backup og meta
Kategori

2

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Masalah Air Ketuban yang Bisa Dialami oleh Ibu Hamil

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/06/2021

    Masalah Air Ketuban yang Bisa Dialami oleh Ibu Hamil

    Air ketuban adalah salah satu bagian penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin. Namun, ada beberapa masalah pada air ketuban yang bisa terjadi karena berbagai faktor. Berikut penjelasan lengkap seputar masalah air ketuban yang sering dialami ibu hamil.

    Masalah pada air ketuban yang mungkin terjadi

    Pada dasarnya, air ketuban memiliki volume tertinggi pada usia kehamilan 34-36 minggu, volume rata-ratanya sebesar 800 ml.

    Kemudian, volume tersebut mengalami penurunan seiring usia kehamilan yang mendekati kelahiran. Volume air ketuban rata-rata 600 ml pada usia kehamilan 40 minggu.

    Jika air ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit, ini dapat menyebabkan masalah komplikasi bagi ibu hamil dan bayi. Selain volume air ketuban, infeksi bakteri juga menjadi masalah pada air ketuban yang bisa dialami ibu hamil. Berikut penjelasannya.

    1. Oligohidramnion, masalah air ketuban terlalu sedikit

    diagnosis ketuban pecah dini

    Ibu hamil mungkin memiliki air ketuban lebih sedikit (oligohidramnion). Bila cairan ketuban bocor, ukuran rahim lebih kecil untuk usia kehamilan dan tidak merasakan banyak pergerakan bayi.

    Ibu hamil akan lebih mungkin untuk mengalami oligohidramnion bila:

    Mengandung janin kembar memungkinkan ibu hamil mengalami oligohidramnion karena salah satu janin bisa mengalami kelebihan cairan, sementara yang lainnya mengalami kekurangan cairan.

    Apa yang terjadi jika air ketuban lebih sedikit?

    Air ketuban penting untuk perkembangan organ janin, terutama paru-paru. Bila air ketuban yang terlalu sedikit dalam waktu lama, dapat menyebabkan masalah perkembangan janin. Terutama kondisi paru-paru abnormal yang disebut dengan hipoplasia paru.

    Volume air ketuban yang lebih sedikit membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami komplikasi saat persalinan, seperti penekanan pada tali pusar dan aspirasi mekonium. 

    Volume air ketuban  yang rendah ini dapat membatasi pergerakan bayi. Bayi juga bisa tertekan karena ruang yang sempit. Ini bisa berujung pada terbentuknya kelainan pada janin. 

    Sebaiknya selalu periksakan kehamilan, terutama jika ditemukan cairan ketuban lebih sedikit. Pemeriksaan rutin diperlukan untuk memastikan bayi dalam kandungan bisa tumbuh dengan normal. 

    Jika mengalami kekurangan air ketuban mendekati waktu kelahiran mungkin persalinan, akan dilakukan induksi atau bisa jadi mengalami kelahiran prematur. Terutama jika memiliki preeklampsia berat atau bayi tidak berkembang di dalam rahim. 

    Kalau persalinan normal berbahaya bagi bayi yang kekurangan cairan ketuban, ibu hamil akan direkomendasikan untuk melahirkan dengan cara operasi caesar.

    2. Polihidramnion, cairan ketuban terlalu banyak

    air ketuban dan urin

    Jika mempunyai cairan ketuban lebih banyak (polihidramnion), salah satu tandanya adalah rahim mengembang lebih cepat dari seharusnya, sehingga terlihat lebih besar. 

    Ibu hamil mungkin mengalami ketidaknyamanan pada perut, nyeri punggung, sesak napas, kontraksi rahim, dan bengkak pada kaki dan pergelangan tangan.

    Polihidramnion lebih mungkin terjadi jika mengalami:

    • Diabetes gestasional
    • Kehamilan kembar
    • Kelainan genetik janin
    • Penyebab lain seperti infeksi akibat Rubella, Cytomegalovirus (CMV), Toksoplasmosis, dan Sifilis
    • Kelainan janin

    Kondisi kelainan janin menyebabkan janin sulit untuk menelan cairan tetapi ginjalnya terus menghasilkan cairan. Sebagai contoh, stenosis pilorus, bibir sumbing atau celah langit-langit, kelainan sistem pencernaan janin, dan cacat lahir.

    Apa yang terjadi jika cairan ketuban saya lebih banyak?

    Ibu hamil yang mengalami masalah air ketuban ini akan diawasi lebih ketat mengingat risiko kelahiran prematur atau ketuban pecah dini (KPD) lebih tinggi. 

    Selain itu, ketika menjalani persalinan dokter juga akan lebih hati-hati. Pada saat persalinan, ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami prolaps tali pusar (tali pusar terlepas saat melalui pembukaan leher rahim). 

    Kedua kondisi ini mengharuskan ibu hamil untuk melahirkan dengan operasi caesar. Tidak hanya itu, Anda berisiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan.

    Bila mengalami polihidramnion, diskusikan dengan dokter kandungan mengenai apa yang perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

    3. Korioamnionitis, infeksi bakteri pada air ketuban

    masalah air ketuban

    Mengutip dari Stanford Children Health, korioamnionitis (chorioamnionitis) adalah infeksi pada plasenta dan air ketuban. Meski tidak banyak yang mengalami hal ini, korioamnionitis adalah penyebab kelahiran prematur paling umum. 

    Korioamnionitis paling sering disebabkan oleh bakteri yang ditemukan di vagina, anus, dan dubur. Bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi ini adalah bakteri E. coli, kelompok bakteri streptokokus B, dan bakteri anaerob. 

    Ini lebih sering terjadi ketika kantung ketuban pecah dini dan memungkinkan bakteri yang ada di vagina naik ke rahim.

    Masalah air ketuban ini mungkin tidak selalu menunjukkan tanda-tanda, tetapi beberapa ibu hamil dengan kondisi korioamnionitis bisa menunjukkan tanda-tanda seperti di bawah ini.

    • Demam
    • Jantung berdebar cepat
    • Rahim terasa sakit
    • Aroma tidak sedap dari air ketuban

    Jika ibu hamil mengalami tanda-tanda chorioamnionitis, seperti takikardia, demam, atau keputihan yang tidak biasa, sebaiknya segera periksakan ke dokter. 

    Apa itu cairan ketuban?

    KPD adalah ketuban pecah dini

    Cairan ketuban adalah cairan berwarna agak kekuningan yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Cairan ketuban muncul pada 12 hari setelah pembuahan.

    Kemudian sekitar usia kehamilan 20 minggu, air ketuban digantikan dengan urine janin yang ditelan dan dikeluarkan lagi oleh tubuh janin, begitu seterusnya. 

    Selain urine janin, cairan ketuban juga mengandung nutrisi, hormon, dan antibodi untuk melawan infeksi. Infeksi menjadi masalah air ketuban yang perlu penanganan khusus.

    Jika warna air ketuban agak kehijauan atau kecoklatan saat bayi lahir, tandanya, bayi sudah buang air besar untuk pertama kali sebelum kelahiran. 

    Hal ini bisa menjadi masalah air ketuban yang disebut dengan sindrom aspirasi mekonium. 

    Ini adalah masalah pernapasan yang terjadi saat mekonium (feses pertama bayi) memasuki paru-paru bayi dalam kandungan. Setelah lahir, bayi dengan masalah tersebut memerlukan perawatan khusus.

    Cairan ketuban memiliki fungsi yang sangat banyak bagi bayi. Beberapa fungsi dari cairan ketuban adalah:

    • Melindungi janin dari tekanan luar, sebagai bantalan bagi janin
    • Membantu mengontrol suhu bayi agar selalu merasa hangat
    • Melindungi bayi dari infeksi karena juga mengandung antibodi
    • Membantu perkembangan otot-otot pada sistem pencernaan dan pernapasan karena bayi bernapas dan menelan cairan ketuban
    • Membantu perkembangan otot dan tulang
    • Membantu bayi bebas untuk bergerak.
    • Mencegah penekanan pada tali pusar sehingga makanan dan oksigen bisa diantarkan ke janin dengan lancar.

    Cairan ketuban yang sehat turut mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat dalam kandungan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan