Menjadi orangtua baru memang bukan proses yang mudah. Tak jarang, ibu bisa mengalami depresi postpartum (postpartum depression) di masa awal setelah melahirkan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga
Menjadi orangtua baru memang bukan proses yang mudah. Tak jarang, ibu bisa mengalami depresi postpartum (postpartum depression) di masa awal setelah melahirkan.
Agar tidak semakin berlarut-larut hingga mengganggu kegiatan menyusui dan merawat si kecil yang baru lahir, cari tahu cara mengatasi dan informasi lainnya, yuk!
Depresi postpartum atau postpartum depression adalah masalah kesehatan mental setelah melahirkan yang berpengaruh pada perilaku dan kesehatan fisik ibu.
Meski melahirkan dapat membawa kebahagiaan, melahirkan juga dapat menyebabkan sesuatu yang tidak Anda duga setelahnya seperti depresi.
Merasa gugup dan sedikit cemas merupakan hal yang wajar dialami ibu sebelum melahirkan, terutama bila ini merupakan pengalaman pertama Anda.
Terkadang, kebahagiaan ibu pascapersalinan mungkin datang bersamaan dengan rasa sedih sehingga berpengaruh pada perubahan suasana hati yang cepat.
Ibu mungkin merasa gelisah, cemas, sedih, uring-uringan hingga kesulitan dalam mengurus bayi di masa nifas.
Hal ini wajar karena tubuh Anda baru melalui perubahan hormon sehingga berpengaruh pada suasana hati (mood).
Bila keluhan yang ibu alami terjadi dengan gejala yang ringan dan dalam waktu singkat, kemungkinan ibu mengalami baby blues.
Sementara bila gejala tidak kunjung membaik setelah sekitar dua minggu bahkan hingga beberapa bulan, ibu bisa dikatakan mengalami depresi pascamelahirkan.
Depresi postpartum atau postpartum depression adalah masalah mental dengan gejala yang lebih parah ketimbang baby blues.
Akan tetapi, gejala postpartum depression masih lebih ringan dibandingkan dengan psikosis postpartum.
Serupa dengan baby blues dan psikosis postpartum, depresi postpartum juga memiliki gejala yang bervariasi.
Jika postpartum baby blues tidak ditangani dengan tepat, hal tersebut dapat berubah menjadi depresi postpartum.
Umumnya, tanda dan gejala depresi postpartum mirip dengan baby blues.
Hanya saja, gejala postpartum depression biasanya lebih intens dan berlangsung lebih lama.
Hal ini tentu mengganggu rutinitas Anda dalam merawat bayi dan aktivitas harian lainnya.
Gejala postpartum depression biasanya muncul dalam beberapa minggu pertama setelah persalinan dan berlangsung hingga 6 bulan setelah persalinan.
Berbagai gejala depresi postpartum atau postpartum depression adalah sebagai berikut:
Jika Anda mengalami gejala-gejala berikut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Depresi postpartum bukanlah hal yang bisa dibiarkan begitu saja.
Gejala-gejala tersebut dapat muncul setelah melahirkan maupun beberapa bulan kemudian.
Ibu mungkin mengalami gejala tersebut di masa perawatan setelah melahirkan normal maupun pasca operasi caesar.
Ibu yang menjalani persalinan normal dapat melakukan perawatan luka perineum, sedangkan ibu yang melakukan operasi caesar menjalani perawatan luka SC (caesar).
Kadang kala, gejala postpartum pascamelahirkan juga bisa ditunjukkan lewat luapan emosi yang sering disebut postpartum rage.
Postpartum rage sebenarnya merupakan bagian dari serangkaian gejala depresi postpartum.
Ibu yang sedang mengalami postpartum rage bisa terpancing emosinya dari hal-hal kecil.
Seringnya, gejala ini menyerang saat bayi yang sudah ditidurkan tiba-tiba terbangun kembali di tengah malam.
Hal ini terjadi sebagai bentuk frustrasi sang ibu yang waktu tidurnya jadi berkurang.
Tak selalu berhubungan dengan bayi, masalah sepele seperti suami yang lupa mematikan lampu kamar mandi atau cucian piring yang menumpuk di dapur juga kerap menjadi pemicu amarah.
Ada kalanya, emosi ini diikuti dengan pikiran yang mengganggu seperti menyakiti bayi atau orang-orang di sekelilingnya untuk melampiaskan amarah.
Postpartum rage umumnya datang tanpa terkendali. Ibu yang mengalami hal ini tidak memahami mengapa mereka bisa merasa sebegitu marahnya.
Melansir dari laman Office on Women’s Health, depresi postpartum dapat disebabkan oleh perubahan hormon di dalam tubuh ibu.
Selama masa kehamilan, kadar hormon estrogen dan progesteron di tubuh ibu sedang sangat tinggi.
Selanjutnya, dalam kurun waktu 24 jam setelah melahirkan, kadar hormon dapat turun kembali dengan cepat ke tingkat normal seperti sebelum kehamilan.
Penurunan hormon yang terjadi secara tiba-tiba tersebut diduga menjadi penyebab depresi postpartum pada ibu setelah melahirkan.
Sebenarnya, perubahan hormon ini mirip dengan naik turunnya hormon sebelum menstruasi.
Hanya saja, postpartum depression melibatkan perubahan hormon dalam kadar yang jauh lebih cepat dan ekstrem.
Setiap ibu yang baru melahirkan berisiko mengalami depresi pascapersalinan, baik setelah melahirkan anak pertama maupun sudah pernah melahirkan sebelumnya.
Berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu mengalami postpartum depression adalah sebagai berikut:
Dokter maupun psikolog dapat mendiagnosis kemungkinan Anda mengalami postpartum depression dengan cara mengajak Anda bicara.
Anda bisa menyampaikan perasaan, pikiran, maupun apa pun yang sedang Anda rasakan.
Ini bertujuan untuk membedakan apakah yang Anda alami termasuk gejala baby blues atau postpartum depression.
Dokter maupun psikolog juga bisa meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan lainnya guna memastikan kondisi yang sebenarnya Anda alami.
Penanganan dan lama waktu pemulihan depresi postpartum berbeda-beda pada setiap ibu tergantung tingkat keparahan depresi yang dialami.
Berikut penanganan untuk ibu yang mengalami depresi postpartum:
Selain memeriksakan diri ke dokter, Anda juga bisa berkonsultasi dengan psikiater maupun psikolog.
Terapi yang diberikan oleh ahlinya diharapkan dapat membantu mengatasi depresi postpartum yang Anda alami.
Setelahnya, perasaan Anda mungkin menjadi lebih baik, mampu beraktivitas seperti sedia kala, dan menghadapi kondisi dengan pikiran yang positif.
Dokter dapat merekomendasikan antidepresan sebagai upaya mengatasi depresi pascamelahirkan.
Tak perlu khawatir bila Anda sedang menyusui karena dokter akan mempertimbangkan manfaat dan potensi risiko obat antidepresan tersebut.
Dengan pengobatan yang tepat, gejala depresi pascamelahirkan diharapkan akan lebih baik hingga Anda benar-benar pulih seperti sediakala.
Anda bisa mendapatkan bantuan dari orang lain untuk mengatasi depresi postpartum, tapi sebaiknya tetap aktif dan berniat kuat untuk melewati masa kelam ini.
Tanpa adanya motivasi untuk “sembuh” dari diri sendiri mungkin terasa sulit mengatasi masalah ini.
Jika gejala Anda bertambah parah dan merasa sudah tak bisa menanganinya sendiri, segera cari bantuan profesional dari seorang terapis atau psikolog.
Minta bantuan juga kepada pasangan maupun anggota keluarga lainnya untuk merawat bayi saat Anda sedang memulihkan diri.
Ternyata bukan hanya ibu, ayah juga bisa mengalami depresi postpartum.
Menurut Mayo Clinic, ayah dapat merasa sedih, cemas, susah tidur, hingga nafsu makan menurun sama halnya seperti gejala yang ibu alami.
Kalau sudah begini, baik ibu dan ayah sebaiknya saling menguatkan agar bisa kondisinya bisa kembali pulih dan lancar merawat bayi.
Sementara bagi para ayah yang istrinya mengalami depresi pascamelahirkan, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
Salah satu peran ayah dalam membantu ibu melewati depresi postpartum adalah mulai mendengarkan keluh kesahnya.
Selain mendengarkan keluh kesahnya, Anda juga bisa menunjukkan perhatian yang besar untuk ibu.
Dengan selalu berada di sana dan mencoba memahami apa yang ibu lalui, mereka mungkin merasa aman dan didukung oleh orang yang dicintainya.
Pastikan Anda juga selalu mendampingi istri setiap saat, seperti menemaninya berkonsultasi ke dokter jika memungkinkan.
Selain berada di sampingnya dan memilih kata-kata saat berucap, para ayah bisa membantu ibu melewati depresi postpartum dengan menyelesaikan pekerjaan rumah.
Hal ini bertujuan agar ibu dapat beristirahat dengan tenang dan beban pekerjaan mereka menjadi lebih ringan.
Bayi yang baru lahir tentu membutuhkan perhatian yang lebih, terutama dari kedua orangtuanya.
Sebagai ayah yang siaga dalam membantu ibu dengan depresi postpartum, usahakan untuk bergantian merawat dan mengurus bayi.
Anda bisa mengganti popok bayi, memandikan bayi, hingga memandikannya saat ibu tengah sibuk mengatasi masalahnya sendiri.
Dengan begitu, bayi dapat diurus dengan baik dan ibu tidak terlalu terkuras tenaga dan emosinya karena kebingungan mengurus semuanya sendirian.
Peran ayah dalam membantu ibu mengatasi depresi postpartum sangat penting karena dapat membuat perbedaan besar dalam proses pemulihannya.
Hal ini dikarenakan proses pemulihan mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan Anda harus rela melewati ini bersama-sama.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Amanda Rumondang Sp.OG
Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar