Semakin menua, fungsi tubuh akan mengalami penurunan, sehingga bisa menyebabkan masalah kesehatan pada lansia. Salah satu fungsi tubuh yang bisa mengalami penurunan adalah sistem saraf. Nah, satu dari beberapa gangguan sistem saraf yang mungkin terjadi pada lansia adalah multiple system atrophy (MSA). Sebenarnya apa itu MSA dan apa gejala serta perawatan penyakit pada lansia ini? Yuk, cari tahu lebih lanjut pada ulasan berikut.
Apa itu multiple system atrophy?
Multiple system atrophy atau kepanjangan dari MSA adalah gangguan saraf yang ditandai dengan hilangnya fungsi sistem saraf dalam mengatur tubuh secara perlahan.
MSA terjadi ketika sel saraf pada otak dan tulang belakang mengalami kematian. Kondisi ini akan bertambah parah, tergantung pada jumlah sel saraf yang mati.
Penyakit MSA menyebabkan seseorang kesulitan untuk bergerak bebas.
Selain itu, kombinasi beberapa gangguan saraf otonom yang berperan dalam fungsi tubuh tidak sadar pun bisa terjadi. Contohnya proses pencernaan, pernapasan, dan pengaturan pembuluh darah.
MSA tergolong penyakit saraf yang langka dan mungkin terjadi pada orang berusia lansia, khususnya usia 50 tahun ke atas.
Tanda dan gejala multiple system atrophy
Kondisi MSA sangat sulit Anda kenali sejak munculnya gejala awal. MSA juga sulit dibedakan dengan penyakit Parkinson karena gejala yang sangat mirip.
Gejala awal yang dapat terjadi pada penderita MSA di antaranya:
- badan terasa kaku dan kesulitan bergerak,
- gangguan koordinasi seperti kesulitan menggenggam dan berjalan,
- kesulitan berbicara,
- mengalami hipotensi (tekanan darah rendah) sehingga merasa pusing,
- tekanan darah turun ketika berganti posisi dari duduk ke berdiri atau dari berdiri ke duduk, serta
- gangguan dalam mengendalikan otot kandung kemih.
Selain gejala di atas, MSA juga dapat terjadi dengan pola spesifik yang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu parkinsonian MSA dan cerebellar MSA.
Mengutip dari Mayo Clinic, berikut gejala MSA berdasarkan tipenya.
1. Parkinsonian multiple system atrophy (MSA-P)
MSA-P merupakan tipe MSA yang paling umum dan memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson. MSA-P sering ditandai dengan gejala berikut ini.
- Otot kaku.
- Kesulitan melipat tangan dan kaki.
- Pergerakan tubuh lambat.
- Tremor (meskipun agak jarang).
- Gangguan postur tubuh, misalnya kesulitan berdiri tegak.
- Gangguan keseimbangan, misalnya lansia sering jatuh.
2. Cerebellar multiple system atrophy (MSA-C)
MSA-C adalah gangguan MSA yang terjadi akibat kematian sel saraf otak sebagian yang menyerang sel saraf otonom sehingga memicu gejala-gejala di bawah ini.
- Gangguan keseimbangan.
- Kesulitan menelan.
- Gangguan berbicara.
- Pergerakan mata abnormal.
Berbeda dengan penyakit Parkinson pada lansia, MSA cenderung berkembang lebih cepat.
Lansia yang mengalami MSA akan membutuhkan alat bantu dalam beberapa tahun sejak gejala MSA muncul untuk pertama kalinya.
Dalam perkembangan penyakitnya, pasien MSA dapat mengalami hal-hal berikut.
- Otot memendek di sekitar persendian tangan dan kaki sehingga mengalami kesulitan untuk bergerak.
- Pisa syndrome, yaitu gangguan postur abnormal sehingga tubuh miring ke satu sisi seperti menara Pisa.
- Antecollis, yaitu gangguan yang menyebabkan leher bengkok ke depan dan kepala turun
- Depresi dan gangguan kecemasan.
- Timbul gangguan tidur.
Gejala MSA bisa muncul dan berkembang dalam waktu yang sangat cepat, yaitu dalam kurun waktu lima hingga sepuluh tahun.
MSA dapat menyebabkan disabilitas karena hilangnya fungsi saraf otonom dan saraf pada anggota gerak sehingga pasien menjadi lumpuh dan hanya dapat berbaring di tempat tidur.
Penyebab multiple system atrophy
Penyebab munculnya MSA tidak diketahui secara pasti, karena kasus penyakit saraf ini langka dan terjadi secara acak tanpa pola tertentu.
Kerusakan pada MSA terjadi akibat penumpukan protein alpha-synuclein pada glia, yaitu sel yang menyangga saraf otak.
Penumpukan tersebut juga mengganggu proses pembentukan selubung saraf otak myelin. Akibatnya, sistem kerja otak pun terganggu.
Komplikasi multiple system atrophy
Perkembangan penyakit MSA pada setiap individu berbeda-beda. Namun, kondisi MSA tidak dapat membaik.
Seiring dengan perkembangan penyakit, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari menjadi menurun. Beberapa komplikasi akibat MSA, antara lain sebagai berikut.
- Gangguan pernapasan, terutama saat sedang tidur.
- Cedera karena terjatuh akibat gangguan keseimbangan atau saat kehilangan kesadaran (pingsan).
- Kerusakan permukaan kulit akibat tubuh tidak bergerak.
- Malnutrisi pada lansia karena kesulitan menelan makanan.
- Vocal cord paralysis, yaitu gangguan yang menyebabkan kesulitan berbicara dan bernapas.
Biasanya seseorang yang punya MSA dapat hidup sekitar 10 tahun semenjak gejala MSA pertama kali dilaporkan.
Namun, kemungkinan bertahan hidup dari MSA sangat bervariasi. Bahkan dalam kasus tertentu, harapan hidup pasien bisa mencapai belasan tahun.
Dampak fatal akibat MSA sering disebabkan oleh gangguan saluran pernapasan.
Pengobatan untuk pasien multiple system atrophy
Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan MSA. Namun, ada beberapa pengobatan yang bisa meringankan gejala dan mencegah terjadinya komplikasi.
Dokter akan mempertimbangkan pengobatan mana yang sesuai dengan kondisi dan keparahan gejala yang lansia alami.
Berikut adalah pengobatan untuk lansia yang menderita penyakit MSA.
1. Minum obat
Guna mencegah hipotensi saat berbaring, dokter akan meresepkan obat fludrokortison, pyridostigmine, dan midodrine.
Gunakan obat midodrine dengan hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah saat berbaring, sehingga tidak boleh berbaring selama empat jam setelah minum obat.
Dokter juga akan meresepkan obat untuk meredakan gejala yang mirip penyakit Parkinson, seperti levodopa.
Namun, tidak semua orang dengan multiple system atrophy merespons obat penyakit Parkinson. Efektivitas obat mungkin akan berkurang setelah beberapa tahun penggunaan.
2. Pemasangan kateter atau alat bantu makan
Jika kandung kemih bermasalah dan lansia tidak bisa menahan desakan untuk buang air kecil, dokter akan meresepkan obat untuk mengontrol kandung kemih.
Pada kasus parah, dokter akan melakukan pemasangan kateter secara permanen.
Dokter juga akan memberikan bimbingan pada keluarga maupun pengasuh dalam memenuhi kebutuhan nutrisi lansia yang kesulitan menelan.
Bila kondisinya cukup parah, lansia membutuhkan tabung gastrostomi untuk menyalurkan makanan langsung ke lambung.
3. Terapi fisik atau wicara
Lansia yang mengalami MSA juga biasanya perlu menjalani terapi fisik atau terapi wicara untuk membantu meningkatkan atau mempertahankan kemampuan berbicara dan bergerak.
Terapi ini perlu lansia jalani secara rutin untuk mendapatkan efektivitasnya.
Bagi Anda yang merawat lansia dengan penyakit MSA atau khawatir memiliki kondisi ini, konsultasikan kepada dokter untuk mendapat diagnosis dan perawatan yang tepat.
Kesimpulan
- Multiple system atrophy adalah gangguan pada sistem saraf yang ditandai hilangnya fungsi sistem saraf dalam mengatur tubuh secara perlahan.
- Gejala MSA meliputi badan terasa kaku dan sulit bergerak, kesulitan berbicara, gangguan koordinasi, hingga gangguan dalam mengendalikan otot kandung kemih.
- Penyebab MSA, yaitu penumpukan protein alpha-synuclein pada glia, yaitu sel yang menyangga saraf otak.
- Perawatan kondisi ini meliputi minum obat, pemasangan kateter, hingga terapi fisik atau wicara, tergantung pada kondisi lansia.
[embed-health-tool-bmi]