Pernah kesal melihat anak enggan menyapa teman atau tak mau minta maaf saat bermain? Hal ini sering terjadi karena anak belum siap menghadapi situasi yang membuatnya tidak nyaman. Padahal, sifat mandiri dan berani penting dimiliki sejak dini. Lalu, bagaimana cara mendidik anak agar mandiri dan berani?
Begini cara mendidik anak agar mandiri dan berani
Belum terlambat, kok, untuk mulai menanamkan keberanian dalam diri anak. Salah satunya dengan mendidik anak agar mandiri sehingga membuatnya merasa lebih percaya diri untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Berikut cara yang bisa dilakukan:
1. “Perkenalkan” anak dengan dunia luar
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kebiasaan dan kepribadian seseorang mulai terbentuk sedari kecil. Nah, jangan sampai rasa takut dan tidak berani ini terus menyelimuti diri anak sampai ia dewasa kelak.
Bila salah satu permasalahan yang sering dihadapi anak adalah selalu malu, takut, bahkan menolak berbaur dengan orang-orang di sekitarnya, coba lebih sering membawanya untuk bertemu dengan banyak orang.
Awalnya anak mungkin akan merasa sedikit risi dan tidak nyaman. Maka itu, bawalah anak bertemu orang lain dalam lingkup yang kecil dulu baru kemudian bertambah banyak secara bertahap.
Anda bisa mulai dari mengajaknya bermain di taman sore hari, di mana banyak terdapat anak-anak seusianya.
Secara tidak langsung, cara melatih mental anak agar mandiri dan berani ini akan membantu anak agar tidak “kaget” ketika dihadapkan dengan hal-hal baru yang mungkin belum pernah mereka temui sebelumnya.
2. Biarkan anak menentukan pilihannya sendiri
Keputusan untuk melakukan sesuatu umumnya berasal dari dalam diri seseorang. Seorang anak yang mandiri biasanya tidak terlalu bergantung pada orang lain.
Sebagai orangtua, sebenarnya Anda tidak bisa terlalu memaksakan anak untuk mengambil pilihan tertentu.
Jika Anda tetap melakukannya, yang ada si Kecil malah merasa kurang nyaman atau bahkan tidak ikhlas dalam menjalani kewajibannya.
Ambil contoh ketika si Kecil mengatakan “Aku nggak mau masuk les hari ini kalau temanku nggak masuk”. Itu tandanya ia belum mampu menghadapi kewajibannya tanpa bantuan orang lain. Ingat, jangan keburu naik darah dulu!
Sebagai gantinya, Anda bisa mendorong dan memberi masukkan mengenai keputusan yang akan dipilihnya.
Ini adalah salah satu cara mendidik anak agar mandiri dan berani, yaitu membiasakan anak mengambil keputusan sendiri sejak dini. Bantu anak mempertimbangkan baik dan buruk dari pilihannya tanpa menghakimi.
3. Jadilah “pelindung” untuk anak
Beberapa anak tampaknya mudah saja melakukan sesuatu maupun mencoba hal-hal baru dengan berbekal semangat yang membara.
Namun berbanding terbalik dengan sebagian anak-anak lainnya yang lebih memilih untuk mundur karena merasa ragu, malu, dan takut gagal mencoba hal baru.
Dalam kasus ini, tahan emosi Anda untuk membentak anak karena ketidakberaniannya. Sebenarnya lumrah kalau anak merasa tidak yakin saat melakukan hal yang masih asing menurutnya.
Misalnya saat berkenalan dengan orang baru, berkenalan dengan air saat berenang untuk pertama kalinya, atau sekadar mencoba bermain papan seluncur.
Tugas Anda di sini adalah sebagai tempat berlindung anak dan membuatnya nyaman. Sebaiknya temani anak sampai keberaniannya terkumpul untuk melakukan kegiatan tersebut.
Sembari menenangkannya, beri dukungan pada anak dengan mengatakan “Tuh lihat seru, kan? Kamu beneran nggak mau coba? Ayah temani, ya?”, atau lontarkan kalimat lain yang sekiranya dapat membangkitkan semangat anak.
4. Hargai setiap usahanya
Setelah si Kecil berhasil menumbuhkan sikap keberanian dan kemandiriannya sedikit demi sedikit, pastikan Anda dan keluarga senantiasa memberikannya pujian.
Bahkan ketika gagal pun, jangan lantas menurunkan minatnya untuk berkembang. Tunjukkan dan ungkapkan betapa bahagianya Anda atas usaha yang telah dilakukan si Kecil.
Meski tampak sepele, tapi memberikan apresiasi atas semua usaha anak dapat semakin membangkitkan semangat anak untuk terus maju dan mau mengembangkan sikap berani anak dan mandirinya.
5. Libatkan anak dalam rutinitas harian
Salah satu cara melatih mental anak agar mandiri dan berani adalah dengan melibatkannya dalam kegiatan sehari-hari.
Misalnya, minta anak membantu membereskan mainan sendiri, memilih baju yang akan dipakai, atau menyiapkan tas sekolahnya.
Meskipun mungkin pekerjaan tersebut tidak selalu sempurna, tetapi prosesnya jauh lebih penting.
Anak jadi merasa memiliki tanggung jawab dan kepercayaan diri karena dilibatkan dalam kegiatan keluarga.
6. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri
Terkadang, naluri orangtua ingin langsung turun tangan saat anak menghadapi masalah. Namun, membiarkan anak mencari solusinya sendiri justru bagian penting dari proses belajar.
Contohnya, saat anak berselisih dengan temannya, biarkan ia mencoba menyelesaikannya terlebih dahulu sebelum Anda turun tangan. Anda tetap bisa memantau dari jauh dan memberi panduan jika diperlukan.
Cara mendidik anak agar mandiri dan berani ini dapat melatih kemampuan berpikir kritis, keberanian, dan rasa percaya dirinya dalam menghadapi konflik atau tantangan kecil dalam hidup.
7. Ajarkan bahwa gagal itu tidak apa-apa
Ketakutan terbesar anak saat mencoba hal baru sering kali adalah takut gagal. Di sinilah peran orangtua sangat penting untuk membangun mental anak agar mandiri dan berani. Ajarkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Bantu anak memahami bahwa setiap orang bisa gagal, tapi yang paling penting adalah bagaimana bangkit dan mencoba lagi.
Jadikan kegagalan sebagai pelajaran, bukan hukuman. Ungkapan seperti “Mama bangga kamu sudah coba, yuk kita lihat apa yang bisa diperbaiki” bisa membuat anak lebih semangat menghadapi tantangan baru.
8. Tunjukkan lewat contoh nyata
Melansir situs Children First Canada, cara mendidik anak agar mandiri dan berani bukan hanya tentang memberi tahu anak apa yang harus dilakukan, tetapi juga menunjukkan lewat tindakan.
Anak-anak adalah peniru ulung. Sejak usia dini, mereka belajar melalui pengamatan dan akan meniru apa yang dilakukan orangtua atau orang dewasa di sekitarnya.
Cobalah untuk memberikan contoh sikap mandiri dan berani seperti terbuka terhadap rasa takut atau kecemasan Anda sendiri.
Misalnya, katakan pada anak, “Mama sebenarnya takut bicara di depan orang banyak, tapi Mama tetap coba supaya bisa belajar lebih berani.”
Dengan begitu, anak melihat bahwa berani bukan berarti tidak takut sama sekali, melainkan tetap berusaha meski sedang merasa takut.
9. Ajarkan tentang perasaan takut
Dalam proses mendidik anak agar mandiri dan berani, penting juga untuk mengajarkan bahwa merasa takut atau gugup itu bukan kelemahan.
Justru, keberanian itu muncul ketika seseorang memilih untuk tetap melangkah meskipun ada rasa takut di dalam dirinya.
Anak-anak perlu tahu bahwa Anda pun bisa merasa cemas, khawatir, atau tidak percaya diri. Dengan begitu, mereka tidak merasa sendirian saat mengalami hal serupa.
Bila Anda selalu terlihat “kuat” dan tak pernah menunjukkan emosi, anak bisa merasa bahwa rasa takut mereka adalah sesuatu yang memalukan atau tidak pantas dirasakan.
Ingat, cara mendidik anak agar mandiri dan berani bukan sekadar memberi tugas atau membiarkan mereka sendiri, tetapi menciptakan lingkungan yang mendukung keberanian, kepercayaan diri, dan kemandirian mereka berkembang secara alami.
Kesimpulan
- Kemandirian dan keberanian anak tidak muncul begitu saja, melainkan perlu dibentuk secara bertahap melalui pengalaman, dukungan, dan contoh dari orangtua.
- Peran orangtua sangat penting, mulai dari memberi ruang untuk anak memilih, membiarkannya menyelesaikan masalah, hingga menghargai usahanya meskipun belum sempurna.
- Lingkungan yang suportif dan penuh empati akan membantu anak memahami bahwa rasa takut atau gagal itu wajar, dan dari sanalah keberanian tumbuh.