemia defisiensi besi.
Parahnya, kondisi ini bisa berujung pada pertumbuhan anak yang terhambat hingga mengalami stunting dengan ciri tubuh anak pendek.
Siapa saja bayi yang berisiko mengalami kekurangan zat besi?
Dalam hal ini, bayi yang berisiko tinggi mengalami ciri-ciri kekurangan zat besi adalah sebagai berikut.
- Lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah.
- Minum susu sapi atau susu kambing sebelum usia 1 tahun.
- Diberi ASI, tapi tidak diberikan makanan pendamping ASI yang mengandung zat besi setelah usia 6 bulan.
- Minum susu formula yang tidak diperkaya dengan zat besi.
- Bayi minum susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai lebih dari sekitar 710 mililiter sehari.
- Memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti infeksi kronis.
- Terpapar timbal.
- Kurang makan makanan kaya zat besi.
- Kelebihan berat badan atau obesitas pada anak.
Bagaimana cara mengatasi bayi kekurangan zat besi?
Salah satu penyebab utama kekurangan zat besi pada si Kecil adalah minimnya perhatian orangtua terhadap kandungan zat besi yang disiapkan dalam makanan untuk bayi (MPASI).
“Sering kali orangtua lebih memperhatikan kandungan karbohidrat dan hanya memasukkan sayur tanpa benar-benar menghitung asupan zat besi serta gizi lainnya pada MPASI,” ujar Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, seorang profesor gizi medik.
Oleh karena itu, memperhatikan asupan dalam makanan merupakan salah satu cara untuk mencegah dan mengatasi kekurangan zat besi pada bayi.
Selama enam bulan pertama, bayi yang disusui akan mendapatkan zat besi yang berjumlah tidak banyak dari ASI.
Jika menyusui bukan pilihan, gunakan susu formula bayi yang diperkaya zat besi dan dibeli di toko untuk 12 bulan pertama. Formulanya harus berbahan dasar susu sapi.
Begitu bayi makan makanan padat, jumlah zat besi yang mereka butuhkan tergantung pada usia mereka.
Jika diperlukan, tanda kekurangan zat besi yang muncul pada bayi bisa diatasi dengan pemberian suplemen zat besi untuk anak atas rekomendasi dokter.
Prof. Tati, begitu sapaan dari Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, menyarankan untuk tidak memberikan suplemen pada bayi yang sudah berusia 6 bulan.
“Suplemen untuk bayi yang sudah bisa makan MPASI baru boleh diberikan jika pemberian MPASI kaya zat besi tidak juga mempan,” ujar Prof. Tati.
Perlu diingat bahwa pemberian suplemen dalam jangka panjang jangan sampe membawa efek samping, seperti bayi kelebihan zat besi.
Jika ragu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Dengan begitu, Anda bisa menemukan cara yang tepat untuk mengatasi gejala kekurangan zat besi pada bayi Anda.
Kesimpulan
Ciri kekurangan zat besi pada bayi dapat dikenali dan diatasi. Pastikan menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak Anda pada jalurnya dengan memberi makanan kaya zat besi dan
zat gizi untuk bayi lainnya.
[embed-health-tool-child-growth-chart]