Flukonazol atau fluconazole adalah obat yang berguna untuk mengobati infeksi jamur. Obat ini mampu mengurangi pertumbuhan jamur yang tumbuh di berbagai bagian tubuh, seperti alat kelamin, mulut, tenggorokan, perut, paru-paru, dan darah.
Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Flukonazol atau fluconazole adalah obat yang berguna untuk mengobati infeksi jamur. Obat ini mampu mengurangi pertumbuhan jamur yang tumbuh di berbagai bagian tubuh, seperti alat kelamin, mulut, tenggorokan, perut, paru-paru, dan darah.
Flukonazol tergolong obat keras sehingga Anda bisa mendapatkannya hanya dengan resep dokter.
Golongan obat: Antifungal.
Merek dagang: Diflucan, Flucoral, Quazol, Fludis, Kifluzol.
Flukonazol adalah adalah obat antifungi yang memberantas infeksi jamur pada tubuh dengan cara menghentikan pembentukan dinding sel jamur.
Mengutip situs PubChem, obat ini juga digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur pada pasien kemoterapi dan radiasi sebelum melakukan transplantasi sumsum tulang belakang. Pasalnya, prosedur transplantasi berisiko menyebabkan infeksi jamur.
Obat ini juga berguna untuk orang dengan gangguan imun, seperti AIDS.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), fluconazole di Indonesia beredar dalam bentuk kapsul dengan dosis 50 mg dan 150 mg. Obat ini juga berbentuk infus dengan dosis 2 mg/ml.
Inilah dosis flukonazol infus yang digunakan berdasarkan masalah kesehatan yang timbul.
Dosis awal untuk infeksi kandidiasis di orofaring (bagian tengah tenggorokan) yaitu 200–400 mg, dilanjutkan 100–200 mg sehari sekali selama 7–21 hari atau hingga gejala penyakit berkurang.
Untuk pencegahan kekambuhan pada pasien HIV, dosis flukonazol infus sebesar 100–200 mg sehari sekali atau 200 mg tiga kali per minggu. Kecepatan infus sebesar 10 ml/menit
Untuk anak 0–14, hari pertama diberikan flukonazol infus sebanyak 6 mg/kg berat badan.
Selanjutnya, dosis menjadi 3 mg/kg berat badan setiap 72 jam. Dosis maksimal sebesar 12 mg/kg berat badan dalam waktu 72 jam.
Pemberian fluconazole untuk anak berusia 28 hari–11 tahun dimulai dengan dosis 6 mg/kg berat badan, lalu dosis disesuaikan menjadi 3 mg/kg berat badan sehari sekali.
Pemberian flukonazol infus pertama sebesar 200–400 mg, dilanjutkan dengan dosis 100–200 mg sehari sekali selama 14–30 hari atau hingga gejala berkurang.
Durasi yang lebih panjang biasanya diberikan pada penderita kelemahan imun.
Untuk mencegah kekambuhan pada penderita HIV, dosis diberikan sebesar 100–20 mg sehari sekali atau sebanyak 200 mg tiga kali sehari.
Pemberian flukonazol infus pada anak-anak berusia 0–14 hari sebesar 6 mg/kg berat badan, lalu dosis menyesuaikan menjadi 3 mg/kg berat badan setiap 72 jam.
Dosis maksimal sebesar 12 mg/kg berat badan. Untuk anak-anak berusia 15–27 hari, dosis awal flukonazol sebesar 6 mg/kg berat badan, dosis selanjutnya sebesar 3 mg/kg berat badan setiap 48 jam.
Pemberian dosis maksimal sebesar 12 mg/kg berat badan dalam jangka waktu 48 jam.
Anak-anak berusia 28 hari sampai 11 tahun mendapatkan dosis permulaan sebesar 6 mg/kg berat badan, dilanjutkan dengan 3 mg/kg sehari sekali.
Pemberian dosis infus 200–400 mg sekali sehari dalam jangka waktu 11–24 bulan atau lebih lama, tergantung pada keparahan infeksi.
Dosis ditingkatkan menjadi 800 mg untuk pengidap meningitis atau penyakit selaput otak lainnya.
Dosis untuk infeksi kriptokokus diberikan sebanyak 400 mg pada permulaan, lalu dosis disesuaikan menjadi 200–400 mg sehari sekali setidaknya selama 6–8 minggu.
Untuk pencegahan kekambuhan pada orang yang berisiko, obat infus diberikan sebesar 200 mg per hari. Bila kondisi sudah mengancam, dosis bisa meningkat hingga 800 mg.
Sementara itu, anak berusia 4 minggu sampai 11 tahun mendapatkan dosis infus sebesar 6–12 mg/kg berat badan sehari sekali.
Berikut ini adalah dosis flukonazol secara oral.
Dosis sebesar 200–400 mg pada hari pertama, lalu 100–200 mg sekali sehari selama 7–21 hari atau hingga penyakit mereda.
Berikan dosis sebesar 100–200 mg sekali sehari atau 200 mg tiga kali seminggu untuk pencegahan kekambuhan pada pasien HIV.
Untuk usia 0–14 tahun, dosis permulaan sebesar 6 mg/kg berat badan, lalu disesuaikan sebesar 3 mg/kg berat badan setiap 72 jam. Dosis maksimal sebesar 12 mg/kg berat badan setiap 72 jam.
Untuk anak-anak usia 15–27 hari, dosisnya sebesar 6 mg/kg berat badan, lalu 3 mg/kg berat badan setiap 48 jam. Asupan dosis maksimal 12 mg/kg berat badan setiap 48 jam.
Pemberian dosis fluconazole pertama pada anak usia 28 hari–11 tahun adalah 6 mg/kg berat badan, lalu 3 mg/kg berat badan sekali sehari.
Dosis dimulai sebesar 200–400 mg pada hari pertama, diikuti sebesar 100–200 mg sekali sehari selama 14–30 hari hingga kondisi membaik.
Untuk menghindari kondisi kambuh pada pasien HIV, dosis flukonazol sebesar 100–200 mg sekali sehari atau 200 mg tiga kali seminggu.
Untuk usia 0–14 hari, dosis awal sebesar 6 mg/kg berat badan. Lalu, dosis disesuaikan sebanyak 3 mg/kg berat badan setiap 72 jam. Dosis maksimal sebanyak 12 mg/kg berat badan setiap 72 jam.
Untuk anak usia 15–27 hari, dosis pertama sebesar 6 mg/kg berat badan, lalu pemberian dosis diikuti sebesar 3 mg/kg berat badan setiap 48 jam.
Dosis tertinggi sebesar 12 mg/kg berat badan setiap 48 jam. Pengukuran dosis awal untuk anak usia 28 hari–11 tahun sebesar 6 mg/kg berat badan, lalu 3 mg/kg berat badan sekali sehari.
Obat ini akan diberikan pada pasien balanitis dan kandidiasis vagina sebesar 150 mg dalam satu dosis.
Untuk kandidiasis vagina berulang sebanyak empat kali dalam setahun, dosis diberikan sebanyak 150 mg setiap hari pertama, keempat, dan ketujuh dalam satu minggu.
Agar tidak kambuh, obat diberikan sebanyak 150 mg seminggu sekali selama sebulan.
Pengukuran dosis orang dewasa dimulai dari 400 mg pada hari pertama, lalu 200 mg–400 mg sehari sekali selama 6–8 minggu atau lebih lama jika diperlukan.
Dosis bisa meningkat hingga 800 mg bila kondisi semakin parah. Agar tidak kambuh, dosis diberikan lagi sebanyak 200 mg hingga tidak muncul gejala.
Anak-anak usia 4 minggu–11 tahun diberikan dosis pertama sebanyak 6–12 mg/kg berat badan sekali sehari. Agar tidak kambuh, dosis diberikan lagi sebanyak 6 mg/kg berat badan sekali sehari
Selalu konsumsi flukonazol kapsul sesuai anjuran dokter. Konsumsi obat dengan air minum dan ditelan langsung. Pastikan Anda minum obat pada waktu yang sama setiap harinya.
Pemberian flukonazol infus harus dilakukan oleh dokter atau perawat. Obat ini dialirkan secara perlahan langsung ke dalam pembuluh darah. Obat ini tidak perlu diencerkan dengan kandungan apa pun.
Seperti obat pada umumnya, obat ini bisa memicu efek samping. Efek ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Jangan konsumsi obat flukonazol jika Anda memiliki alergi flukonazol atau obat antijamur lainnya.
Beritahu dokter jika Anda memiliki kondisi kesehatan berikut ini.
Jika Anda berencana hamil, sedang hamil, atau menyusui, jangan konsumsi obat ini.
Bila Anda mendapatkan obat ini pada trimester pertama, hal ini akan meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat tulang dan otot hingga keguguran.
Anda bisa melanjutkan menyusui setelah mendapatkan flukonazol kapsul dosis sebesar 150 mg. Jangan menyusui jika Anda mendapatkan dosis berulang.
Berikut jenis obat yang berinteraksi dengan flukonazol.
Flukonazol adalah obat untuk mengatasi infeksi jamur di berbagai bagian tubuh.
Jika Anda melewatkan dosisnya, jangan menggandakan dosis obat. Selalu ikuti petunjuk kemasan dan anjuran dokter setiap kali meminumnya.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.
Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar