backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Diet Ketofastosis, Benarkah Efektif dan Menyehatkan?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 16/08/2022

Diet Ketofastosis, Benarkah Efektif dan Menyehatkan?

Demi mencapai berat badan yang ideal, berbagai metode diet dibuat sesuai kebutuhan. Salah satunya yaitu diet rendah karbo ala ketogenik. Setelah populer di kalangan pegiat diet, kini muncul lagi modifikasi dari diet ini yang dikenal ketofastosis.

Apa itu diet ketofastosis?

Diet ketofastosis adalah diet yang dasarnya serupa dengan diet keto biasa yang dipadukan dengan fastosis. Diet keto sendiri merupakan sebuah pola makan yang berfokus pada konsumsi makanan dengan sedikit atau tanpa karbohidrat, tapi tinggi lemak.

Pada diet keto, makanan yang kaya akan karbohidrat seperti biji-bijian, roti, susu, dan beberapa sayuran haruslah dibatasi. Pelaku diet keto harus memastikan konsumsi karbohidrat per hari tidak lebih dari 50 gram.

Sementara itu, fastosis atau fasting on ketosis merupakan kondisi puasa yang dilakukan dalam keadaan ketosis.

Dengan kata lain, Anda tetap harus menjalani pola makan sesuai dengan aturan diet keto tapi hanya pada rentang waktu tertentu dan sisanya diselingi puasa. Diet ini dibuat dengan harapan pegiatnya akan mengalami kondisi ketosis yang lebih cepat.

Ketosis yaitu kondisi tubuh yang biasa menggunakan karbohidrat menggantinya dengan lemak untuk dibakar sebagai sumber energi. Puasa dipercaya bisa membantu Anda untuk mencapai kondisi ini sehingga penurunan berat badan menjadi lebih cepat.

Selain itu, makanan ketogenik juga bisa membuat puasa terasa lebih mudah. Ini karena konsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi akan membantu membuat Anda merasa kenyang.

Bagaimana cara melakukan diet ketofastosis?

Aturan melakukan diet ketofastosis berbeda dengan diet ketogenik biasa. Rentang waktu antara jam makan dengan jam berpuasa bisa berbeda tergantung dengan kondisi tubuh. Salah satu yang paling sering dilakukan yakni pendekatan 16:8, yaitu makan selama delapan jam dan berpuasa selama 16 jam.

Pendekatan 16:8 cukup mudah untuk dilakukan, karena waktu 8 jam dirasa bisa memberi kesempatan untuk makan yang cukup lama. Bahkan, kebanyakan orang juga mampu mempertahankan pola makan ini dalam jangka panjang.

Pendekatan lainnya yakni 5:2 yang melibatkan makan teratur selama lima hari dan sisa dua hari lainnya harus membatasi makan satu kali sebanyak 500 – 600 kalori. Misalnya, Anda memilih Senin sampai Jumat untuk makan normal, sedangkan akhir pekan Anda hanya makan satu kali.

Saat memasuki jam makan, berbagai jenis makanan untuk menu diet keto yang bisa dikonsumsi antara lain:

Daging yang dipilih sebaiknya daging yang segar seperti daging ayam atau sapi dan bukan daging yang telah diproses seperti sosis. Agar lebih maksimal, pilih daging organik yang hewannya diberi makan rumput.

Anda bisa makan segala jenis seafood, terutama ikan berlemak seperti salmon atau ikan-ikan yang lebih kecil seperti sarden, mackerel, atau ikan herring.

Selingi juga dengan makan buah-buahan atau sayuran yang berdaun dan berwarna hijau. Pilihan yang baik dikonsumsi saat diet ketofastosis biasanya adalah kembang kol, kubis, brokoli, zucchini, alpukat, dan buah berry.

Sayuran bisa menjadi pengganti pasta, nasi, kentang, atau pati lainnya. Beberapa orang yang melakukan diet keto juga makan lebih banyak sayuran saat memulai diet.

Hal yang harus dipertimbangkan

Diet ketofastosis memang bisa membantu tubuh untuk membakar lemak lebih cepat. Makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat juga dapat meningkatkan rasa kenyang. Hal ini tentu membantu bagi Anda yang ingin turun berat badan.

Selain itu, aliran energi dalam tubuh juga menjadi lebih stabil. Ketofastosis bisa mengurangi lonjakan gula darah sehingga energi yang didapatkan bisa bertahan lebih lama.

Namun, perlu diingat bahwa ketofastosis bukanlah sekadar diet, tapi juga melibatkan perubahan pada jam makan Anda yang biasanya.

Pada awal menjalaninya, Anda mungkin akan merasakan kelelahan. Sebab, tubuh perlu menghasilkan energi saat berpuasa. Namun, karena asupan karbohidrat terbatas, tubuh akan menggunakan bahan non-karbohidrat seperti laktat, asam amino, dan lemak.

Saat proses tersebut, laju metabolisme pada tubuh Anda akan menggunakan lebih sedikit energi. Tekanan darah serta detak jantung Anda pun menurun.

Karena itulah Anda akan merasa lelah dan lemah. Gejala ini sering membuat orang berhenti menjalani diet ketofastosis. Meski begitu, efek ini bersifat sementara. Bila terus dilakukan, seiring waktu tubuh akan beradaptasi dengan sendirinya.

Anda juga mungkin akan merasa kelaparan atau ngidam gula selama beberapa hari. Reaksi ini normal terjadi saat Anda mengurangi asupan kalori dan karbohidrat, terkadang juga bisa terkait dengan hormon Anda. Kelaparan juga bisa dipicu dari dehidrasi.

Maka dari itu, bila Anda ingin mengurangi risiko akan efek ini, pastikan untuk banyak minum air putih saat jam puasa. Tingkatkan juga asupan garam pada makanan Anda. Untuk pilihan yang lebih baik, gunakan garam laut atau garam himalaya.

Ketofastosis belum tentu cocok untuk semua orang

Terlepas dari manfaat yang diberikan, ada beberapa golongan orang yang tidak dianjurkan untuk menjalani diet ini.

Anda sebaiknya mengurungkan niat untuk melakukan diet ketofastosis bila Anda termasuk ke dalam kelompok orang yang membutuhkan asupan kalori lebih. Kelompok tersebut termasuk:

  • orang yang memiliki berat badan terlalu rendah atau di bawah indeks massa tubuh (BMI),
  • orang-yang kesulitan saat naik berat badan,
  • ibu yang sedang hamil,
  • ibu yang sedang menyusui,
  • memiliki riwayat gangguan makan (bulimia atau anorexia), serta
  • anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun.

Selain itu, Anda yang memiliki penyakit pada organ pankreas dan empedu, penyakit hati (liver), serta penyakit tiroid juga tidak disaranan untuk melakukan pola makan ketogenik.

Maka dari itu, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi bila Anda ingin menjalani diet ketofastosis.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 16/08/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan