Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI tahun 2018, penyakit depresi menempati peringkat kelima sebagai penyebab kematian terkait masalah kesehatan. Depresi sendiri merupakan gangguan suasana hati yang membuat seseorang terus merasa sedih. Depresi disebut sebagai penyebab kematian karena pengidapnya cenderung melukai diri sendiri bahkan percobaan bunuh diri. Untuk mengenal lebih jauh mengenai penyakit ini, mari bahas satu per satu jenis depresi.
Jenis depresi dan penyebab yang mendasarinya
Penyakit mental seperti depresi perlu mendapat pengobatan. Selain gejalanya yang menganggu, kualitas hidup pengidapnya juga akan bertambah buruk seiring waktu. Inilah sebabnya, depresi kerap kali berujung dengan kematian akibat bunuh diri.
Orang yang memiliki depresi tidak hanya sekadar merasa sedih. Perasaan sedih ini tidak mudah hilang, seperti yang dirasakan kebanyakan orang normal. Mereka akan merasa terus terpuruk, tidak berharga, akhirnya menyerah dan kalah dari penyakit mental ini.
Penyakit mental ini perlu dilawan melalui pengobatan dokter, kemauan pasien untuk sembuh, dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Harapannya, pasien bisa kembali menjalani hidup dengan baik.
Perlu Anda ketahui bahwa depresi terdiri dari berbagai macam. Setiap jenisnya, berkaitan erat dengan penyebab yang mendasarinya. Lebih jelasnya, berikut penjelasan jenis penyakit depresi, seperti dikutip dari situs Cleveland Clinic.
1. Depresi mayor
Gangguan suasana hati ini memiliki gejala yang intens dan berlangsung lebih dari 2 minggu. Gejala depresi yang muncul ini bisa menggangu kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya merasa sedih, pengidap depresi mayor juga kehilangan minat pada hal-hal yang disukainya, susah tidur, sulit berpikir, dan nafsu makan berubah. Tipe depresi ini juga dikenal sebagai depresi berat.
Penyebab dari depresi ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa faktor bisa jadi penguat risikonya, seperti adanya perubahan fisik atau zat kimia di otak, perubahan hormon, dan riwayat penyakit serupa dalam keluarga.
2. Depresi bipolar
Jenis depresi selanjutnya adalah yang menyerang pengidap gangguan bipolar (bipolar disorder). Seorang pengidap gangguan bipolar, memiliki tiga episode utama yang menjadi gejala utamanya, yakni mania, hipomania, dan depresi. Ketiga gejala itu dapat muncul secara bergantian.
Gejala mania dan hipomania merupakan kebalikan dari depresi. Mania dan hipomania membuat pengidap gangguan bipolar sangat bersemangat melakukan banyak hal, bahkan bisa saja berbuat impulsif tanpa pikir apa akibatnya.
Sementera ketika mengalami episode depresi, pengidapnya merasa kurang berenergi, putus asa, dan tidak minat melakukan beberapa aktivitas.
Sama seperti depresi berat, depresi bipolar juga tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, beberapa ahli percaya jika perubahan pada otak dan genetik dapat menjadi faktor yang bisa meningkatkan risikonya.
3. Depresi psikotik
Jenis depresi ini menimbulkan gejala depresi berat yang diikuti dengan delusi atau halusinasi. Delusia adalah keyakinan pada hal-hal yang tidak didasarkan pada kenyataan, sedangkan halusinasi mengarah pada melihat, mendengar, atau merasa tersentuh oleh hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Penyebab depresi psikotik tidak sepenuhnya dipahami. Akan tetapi, sebagian besar pengidapnya mengaku pernah mengalami peristiwa yang penuh tekanan. Bisa juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan anggota keluarga dengan penyakit depresi.
Orang dengan tipe depresi ini bisa merasakan agitasi psikomotor, yang ditandai dengan tidak bisa diam bersantai, dan terus-menerus gelisah. Mereka juga bisa menunjukkan keterbelakangan psikomotor, yakni lamban dalam berpikir dan bergerak.
4. Seasonal affective disorder (SAD)
Gangguan afektif musiman adalah jenis depresi yang berkaitan dengan perubahan musim. Kebanyakan orang dengan kondisi ini mengalami gejala dari musim gugur dan berlanjut berbulan-bulan hingga musim dingin. Tipe depresi ini biasanya terjadi di negara-negara yang memiliki 4 musim.
Gejalanya sama seperti depresi berat, hanya saja waktu munculnya yang khas di musim-musim tertentu. Penyebab spesifik dari depresi ini tidak diketahui secara pasti. Namun, jam biologis yang terganggu, kadar serotonin dan melatonin yang rendah bisa mempengaruhi suasana hati dan pola tidur, sehingga bisa menimbulkan depresi.