backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Informasi Lengkap tentang Patah Tulang Leher (Fraktur Servikal)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/11/2020

    Informasi Lengkap tentang Patah Tulang Leher (Fraktur Servikal)

    Patah tulang dapat terjadi dalam struktur tulang di bagian tubuh manapun, termasuk leher. Patah tulang pada leher atau fraktur servikal termasuk kondisi serius yang membutuhkan penanganan medis segera untuk mencegah kelumpuhan, bahkan kematian. Berikut ulasan lengkap mengenai fraktur servikal, termasuk gejala, penyebab, dan pengobatan yang umum diberikan.

    Apa itu patah tulang leher atau fraktur servikal?

    Patah tulang leher atau fraktur servikal adalah kondisi ketika satu dari tujuh tulang yang berada di leher mengalami patah atau retak. Tujuh tulang leher itu sendiri merupakan bagian teratas dari tulang belakang, yang berfungsi untuk menopang kepala dan menghubungkannya dengan bahu dan tubuh.

    Adapun setiap cedera atau kerusakan pada tulang belakang dapat menyebabkan hilangnya sensasi, kelumpuhan permanen, atau bahkan kematian seketika. Pasalnya, sumsum tulang belakang yang berada di dalamnya merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang mengontrol seluruh sistem tubuh, termasuk sistem gerak manusia.

    Oleh karena itu, patah tulang pada leher membutuhkan penanganan medis segera untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut.

    Tanda-tanda dan gejala fraktur servikal atau patah tulang leher

    Gejala patah tulang leher dapat berbeda pada setiap orang, tergantung pada bagian tulang yang mengalami fraktur, tingkat keparahan, serta cedera lain yang terkait. Namun, secara umum, tanda-tanda dan gejala fraktur servikal yang mungkin dialami, yaitu:

    • Nyeri atau sakit leher yang umumnya terasa parah, terutama saat bergerak atau ditekan di area yang mengalami patah atau retak.
    • Rasa nyeri yang menjalar dari leher ke bahu atau lengan.
    • Pembengkakan, memar, dan terasa lembut di area leher.
    • Leher terasa kaku atau kesulitan menggerakkan leher dan bagian tubuh di sekitarnya.
    • Mati rasa, hilangnya sensasi, terasa lemah, atau bahkan lumpuh di bagian lengan atau tungkai kaki.
    • Keseimbangan tubuh berkurang.

    Pada kondisi yang sangat parah, fraktur servikal juga bisa menimbulkan perdarahan internal, terutama jika tulang yang patah merusak pembuluh darah di sekitarnya.

    Kemungkinan ada gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda merasakan salah satu dari tanda-tanda tersebut atau khawatir akan suatu gejala, terutama baru saja mengalami cedera di bagian leher, sebaiknya Anda segera mencari pertolongan medis untuk mendapat penanganan yang tepat.

    Penyebab fraktur servikal yang perlu diwaspadai

    penyempitan tulang leher atau cervical spinal stenosis

    Penyebab fraktur atau patah tulang yang utama adalah cedera atau trauma akibat tekanan atau benturan ke bagian tubuh tertentu. Pada patah tulang leher, cedera dan benturan tersebut umumnya berasal dari tabrakan atau kecelakaan kendaraan bermotor, baik mobil atau motor.

    Selain itu, terjatuh dari ketinggian atau pukulan yang keras langsung ke arah kepala atau leher juga menyebabkan fraktur servikal. Patah pada bagian tulang ini juga bisa terjadi karena putaran leher yang dilakukan secara kuat dan tiba-tiba atau dipaksa.

    Selain kondisi-kondisi tersebut, patah tulang leher juga bisa terjadi karena benturan saat melakukan olahraga kontak fisik, seperti rugby, hoki, gulat, atau sepak bola. Namun, cedera saat melakukan olahraga nonkontak fisik juga bisa jadi salah satu penyebabnya, seperti menyelam di area yang dangkal, terjatuh saat olahraga ski, selancar, berkuda, bersepeda, dan balap motor, serta cedera saat berolahraga angkat beban atau senam.

    Selain penyebab-penyebab di atas, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami fraktur di bagian leher. Berikut adalah faktor-faktor risiko tersebut:

    • Usia lanjut.
    • Kondisi yang melemahkan tulang, seperti osteoporosis atau kanker.
    • Atlet atau melakukan olahraga kontak fisik, seperti sepak bola, rugby, hoki, dan sebagainya.
    • Tidak mengenakan sabuk pengaman atau perlengkapan olahraga pelindung.
    • Cedera kepala atau trauma lainnya, seperti trauma dada atau patah tulang panggul.
    • Pekerjaan atau melakukan aktivitas yang melibatkan ketinggian.
    • Berada di sekitar kekerasan.

    Cara mendiagnosis fraktur servikal atau patah tulang leher

    Dokter umumnya akan menanyakan tentang gejala dan cedera yang dialami serta kondisi medis Anda secara keseluruhan untuk mendiagnosis patah tulang leher. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik di sekitar leher untuk memeriksa area yang cedera.

    Pemeriksaan neurologis lengkap juga akan dilakukan guna mengidentifikasi kerusakan saraf atau sumsum tulang belakang yang mungkin disebabkan oleh fraktur ini. Selain pemeriksaan tersebut, beberapa tes pencitraan juga mungkin akan dilakukan untuk memastikan kembali diagnosis fraktur servikal. Beberapa tes pencitraan yang umum dilakukan, yaitu:

    • Rontgen sinar-X. Tes ini dilakukan untuk mencari tahu bagian tulang di leher yang mengalami fraktur.
    • MRI. Tes ini umumnya dilakukan untuk mencari kerusakan pada sumsum tulang belakang yang mungkin ditimbulkan dari patah tulang di leher.
    • CT scan. Tes ini umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi cedera di tulang yang tidak terlihat dengan sinar-X serta mengetahui apakah sumsum tulang belakang tertekan oleh kumpulan darah.

    Pengobatan untuk patah tulang leher

    Pertolongan pertama stroke

    Begitu Anda mengalami cedera di bagian leher, penting bagi Anda untuk tidak bergerak atau berpindah tempat sebelum ditangani langsung oleh petugas medis yang kompeten. Menggerakkan leher dan bagian tubuh Anda dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kerusakan di sumsum tulang belakang.

    Selain itu, mungkin saja Anda mengalami cedera di bagian tubuh lainnya bersamaan dengan patah tulang leher, seperti patah tulang belakang. Oleh karena itu, bila Anda dicurigai mengalami fraktur di leher, area kepala dan leher Anda perlu diimobilisasi dengan alat penyangga leher, begitu cedera terjadi hingga diagnosis dari dokter dapat dipastikan.

    Untuk atlet yang mengalami cedera saat berolahraga, imobilisasi dapat dilakukan dengan tetap menggunakan helm atau bantalan bahu yang digunakannya selama olahraga, sampai pemeriksaan dokter dilakukan. Setelah diagnosis fraktur servikal dapat dipastikan, Anda umumnya akan mendapat pengobatan patah tulang untuk mengurangi rasa nyeri serta membantu proses penyembuhan.

    Adapun pengobatan yang diberikan bisa berbeda pada masing-masing pasien. Hal ini tergantung pada bagian tulang yang mengalami patah,  jenis fraktur, tingkat keparahan, cedera atau kerusakan pada sumsum tulang belakang yang mungkin terjadi, serta usia dan kondisi medis pasien secara keseluruhan. Namun, secara umum, berikut beberapa pengobatan untuk patah tulang leher yang umumnya diberikan:

    • Obat-obatan

    Rasa nyeri akibat fraktur di leher memang kerap tak tertahankan. Oleh karena itu, obat pereda nyeri, seperti parasetamol, umumnya akan diberikan untuk membantu mengatasi kondisi ini. Adapun dilansir dari Advanced Orthopedic, obat nonsteroid antiinflamasi (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen, biasanya tidak menjadi pilihan karena disebut dapat mengganggu penyembuhan tulang.

    • Cervical collar atau neck brace

    Cervical collar atau neck brace merupakan alat penjepit atau penyangga seperti kerah untuk mencegah pergerakan pada leher selama masa penyembuhan tulang yang patah. Alat ini dapat menjaga tulang yang patah tetap berada di posisi yang tepat selama proses penyembuhannya.

    Biasanya, cervical collar atau neck brace digunakan pada kasus fraktur di leher yang tidak parah, seperti jenis fraktur kompresi pada penderita osteoporosis. Lama penggunaannya bisa mencapai 6-8 minggu hingga tulang yang patah sembuh atau kembali menyatu. Namun, alat ini juga kadang digunakan setelah tulang sembuh untuk menstabilkan kembali leher.

    • Gips, halo vest, atau traksi

    Pada kondisi fraktur servikal yang lebih kompleks atau parah, alat penyangga atau penjepit leher yang digunakan umumnya lebih kaku. Alat ini bisa berupa rompi halo (halo vest), traksi, gips patah tulang yang lebih kaku, atau kombinasi di antara semuanya untuk mencegah pergerakan serta menahan tulang pada posisi yang tepat selama masa penyembuhan.

    Penggunaan alat-alat tersebut pun umumnya bisa lebih lama, yaitu mencapai 8-12 minggu atau 2-3 bulan, hingga tulang sembuh.

    • Operasi

    Operasi patah tulang pun bisa saja dilakukan untuk mengobati fraktur servikal. Umumnya, operasi atau pembedahan dilakukan bila tulang yang patah terlepas atau bergeser jauh dari posisi normalnya.

    Melalui prosedur operasi, patahan tulang ini disejajarkan kembali ke posisi normalnya serta menggunakan pelat, sekrup, atau kabel untuk menahan potongan tulang tersebut. Selain itu, operasi juga kerap dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sumsum tulang belakang akibat patah tulang leher yang terjadi.

    • Terapi

    Setelah sembuh, Anda perlu melakukan terapi fisik atau rehabilitasi untuk mengembalikan kekuatan otot leher yang cenderung kaku akibat patah tulang. Terapi ini juga berguna untuk meningkatkan stabilitas serta melindungi tulang belakang leher dengan lebih baik. Biasanya, terapi fisik berlangsung selama beberapa bulan atau bahkan tahun hingga leher Anda benar-benar pulih dan dapat beraktivitas normal.

    Anda pun mungkin perlu melakukan jenis terapi lain, seperti terapi okupasi atau psikoterapi, jika fraktur servikal telah memengaruhi sumsum tulang belakang dan saraf dan menimbulkan kelumpuhan. Terapi ini dapat membantu Anda menjalani aktivitas normal, seperti bekerja atau berkehidupan sosial. Ikuti saran dari dokter Anda mengenai kebutuhan terapi atau rehabilitasi ini.

    Hal-hal yang membantu proses penyembuhan fraktur servikal

    fisioterapi

    Proses penyembuhan fraktur bisa bervariasi pada setiap orang, tergantung dari usia, tingkat keparahan, dan kondisi kesehatan masing-masing pasien. Anak-anak dan pasien dengan kondisi kesehatan yang baik bisa lebih cepat sembuh dibandingkan yang lebih tua atau memiliki kondisi medis tertentu.

    Seseorang dengan tingkat keparahan rendah pun bisa sembuh hanya dengan beberapa minggu. Namun, pada pasien yang lebih parah bisa menjalani pengobatan hingga berbulan-bulan.

    Selain faktor-faktor tersebut, Anda sebaiknya beristirahat untuk dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Jangan buru-buru kembali ke aktivitas normal atau melakukan olahraga tertentu tanpa sepengetahuan dokter. Hal ini justru dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan permanen atau bahkan kelumpuhan, sehingga mengharuskan Anda menjalani rehabilitasi jangka panjang,

    Anda pun disarankan untuk melakukan latihan gerak setiap hari sesuai saran dari fisioterapis atau terapis okupasi Anda. Ingat, untuk selalu mengikuti saran dari dokter dan terapis Anda untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan, termasuk mengonsumsi makanan untuk patah tulang yang disarankan dan menghindari berbagai pantangannya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan