Beberapa risiko yang mungkin terjadi dari tes amniocentesis
Meski tergolong bermanfaat untuk mendeteksi beragam masalah yang mungkin terjadi pada bayi dalam kandungan, tes ini juga memiliki beberapa kemungkinan risiko, seperti:
1. Ketuban bocor
Ketuban bocor dini adalah risiko yang jarang terjadi. Meski begitu, cairan yang keluar biasanya hanya sedikit dan akan berhenti dengan sendirinya dalam waktu satu minggu.
2. Infeksi
Dalam kasus yang jarang, amniosentesis dapat memicu infeksi rahim. Selain itu, tes amniosentesis dapat menularkan infeksi yang Anda miliki ke bayi seperti hepatitis C, toksoplasmosis, dan HIV/AIDS.
3. Cedera jarum pada tubuh bayi
Bayi bisa terus bergerak selama Anda menjalani tes ini. Maka, bukannya tidak mungkin jika lengan, kaki, atau bagian tubuh bayi lainnya mendekati jarum yang sedang tertancap dan akhirnya tergores
Hal ini bisa mengakibatkan luka pada bagian tubuh yang terkena, namun biasanya hanya luka ringan yang tidak membahayakan bayi.
4. Sensitisasi Rh
Cukup jarang tes ini bisa menyebabkan sel darah bayi bocor ke aliran darah ibu. Hal ini memungkinkan ketika ibu dan bayi memiliki perbedaan rhesus.
Jika sang ibu memiliki rhesus negatif sementara rhesus bayi positif dan tubuh ibu tidak memiliki antibodi terhadap darah rhesus positif, maka dokter akan menyuntikkan immune globulin rhesus setelah tes selesai dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah tubuh ibu memproduksi antibodi Rh yang dapat masuk melalui plasenta dan merusak sel darah merah bayi.
5. Keguguran
Tes amniocentesis yang dilakukan pada trimester kedua berisiko mengakibatkan keguguran. Dikutip dari Mayo Clinic, penelitian menunjukkan bukti bahwa risiko keguguran meningkat jika tes dilakukan sebelum kehamilan berusia 15 minggu.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar