backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Mengenal Hipertensi dalam Kehamilan yang Perlu Diwaspadai

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 16/08/2021

    Mengenal Hipertensi dalam Kehamilan yang Perlu Diwaspadai

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk ibu hamil. Bila dibiarkan, kondisi ini bisa membahayakan bagi ibu dan calon bayi yang ada di kandungannya. Salah satu jenis hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi gestasional. Lantas, apa itu hipertensi gestasional dan apa saja jenis hipertensi pada kehamilan lainnya? Lalu, Apa bahayanya bagi kesehatan ibu dan bayi?

    Berbagai jenis hipertensi dalam kehamilan yang perlu diwaspadai

    Hipertensi merupakan kondisi di mana aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) terjadi sangat kuat. Seseorang didiagnosa memiliki hipertensi bila tekanan darahnya terukur tinggi, yang mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Sementara tekanan darah normal berada di bawah 120/80 mmHg.

    Hipertensi adalah masalah medis yang paling umum ditemui pada saat kehamilan. Sekitar 10% dari ibu hamil disebut telah mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilannya. Lalu, apa saja jenis hipertensi pada kehamilan? Berikut ini adalah penjelasannya:

    1. Hipertensi gestasional

    Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil. Hipertensi gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan hipertensi ini bisa hilang setelah melahirkan.

    Pada kondisi ini, tidak ada kelebihan protein di dalam urine atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ penderitanya. 

    University of Rochester Medical Center menyebut, kondisi ini tidak diketahui penyebab pastinya. Pasalnya, hipertensi gestasional bisa dialami oleh ibu yang tidak pernah menderita tekanan darah tinggi sebelum masa kehamilannya. 

    Meski demikian, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko terjadinya hipertensi gestasional pada masa kehamilan.:

    • Bila Anda pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil atau saat kehamilan sebelumnya
    • Anda memiliki penyakit ginjal atau diabetes
    • Usia Anda kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun saat hamil
    • Kehamilan kembar
    • Hamil anak pertama

    2. Hipertensi kronis

    Hipertensi kronis adalah kondisi tekanan darah tinggi yang terjadi sejak sebelum kehamilan dan berlanjut dalam masa kehamilan.

    Terkadang, seorang wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi kronis karena tekanan darah tinggi memang tidak menunjukkan gejala. 

    Oleh karena itu, dokter menganggap ibu hamil yang mengalami tekanan darah tinggi sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu disebut dengan hipertensi kronis.

    Berbeda dengan hipertensi gestasional, biasanya hipertensi kronis tidak akan hilang walaupun ibu sudah melahirkan bayinya.

    3. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia

    Kondisi ini terjadi pada wanita dengan hipertensi kronis yang mengalami tekanan darah tinggi saat hamil disertai dengan tingginya kadar protein di dalam urine atau komplikasi terkait tekanan darah lainnya.

    Bila Anda menunjukkan tanda-tanda tersebut pada usia kehamilan di bawah 20 minggu, Anda mungkin memiliki hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia.

    4. Preeklampsia

    Hipertensi gestasional dan hipertensi kronis yang tidak segera mendapat penanganan dapat berkembang menjadi preeklampsia.

    Preeklampsia atau keracunan kehamilan adalah gangguan tekanan darah serius yang dapat mengganggu kerja organ.

    Biasanya hal ini terjadi pada usia kehamilan ke-20 minggu dan akan menghilang setelah Anda melahirkan bayi Anda.

    Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria (adanya protein dalam urin). Selain itu, preeklampsia juga dapat ditandai dengan:

    • Pembengkakan pada wajah atau tangan
    • Sakit kepala yang sulit hilang
    • Nyeri pada perut bagian atas atau bahu
    • Mual dan muntah
    • Kesulitan bernapas
    • Kenaikan berat badan tiba-tiba
    • Terganggunya penglihatan

    Anda berisiko tinggi mengalami preeklampsia jika ibu dan mertua (ibu dari suami) Anda mengalami hal yang sama pada masa kehamilannya.

    Anda pun berisiko tinggi mengalami hipertensi jenis ini bila pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya. 

    Penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti. Namun, preeklampsia tampaknya disebabkan oleh gangguan pada pertumbuhan plasenta sehingga aliran darah pada plasenta tidak berjalan dengan baik.

    Preeklampsia dapat membahayakan kondisi Anda dan janin dalam kandungan. Aliran darah dari ibu dan janin dapat terganggu, sehingga bayi kesulitan untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangannya.

    Selain itu, preeklampsia juga dapat memengaruhi kesehatan organ, seperti hati, ginjal, paru-paru, mata dan otak ibu. Preeklampsia kemudian dapat berkembang menjadi eklampsia.

    5. Eklampsia

    Preeklampsia yang tidak cepat terdeteksi dapat berkembang menjadi eklampsia. Kondisi ini memang jarang terjadi, diperkirakan hanya 1 dari 200 kasus preeklampsia yang berkembang menjadi eklampsia.

    Meski demikian, eklampsia merupakan kondisi kesehatan yang serius. Pada kondisi ini, hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi dapat memengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau koma dalam kehamilan.

    Ini merupakan tanda bahwa preeklampsia yang dialami sudah berkembang menjadi eklampsia.

    Eklampsia dapat berdampak serius dan berakibat fatal bagi ibu dan janin dalam kandungan.

    Preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan terganggunya fungsi plasenta, yang kemudian dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, masalah kesehatan pada bayi, bahkan bayi lahir mati (dalam kasus yang jarang).

    Mengapa hipertensi pada saat hamil itu berbahaya?

    risiko melahirkan bayi prematur

    The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) menyebut, tekanan darah tinggi atau hipertensi dalam kehamilan dapat memberikan tekanan ekstra pada kerja jantung dan ginjal Anda.

    Dengan demikian, risiko Anda terkena penyakit jantung, penyakit ginjal, dan stroke, pun menjadi lebih tinggi pada kemudian hari.

    Kondisi ini juga bisa menyebabkan cedera pada organ-organ lain, seperti paru-paru, otak, hati, dan organ utama lainnya, yang bisa mengancam jiwa Anda.

    Selain itu, beberapa komplikasi dalam kehamilan pun mungkin muncul dengan kondisi ini, yaitu:

    1. Pertumbuhan janin yang terhambat

    Tekanan darah tinggi dapat menurunkan aliran nutrisi dari tubuh Anda ke janin melalui plasenta. Bila hal ini terjadi, bayi di dalam kandungan Anda mungkin akan kekurangan oksigen dan nutrisi.

    Ini bisa berakibat pada pertumbuhan janin yang terhambat atau yang biasa disebut dengan Intra Uterine Growth Restriction atau IUGR dan berujung pada berat lahir bayi yang rendah.

    2. Abrupsi plasental

    Preeklampsia meningkatkan risiko abrupsi plasenta, yaitu kondisi di mana plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum persalinan.

    Abrupsi yang parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta yang dapat berakibat fatal bagi Anda dan bayi Anda.

    3. Kelahiran prematur

    Saat hipertensi terjadi pada kehamilan, dokter mungkin akan memutuskan untuk melakukan persalinan sebelum waktunya (prematur).

    Hal ini diperlukan untuk mencegah potensi komplikasi yang fatal. Adapun kelahiran prematur dapat menyebabkan masalah pernapasan serta peningkatan risiko infeksi dan komplikasi lain pada bayi Anda.

    Bolehkah menggunakan obat tekanan darah saat hamil?

    Obat apa pun yang Anda gunakan saat hamil dapat memengaruhi Anda dan bayi Anda.

    Meskipun beberapa obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah umumnya aman digunakan pada masa kehamilan, obat lainnya seperti angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin receptor blockers (ARB), dan renin inhibitor umumnya dihindari pada masa kehamilan.

    Namun, pengobatan itu penting. Risiko serangan jantung, stroke, dan masalah lain yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi tidak hilang saat Anda hamil.

    Tekanan darah tinggi juga dapat membahayakan bayi Anda.

    Apabila Anda memerlukan obat untuk mengontrol tekanan darah saat hamil, dokter akan meresepkan obat-obatan yang paling aman dan dalam dosis yang tepat.

    Gunakan obat-obatan seperti yang diresepkan. Jangan menghentikan penggunaan atau menyesuaikan dosisnya sendiri.

    Apa yang harus saya lakukan untuk mencegah hipertensi dalam kehamilan?

    hipertensi pada ibu hamil

    Untuk melakukan pencegahan, Anda perlu mengetahui apakah Anda mempunyai faktor risiko untuk mengembangkan hipertensi gestasional dan preeklampsia atau tidak.

    Jika sudah mengetahuinya, Anda bisa mengambil langkah untuk mengatasi faktor risiko tersebut.

    Apabila Anda memiliki hipertensi dan sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya periksakan selalu kondisi Anda ke dokter.

    Ketahui, apakah hipertensi Anda terkontrol atau sudah memengaruhi kesehatan Anda? Begitu juga, jika Anda memiliki diabetes sebelum hamil, pastikan kondisi diabetes Anda sudah terkontrol.

    Kuncinya adalah selalu periksakan kondisi Anda sebelum dan selama kehamilan.

    Jika Anda mempunyai kelebihan berat badan sebelum hamil, ada baiknya Anda melakukan penurunan berat badan sebelum hamil agar kondisi kehamilan Anda lebih sehat.

    Apabila mulai mengalami gejala preeklampsia di tengah usia kehamilan, Anda harus menjaga tekanan darah agar tetap stabil.

    Mungkin dokter akan memberikan obat untuk membantu menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah kejang, agar preeklampsia tidak berkembang menjadi eklampsia.

    Jika preeklampsia terjadi selama kehamilan, mungkin dokter akan mempertimbangkan untuk melahirkan bayi Anda segera ketika perkembangan bayi sudah cukup siap untuk lahir.

    Terkadang, bayi harus dilahirkan secara prematur untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi.

    Disclaimer

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 16/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan