Ketika usia lanjut tiba, tubuh mengalami banyak perubahan, termasuk pola makan. Namun, ada kalanya perubahan ini bukan hanya karena proses penuaan, melainkan gangguan yang lebih serius seperti anoreksia geriatri.
Meski tergolong umum terjadi, kondisi ini bisa membuat lansia tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Dampaknya, terjadi peningkatan risiko penyakit lansia yang lebih serius, seperti gangguan fungsi organ dan kematian.
Apa penyebab dari anoreksia geriatri dan bagaimana mengatasinya? Simak informasinya di bawah ini.
Apa itu anoreksia geriatri?
Anoreksia geriatri adalah hilangnya nafsu makan atau penurunan jumlah asupan makanan pada lansia.
Istilah “anoreksia” sendiri berarti kehilangan nafsu makan, sedangkan “geriatri” merujuk pada orang yang berusia lanjut.
Semakin bertambahnya usia, lansia tentu akan mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh, khususnya yang berusia di atas 50 tahun.
Berbeda dengan anoreksia yang terjadi pada individu berusia lebih muda, anoreksia geriatri tidak hanya terpengaruh oleh faktor penyakit dan kejiwaan, tetapi juga terpicu oleh kondisi fisik akibat proses penuaan.
Berbagai penyebab anoreksia geriatri
Berikut adalah beberapa kondisi lain yang mungkin menyebabkan lansia mengalami anoreksia geriatri.
1. Mengalami inflamasi pada otak
Proses penuaan memicu terjadinya inflamasi atau peradangan pada bagian otak yang berperan dalam mengatur stimulus perifer dari sel lemak, asupan nutrisi, dan hormon.
Inflamasi pada bagian otak menyebabkan ketidakseimbangan hormon.
Hal ini terjadi karena otak pada lansia mengalami hambatan untuk merespons hormon lapar, yaitu hormon ghrelin dan cholecystokinin (CCK).
Akibatnya, terjadi penurunan berat badan pada lansia karena cenderung kehilangan rasa lapar. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan anoreksia geriatri.
2. Menurunnya fungsi indra penciuman dan perasa
Hilangnya keinginan lansia untuk mengonsumsi suatu makanan tertentu bisa menjadi penyebab anoreksia geriatri.
Biasanya, keinginan lansia untuk makan cenderung menurun, karena kehilangan kemampuannya untuk menghirup aroma makanan kesukaan hingga kesulitan dalam merasakan makanannya.
Terlebih lagi, umumnya lansia akan kehilangan kemampuan untuk merasakan rasa manis dan asin terlebih dahulu.
Hal ini menyebabkan para lansia kehilangan nafsu makan, karena merasa bosan dan tidak menikmati makanannya.
Namun, penurunan fungsi indera penciuman dan perasa pada lansia juga bergantung pada kondisi yang disebabkan penyakit, efek samping obat, dan merokok.
3. Menurunnya fungsi saluran pencernaan
Kondisi pencernaan, termasuk gangguan kesehatan mulut dan gigi lansia, juga bisa menjadi penyebab anoreksia geriatri.
Pasalnya, hilangnya gigi untuk menghaluskan makanan atau penurunan sekresi asam lambung menyebabkan tubuh kesulitan untuk menyerap makanan.
Selain itu, lambung yang masih terisi makanan karena proses penyerapan terlalu lambat dapat mengganggu kerja hormon untuk mengirimkan sinyal lapar.
Akibatnya, lansia hanya mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit. Penyebab dari kondisi ini biasanya efek samping atau interaksi obat yang lansia konsumsi dalam waktu berdekatan.
4. Memiliki kondisi kesehatan mental yang kurang baik
Selain masalah kesehatan fisik, gangguan mental pada lansia juga bisa menjadi penyebab anoreksia geriatri.
Lingkungan sosial yang menimbulkan rasa tak nyaman dan gangguan mental, seperti depresi, dapat menjadi faktor paling umum yang menyebabkan kondisi tersebut.
Saat mengalami kondisi ini, lansia cenderung mengisolasi diri atau memilih untuk sendiri.
Bahkan menurut sebuah penelitian yang dimuat pada jurnal Nutrients, menyendiri dan mengisolasi diri dari lingkungan luar menjadi salah satu faktor utama terjadinya anoreksia pada lansia.
Pasalnya, hal tersebut menyebabkan lansia kehilangan nafsu makan. Sementara itu, depresi pada lansia lebih sering terpicu oleh stres dan penurunan fungsi kognitif.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa penurunan fungsi kognitif, stres, dan berbagai pemicu depresi lainnya bisa juga menjadi pemicu terjadinya anoreksia geriatri.