backup og meta

Adakah Manfaat dari Minum Bubble Drink?

Adakah Manfaat dari Minum Bubble Drink?

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa minum bubble drink berlebihan dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit. Namun, bila kita menilik kembali setiap bahan dalam segelas bubble drink, adakah manfaat tertentu yang bisa didapat?

Kandungan gizi bubble drink

dampak buruk minum bubble tea

Bubble drink merupakan minuman yang terbuat dari teh, susu, es, serta topping berupa bola tapioka yang disebut bubble, pearl, atau boba. Topping boba pada minuman ini dibuat dengan mencampurkan tepung tapioka, pewarna makanan, dan air hangat.

Adonan tapioka lalu dibentuk menjadi bola-bola kecil dan direbus hingga matang. Bola tapioka sebetulnya tidak berasa. Jadi, kebanyakan penjual bubble drink mencampurnya dengan simple syrup yang terbuat dari air gula agar rasanya lebih manis.

Tepung tapioka seberat 50 gram mengandung energi total sebanyak 181 kkal. Setelah menjadi boba, kandungan energinya berkurang menjadi 120 kkal. Begitu ditambahkan bahan-bahan lain, kandungan kalori bubble drink tentu akan bertambah lagi.

Bubble drink bukannya tanpa manfaat, mengingat minuman ini mengandung beberapa jenis zat gizi yang diperlukan tubuh. Berikut gambaran kandungan gizi dari satu sajian bubble drink ukuran besar.

  • Energi: 317, 5 kkal
  • Protein: 1,8 gram
  • Lemak: 10,6 gram
  • Karbohidrat: 56 gram
  • Gula: 36 gram

Selain berbagai zat gizi tersebut, bubble drink juga mengandung 0,6 miligram natrium, 6,2 miligram kalium, dan 0,6 gram serat yang berasal dari boba tapioka. 

Apakah bubble tapioka memiliki manfaat bagi kesehatan?

bubble tea mengandung gula tersembunyi

Secara keseluruhan, bubble drink merupakan minuman manis, tinggi kalori, dan tinggi gula yang konsumsinya perlu dibatasi. Namun, jika ditilik dari masing-masing bahannya, di bawah ini beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan.

1. Sumber karbohidrat kompleks

Manfaat boba dalam minuman bubble sebenarnya tidak jauh berbeda dengan manfaat tepung tapioka biasa. Zat gizi utama yang bisa Anda dapatkan dari mengonsumsi bola-bola tapioka ialah karbohidrat dan gula.

Karbohidrat pada bola tapioka merupakan karbohidrat kompleks berbentuk pati. Jenis karbohidrat yang banyak terdapat pada umbi-umbian ini bertahan lebih lama di dalam saluran pencernaan. Jadi, Anda akan kenyang lebih lama setelah mengonsumsinya.

2. Menyumbangkan sedikit mineral

Bubble drink mengandung beragam mineral seperti zat besi, magnesium, mangan, dan fosfor dalam jumlah kecil yang berasal dari tepung tapioka. Tubuh Anda membutuhkan berbagai mineral tersebut untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

Sayangnya, kandungan mineral dalam bubble drink terlalu sedikit sehingga manfaat zat gizi ini mungkin tidak berdampak besar bagi tubuh. Maka dari itu, Anda tetap perlu mengimbangi kebiasaan minum bubble drink dengan konsumsi buah dan sayuran.

3. Mengandung antioksidan

Versi asli bubble drink di Taiwan memakai bahan utama berupa teh hitam yang kaya akan polifenol. Sebagai antioksidan, polifenol membantu menyehatkan pembuluh darah dan menurunkan risiko penyakit akibat tingginya kadar kolesterol.

Namun, Anda mungkin tidak bisa mendapatkan manfaat yang sama dengan meminum bubble drink. Pasalnya, bubble drink yang banyak dijual di pasaran biasanya tidak lagi mengandung teh hitam alami dan justru didominasi oleh pemanis tambahan.

4. Memberikan tubuh asupan cairan

Secara teori, manfaat bubble drink yakni membantu memenuhi kebutuhan cairan. Apalagi, satu sajian minuman bubble biasanya mengandung 250 – 500 mL air. Rasa haus setelah minum minuman ini juga bisa memicu keinginan untuk minum air putih.

Akan tetapi, ini bukanlah cara yang sehat untuk menambah asupan cairan. Meski kandungan airnya melimpah, bubble drink tetaplah minuman manis yang tinggi kalori dan gula sehingga konsumsinya perlu dibatasi.

Haruskah saya berhenti mengonsumsi bubble tapioka?

Satu-satunya manfaat yang dimiliki bubble tapioka adalah menjadi sumber energi bagi tubuh karena adanya kandungan karbohidrat dan gula. Selain itu, hampir tidak ada lagi manfaat yang bisa Anda peroleh dari memakan bola-bola kenyal ini.

Lalu, apakah Anda perlu berhenti mengonsumsinya? Jawabannya bergantung pada diri Anda sendiri. Asupan apa pun akan berdampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.

Begitu pula dengan bola tapioka yang hampir selalu menjadi topping dari bubble drink tinggi gula dan kalori. Batasi konsumsinya agar tidak lebih dari satu kali dalam seminggu (atau kurang dari itu) untuk mencegah dampak buruk bagi kesehatan.

Cobalah mengganti bubble drink dengan makanan penutup yang menyehatkan dan tidak kalah lezat, seperti buah-buahan segar atau smoothies. Dengan begitu, Anda bisa tetap merasakan nikmatnya minuman manis tanpa risiko kesehatan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Data Komposisi Pangan Indonesia (Tepung singkong/ Tapioka). (2018). Retrieved 7 May 2021, from https://www.panganku.org/id-ID/view

What Is the Nutritional Value of Boba?. (2017). Retrieved 7 May 2021, from https://www.healthline.com/health/food-nutrition/nutritional-value-of-boba

Boba Nutrition Facts. (2020). Retrieved 7 May 2021, from https://www.verywellfit.com/is-boba-healthy-4157722

Cory, H., Passarelli, S., Szeto, J., Tamez, M., & Mattei, J. (2018). The Role of Polyphenols in Human Health and Food Systems: A Mini-Review. Frontiers in nutrition, 5, 87. https://doi.org/10.3389/fnut.2018.00087

Min, J. E., Green, D. B., & Kim, L. (2016). Calories and sugars in boba milk tea: implications for obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food science & nutrition, 5(1), 38–45. https://doi.org/10.1002/fsn3.362

Versi Terbaru

05/11/2021

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

5 Manfaat Thai Tea bagi Tubuh (Plus Resepnya!)

9 Makanan dan Minuman yang Bikin Anda Lebih Cepat Tua


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 05/11/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan