Rituximab (rituksimab) adalah obat untuk mengatasi kanker darah (leukemia) dan penyakit autoimun seperti artritis reumatoid. Obat ini tergolong keras sehingga hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Rituximab (rituksimab) adalah obat untuk mengatasi kanker darah (leukemia) dan penyakit autoimun seperti artritis reumatoid. Obat ini tergolong keras sehingga hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Golongan obat: Imunosupresan
Merek obat: Mabthera, Rituxanbe, Truxima, Rituxikal, Redditux
Rituximab adalah obat yang mengandung protein yang ada pada kekebalan tubuh, yaitu antibodi monoklonal. Protein ini berasal dari organisme yang hidup sehingga disebut sebagai pengobatan biologis.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh memicu peradangan untuk melindungi tubuh dari infeksi.
Namun, dalam beberapa kondisi, kumpulan sel darah putih pada sistem imun bernama sel limfosit B memicu inflamasi yang tidak diperlukan.
Sel limfosit B justru akan menyerang jaringan yang normal. Kondisi ini kerap dijumpai pada penyakit autoimun.
Cara kerja rituksimab adalah dengan menempel pada permukaan sel limfosit B. Saat rituximab menempel sel, nantinya sel tersebut akan mati.
Secara spesifik, obat ini membantu menangani berbagai jenis penyakit, seperti:
Berdasarkan data BPOM, sediaan rituximab di Indonesia terdiri dari larutan injeksi dengan konsentrasi 10 mg/ml dan kemasan vial berisi cairan sebanyak 10 ml atau 50 ml.
Dosis rituximab yang ditetapkan berguna untuk mengurangi risiko overdosis obat. Inilah dosis yang digunakan berdasarkan keluhan yang timbul.
Berikan dosis sebesar 1.000 mg dan dibagi menjadi 2 dosis setiap 2 minggu sekali.
Pengobatan berikutnya diberikan setiap 24 minggu atau sesuai dengan kondisi, tetapi kurang dari 16 minggu sekali. Rituximab diberikan melalui infus intravena.
Infus pertama diberikan 50 mg/jam dan ditingkatkan sebanyak 50 mg/jam lagi setiap 30 menit.
Dosis berikutnya dapat diberikan sebanyak 100 mg/jam dan ditingkatkan lagi sebesar 100 mg setiap 30 menit. Kecepatan maksimum 400 mg/jam.
Untuk kasus sedang hingga berat, rituximab diberikan sebesar 1.000 mg. Dosis dibagi menjadi 2 kali setiap 2 minggu sekali.
Dosis lanjutan diberikan sebesar 500 mg pada bulan pengobatan ke-12 dan ke-18. Lalu, berikan lagi rituximab 6 bulan setelah jadwal pengobatan terakhir.
Infus pertama diberikan pada 50 mg/jam dan ditingkatkan lagi hingga 50 mg setiap 30 menit. Dosis rituximab selanjutnya diberikan sebesar 100 mg/jam dan meningkat hingga 100 mg setiap 30 menit.
Dosis maksimum sebesar 400 mg/jam. Saat kambuh, dosis dapat diberikan sebesar 1.000 mg melalui infus. Dosis harus diberikan 16 minggu ke atas jadwal terakhir.
Dosis untuk orang dewasa diberikan sebanyak 375 mg/m² seminggu sekali dan dibagi ke dalam 4 dosis.
Dosis pemeliharaan diberikan sebanyak 500 mg yang dibagi menjadi 2 dosis setiap 2 minggu, lalu dilanjutkan sebesar 500 mg sekali setiap 6 bulan.
Infus rituximab pertama diberikan sebanyak 50 mg/jam setiap 30 menit. Dosis berikutnya diberikan sebesar 100 mg/jam dan bisa ditingkatkan hingga 100 mg/jam setiap 30 menit. Dosis maksimal sebesar 400 mg/jam.
Sementara itu, dosis rituksimab untuk anak-anak 2 tahun ke atas sebesar 375 mg/m² seminggu sekali selama 4 minggu. Obat diberikan melalui infus.
Pengobatan pemeliharaan diberikan dalam dosis 250 mg/m² dan dibagi ke 2 dosis terpisah setiap 2 minggu.
Lanjutkan pengobatan melalui infus dengan dosis 250 mg/m² setiap 6 bulan berdasarkan kondisi anak.
Berikan dosis sebesar 375 mg/m² sekali seminggu dan dibagi menjadi 4 atau 8 dosis melalui infus.
Sebagai alternatif, mulai 1 dosis penuh melalui infus, lalu diikuti dengan pemberian injeksi subkutan sebesar 1.400 mg seminggu sekali. Lakukan pengobatan selama 3 – 7 minggu.
Bila dikombinasikan dengan kemoterapi sebagai pengobatan induksi, dosis rituximab diberikan sebanyak 375 mg/m² pada 1 hari setiap siklus pengobatan. Obat diberikan melalui infus hingga 8 siklus.
Dosis pemeliharaan diberikan sebanyak 375 mg/m² setiap 3 bulan sekali melalui infus. Pengobatan dimulai 3 bulan setelah dosis terakhir pengobatan induksi.
Sebagai alternatif, beri setidaknya 1 dosis penuh infus rituximab pada siklus pertama pengobatan, lalu lanjutkan dengan suntik subkutan sebesar 1.400 mg hingga 8 siklus pengobatan.
Dosis pemeliharaan diberikan sebanyak 1.400 mg sekali setiap tiga bulan melalui injeksi subkutan. Dosis diberikan 3 bulan setelah induksi terakhir.
Dalam kasus pengobatan ulang setelah kambuh, dosis rituximab diberikan sebesar 1.400 mg sekali seminggu melalui suntik subkutan selama 3 minggu.
Lanjutkan pengobatan pemeliharaan mengikuti kondisi penyakit ata maksimal 2 tahun (total sebanyak 8 dosis).
Suntik subkutan dapat diberikan selama 5 menit.
Dosis diberikan sebesar 375 mg/m² melalui infus pada hari pertama setiap siklus pengobatan. Berikan sebanyak 8 siklus.
Berikan infus pertama dengan dosis sebesar 50 mg/jam dan dapat ditingkatkan hingga 50 mg/jam setiap 30 menit. Dosis dan kecepatan infus maksimum adalah 400 mg/jam.
Sebagai alternatif, mulai pengobatan dengan 1 dosis penuh rituximab yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
Selanjutnya, lanjutkan dengan injeksi rituximab subkutan sebesar 1.400 mg selama kira-kira 4 menit pada hari pertama siklus pengobatan hingga siklus kedelapan.
Berikan dosis sebesar 375 mg/m² melalui infus pada hari sebelum kemoterapi pada siklus 1 pengobatan. Lalu, berikan lagi dosis sebesar 500 mg/m² sebanyak 6 siklus pengobatan.
Alternatifnya, Anda bisa memilih pengobatan dengan 1 dosis penuh infus rituximab, diikuti dengan obat sediaan injeksi subkutan sebesar 1.600 mg selama 7 menit.
Lakukan sebanyak 6 siklus pengobatan.
Bila pasien limfoma belum pernah mendapatkan pengobatan, berikan dosis untuk pengobatan induksi sebesar 375 mg/m³ melalui infus pada 1 siklus pengobatan selama sehari. Berikan pengobatan hingga 8 siklus.
Dosis pemeliharaan diberikan sebesar 375 mg/m² setiap 2 bulan sekali melalui infus. Pengobatan ini dimulai 2 bulan setelah dosis terakhir pengobatan induksi.
Sebagai alternatif, mulai 1 dosis penuh infus rituksimab, lalu berikan injeksi atau suntik subkutan sebesar 1.400 mg selama kira-kira 5 menit pada hari pertama siklus 2 – 8 kemoterapi.
Dosis pemeliharaan pada pemberian alternatif ini diberikan sebesar 1400 mg setiap 2 bulan sekali melalui suntikan subkutan, dimulai 2 bulan setelah induksi berakhir.
Lanjutkan dosis menyesuaikan kondisi pasien atau maksimal 2 tahun atau 12 dosis.
Berikan sebesar 375 mg/m² melalui infus sekali seminggu untuk 4 dosis dengan rentang waktu 6 bulan. Dosis maksimal sebanyak 16 dosis.
Sebagai alternatif, mulai pengobatan dengan 1 dosis penuh infus rituksimab, lalu lanjutkan dengan pemberian suntik subkutan sebesar 1.400 mg selama 5 menit sekali seminggu.
Berikan hingga 3 minggu dengan rentang waktu 6 bulan. Dosis maksimum sebesar 16 dosis.
Rituximab injeksi dan infus hanya diberikan oleh dokter dan perawat yang berwenang dan berpengalaman memberikan pengobatan ini.
Sebelum diberikan obat ini, Anda akan mendapatkan pengobatan lain sebelumnya atau pemedikasi berupa kombinasi parasetamol dan antihistamin.
Jika rituximab tidak digunakan sebagai kemoterapi, dokter mungkin akan memberikan obat glukokortikoid.
Seperti obat pada umumnya, rituksimab bisa menimbulkan efek samping pada beberapa orang.
Sebagian besar efek samping terasa ringan hingga sedang, tetapi beberapa mungkin serius dan memerlukan perawatan. Ada beberapa reaksi yang bersifat fatal, tetapi jarang terjadi.
Sediaan infus bisa menyebabkan reaksi dalam waktu 24 jam pertama. Anda mungkin bisa merasakan demam, kedinginan, dan menggigil. Dalam kasus yang lebih jarang, reaksi infus membuat Anda merasa:
Sementara itu, sediaan injeksi menyebabkan reaksi lokal atau reaksi yang hanya timbul di bagian yang disuntik, seperti:
Pengobatan rituximab membuat Anda riskan mengalami infeksi. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami tanda-tanda infeksi, seperti:
Jika infeksi sudah semakin parah, muncul kemungkinan kondisi bernama leukoensefalopati multifokal progresif. Kondisi ini ditandai oleh adanya:
Selain itu, inilah efek samping yang umum dijumpai saat menggunakan rituksimab.
Jangan gunakan rituximab jika Anda memiliki kondisi berikut.
Beri tahu dokter jika Anda memiliki kondisi berikut ini.
Beri tahu dokter jika menduga, sedang, atau berencana hamil. Obat ini bisa terserap ke dalam plasenta dan memengaruhi janin.
Obat ini juga masuk ke ASI dalam jumlah kecil. Meski demikian, efek panjang yang memengaruhi janin belum diketahui hingga saat ini.
Oleh karena itu, Anda tidak dianjurkan menyusui hingga 12 bulan setelah pemberian pengobatan.
Beberapa obat terbukti bisa memengaruhi kinerja rituximab dan sebaliknya. Beri tahu jika Anda mengonsumsi obat-obat berikut.
Rituximab adalah obat-obatan yang berguna untuk menekan reaksi imun agar tidak menyerang bagian tubuh yang sehat.
Selain itu, obat ini menangani salah satu jenis kanker, seperti leukemia dan kanker kelenjar getah bening.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.
Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar