Selain itu, tingkat keberhasilan seseorang pada tahap sebelumnya dapat memengaruhi bagaimana ia melewati tahap selanjutnya. Misalnya, jika seorang anak tidak pernah membangun kepercayaan pada masa bayi, ia kemungkinan akan tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki masalah kepercayaan pada hubungan.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah delapan tahap perkembangan psikososial sebagaimana dijelaskan oleh Erikson dan bagaimana pengaruhnya pada kehidupan manusia:
-
Tahap I (bayi baru lahir-18 bulan): kepercayaan vs. ketidakpercayaan

Ini merupakan tahap awal perkembangan kepribadian seorang anak. Selama tahap ini, bayi belajar mempercayai orang lain, terutama pada orangtua yang mengasuhnya, berdasarkan seberapa baik pengasuh menanggapi dan memenuhi kebutuhannya.
Jika bayi merasa dirawat dengan baik serta mendapat perhatian, ia akan mengembangkan rasa percaya pada orang lain dan merasa aman. Sebaliknya, jika orangtua tidak konsisten dalam merawat bayi atau bayi merasa terabaikan, ia akan sulit percaya pada orang lain, curiga, atau cemas.
Ia pun tidak akan memiliki kepercayaan pada dunia di sekitarnya dan harapannya pada orang lain akan pudar jika suatu saat ada masalah yang muncul. Adapun kondisi ini dapat menyebabkan berkembangnya rasa takut.
-
Tahap II (18 bulan-3 tahun): otonomi vs. rasa malu dan ragu
Selama tahap ini, seorang anak mulai belajar tentang pengendalian diri dan menjadi lebih mandiri. Pada fase ini, potty training disebut memiliki peran penting dalam mengembangkan sikap tersebut.
Sukses di tahap ini akan mengarah pada keinginan atau will. Jika orangtua mendidik anak menjadi lebih mandiri, anak akan lebih percaya diri dan merasa yakin dengan kemampuannya untuk bertahan hidup di dunia. Namun, jika ia dikritik, terlalu dikendalikan, atau tidak diberi kesempatan untuk mengendalikan dirinya sendiri, ia akan selalu bergantung pada orang lain serta malu dan ragu akan kemampuan dirinya.
-
Tahap III (usia prasekolah 3-5 tahun): inisiatif vs. rasa bersalah
Tahap ketiga pada perkembangan psikososial adalah inisiatif versus rasa bersalah. Selama tahap ini, anak akan semakin fokus untuk melakukan sesuatu sendiri dan menetapkan tujuannya sendiri melalui bermain dan interaksi sosial.
Jika orangtua memberi kesempatan pada anak untuk bermain serta beraktivitas dengan orang lain, ia akan mengembangkan rasa inisiatif serta mampu memimpin orang lain dan membuat keputusan. Sebaliknya, jika anak tidak diberi kesempatan tersebut, ia akan mengembangkan rasa bersalah dan ragu akan kemampuannya.
-
Tahap IV (usia sekolah 5-12 tahun): industri (kompetensi) vs. inferioritas
Pada tahap psikososial keempat ini, anak akan mulai mempelajari berbagai keterampilan khusus di sekolah. Oleh karena itu, guru dan teman sebaya memiliki peran penting dalam tahap ini. Di tahap ini, anak semakin sadar akan dirinya sebagai individu dan mulai membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Jika ia berprestasi dibandingkan dengan teman sebayanya, ia dapat mengembangkan kepercayaan diri dan bangga atas pencapaian dan kemampuannya tersebut (kompeten). Namun, anak akan merasa rendah diri (inferior) jika dibatasi oleh orangtua atau guru untuk mengembangkan kompetensinya sendiri.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar