Banyak orang melewatkan waktu sarapan di pagi hari. Entah karena terlambat bangun, terburu-buru beraktivitas, malas menyiapkan makanan, atau sedang mencoba menurunkan berat badan. Padahal, sarapan merupakan waktu makan yang penting. Apa alasannya? Simak ulasan berikut ini.
Apa efek melewatkan sarapan pagi bagi tubuh?
Makan pagi dapat membantu memulai proses metabolisme dan pembakaran kalori dalam tubuh Anda.
Saat ini pun sudah banyak penelitian yang menghubungkan kebiasaan makan pagi terhadap kesehatan yang lebih baik.
Sebaliknya, melewatkan makan pagi berkaitan dengan meningkatnya trigliserida, kolesterol jahat, dan risiko sindrom metabolik.
Pada beberapa penelitian ilmiah, kebiasaan ini juga terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Melewatkan makan pagi juga mengganggu jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur, waktu makan, dan puasa.
Ketika Anda bangun pagi, gula darah biasanya menjadi rendah. Hal ini sebenarnya dapat diperbaiki dengan cara sarapan.
Sarapan juga penting untuk fungsi otak anak. Anak yang sarapan dengan rutin memiliki IQ yang lebih tinggi dibanding yang makan pagi sesekali.
Makan secara teratur pada pagi hari juga membuat perilaku anak menjadi lebih baik dan meningkatkan performa akademis.
Selain itu, makan secara teratur pada pagi hari juga dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2.
Sebuah studi meta analisis menemukan bahwa orang yang tidak sarapan memiliki risiko 15 – 21% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibanding yang sarapan secara teratur.
Manfaat makan pagi hari bagi tubuh
Sarapan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memperoleh vitamin dan zat gizi lainnya melalui makanan pokok, lauk-pauk, dan sayuran.
Apabila Anda tidak makan pagi, kebutuhan gizi ini mungkin tidak akan tercukupi dalam sehari. Kebiasaan ini juga berperan penting dalam menjaga berat badan.
Sebuah penelitian dalam yang melibatkan sekitar 50.000 orang berusia 30 tahun ke atas berusaha mempelajari hal ini.
Selama seminggu, para ilmuwan meneliti perilaku makan para peserta penelitian.
Mereka mengumpulkan data mengenai berapa kali peserta makan setiap hari, berapa jam mereka berpuasa di malam hari, apakah mereka makan pagi atau tidak, serta kapan mereka makan dengan porsi paling besar.
Setelah menyesuaikan faktor demografi dan gaya hidup, peneliti menghitung rata-rata indeks massa tubuh (IMT) dari setiap kelompok.
Hasilnya, orang yang biasanya tidak sarapan pagi lebih rentan mengalami obesitas dan penyakit kronis terkait obesitas.
Tak hanya itu, sarapan juga dapat memengaruhi kesehatan tulang.
Dari hasil penelitian yang sama, terdapat hubungan antara melewatkan sarapan dengan penurunan kepadatan tulang yang akhirnya bisa memicu osteoporosis.