backup og meta

5 Hal yang Bisa Terjadi Jika Anda Tidak Sarapan

5 Hal yang Bisa Terjadi Jika Anda Tidak Sarapan

Apakah Anda sudah biasa tidak sarapan atau tidak ingin makan pagi karena belum nafsu makan? Bila demikian, Anda perlu mengetahui bahwa kebiasaan melewatkan makan pagi ternyata bisa berdampak untuk kesehatan tubuh. Apa saja hal-hal yang dapat terjadi akibat tidak sarapan?

Hal-hal yang bisa terjadi akibat tidak sarapan

Secara harfiah, “breakfast“, kata sarapan dalam bahasa inggris, berarti buka puasa. Hal ini cukup masuk akal mengingat Anda telah menghabiskan semalaman untuk tidur tanpa makan dan minum sama sekali.

Nah, kebiasaan melewatkan waktu makan di pagi hari bisa memberikan manfaat ataupun pengaruh buruk untuk kondisi tubuh, loh.

1. Perubahan berat badan 

yoga menurunkan berat badan

Beberapa studi menunjukkan melewatkan sarapan dapat mengurangi asupan kalori secara keseluruhan hingga 400 kcal per hari.

Namun, jumlah berat badan yang hilang ini bukan berasal dari pembakaran timbunan lemak, melainkan dari otot.

Ketika perut Anda tidak mengolah makanan dalam waktu lama, sistem tubuh akan beralih untuk menyimpan kalori sebanyak mungkin. Hal ini membuat metabolisme tubuh melambat.

Sistem tubuh selanjutnya mengutamakan pembakaran glukosa yang disimpan dalam otot sebagai energi cadangan. Hal ini membuat otot-otot jadi melemah.

Pembakaran energi dari jaringan otot inilah yang menyebabkan Anda lebih mudah merasa lelah dan lesu sepanjang menjalani aktivitas di pagi hari.

Jadi, melewatkan sarapan tentu bukanlah cara menurunkan badan yang ideal.

2. Perut jadi lebih mudah merasa lapar

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, saat Anda tidak sarapan, tubuh akan beralih untuk membakar energi yang tersimpan di otot.

Selain menimbulkan rasa letih dan lesu, di saat yang sama perut akan mengirimkan sinyal ke otak bahwa perut butuh diisi.

Semakin lama Anda menunda untuk mengisi perut, maka lapar tentunya akan semakin terasa.

Setelah itu, Anda akan cenderung mengonsumsi makanan yang tinggi gula dan lemak untuk mengejar ketertinggalan energi yang terbuang dari otot.

Bila kebiasaan ini terus dibiarkan, seiring waktu Anda akan mengalami peningkatan berat badan.

3. Hormon stres meningkat

pusing setelah makan

Siapa yang menyangka bahwa Anda bisa mengalami peningkatan stres akibat tidak sarapan?

Hormon stres utama yaitu kortisol berada dalam tingkat tertingginya pada jam 7 pagi. Kortisol sendiri bertugas untuk membantu tubuh mengolah gula dan lemak untuk dijadikan energi.

Nah, bila Anda tidak sarapan, kadar kortisol akan terus meningkat dan membuat Anda lebih mudah cemas dan gelisah.

Oleh karena itu, Anda harus makan pagi untuk kembali menyeimbangkan hormon ini kembali ke kadar normalnya.

4. Anda akan membakar kalori lebih banyak saat berolahraga

Sebuah studi dari British Journal of Nutrition 2013 menemukan bahwa olahraga pagi bisa membakar 20% lemak lebih banyak ketika dilakukan pada waktu perut dalam keadaan kosong.

Namun, efek dari tidak sarapan pagi ini tergantung dengan pola makan sehari-hari.

Proses pembakaran lemak karena berolahraga tanpa sarapan bisa berlangsung asalkan tubuh sudah mendapatkan asupan nutrisi yang mencukupi di malam sebelumnya.

Di samping itu, berolahraga tanpa makan pagi dapat menimbulkan efek samping.

Saat melewati sarapan, kadar gula darah di dalam tubuh cenderung rendah. Hal ini akan ikut menurunkan kadar insulin dan glikogen sehingga mengganggu fokus dan performa saat berolahraga.

5. Anda jadi cepat pikun

Kulit kepala mengelupas

Penelitian yang dilakukan oleh University of Leeds United Kingdom menunjukkan beberapa akibat yang terjadi saat anak melewati sarapan, yaitu:

  • lebih cepat lelah saat di sekolah,
  • tidak mampu berkonsentrasi, dan
  • kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan stimulasi kognitif.

Kekurangan zat besi, yodium, dan protein akibat tidak sarapan juga berkaitan dengan nilai IQ yang lebih rendah.

Selain itu, kondisi ini bisa mengarah pada penurunan rentang perhatian, gangguan memori, kecenderungan untuk terdistraksi, dan memperlambat kecepatan belajar.

Jadi, perlu sarapan atau tidak?

Pada akhirnya, pilihan untuk sarapan atau tidak sarapan kembali lagi pada preferensi pribadi. Jika Anda merasa lapar di pagi hari, sebaiknya jangan melewatkan sarapan.

Pilihlah menu sarapan yang kaya akan protein untuk membantu mengisi energi.

Namun, jika Anda tidak merasa lapar atau tidak ingin makan berat di pagi hari, Anda bisa memulai dengan mengonsumsi pengisi perut yang lebih ringan seperti protein shake, buah, atau smoothie.

Kurangi porsi makan malam Anda. Kurangi juga konsumsi alkohol dan snack “kalori kosong” di malam sebelumnya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Garaulet, M., Gómez-Abellán, P., Alburquerque-Béjar, J.J., Lee, Y.C., Ordovás, J.M. and Scheer, F.A., 2013. Timing of food intake predicts weight loss effectiveness. International journal of obesity, 37(4), pp.604-611. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23357955/

Adolphus, K., Lawton, C.L. and Dye, L., 2013. The effects of breakfast on behavior and academic performance in children and adolescents. Frontiers in human neuroscience, 7. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnhum.2013.00425/full

What Happens to the Body When Your Skip Meals? (n.d.). Piedmont Healthcare. Retrieved 11 June 2021, from https://www.piedmont.org/living-better/what-happens-to-the-body-when-you-skip-meals

The Nutritional Effects of Skipping Breakfast. (2017). Future Fit Training. Retrieved 11 June 2021, from https://www.futurefit.co.uk/content-hub/the-nutritional-effects-of-skipping-breakfast/

 

Versi Terbaru

09/09/2021

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Mengenal Gula Alkohol, Apakah Lebih Sehat dari Gula Biasa?

10 Pilihan Makanan yang Mengandung Polifenol Tinggi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 09/09/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan