2. Pemilihan nutrisi dan tekstur makanan

Kita perlu mengetahui kondisi fisik yang dialami lansia. Apakah ia mengalami masalah mengunyah ataupun menelan makanan padat sehingga menyebabkan lansia susah makan? Bila iya, jangan lupa menyesuaikan tekstur makanan yang lebih lunak atau dalam bentuk cair. Hal ini sangat membantu lansia dalam memperoleh asupan makan dan zat gizi yang adekuat.
Kebutuhan nutrisi untuk lansia secara garis besar adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan energi sebesar 30 kcal/kgBB/hari dan protein minimal 1g /kgBB/hari. Kebutuhan ini disesuaikan dengan faktor lain seperti status nutrisi, level aktivitas fisik, penyakit penyerta dan toleransi lansia sendiri.
- Kebutuhan serat dalam makanan sekitar 25g/hari untuk mencegah sembelit pada lansia
- Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi
- Kebutuhan karbohidrat 45-65% dari kebutuhan energi total.
- Asupan cairan sebesar 30 cc/kg BB/ hari bisa mencapai 1,6 – 2 liter per hari, kebutuhan ini disesuaikan dengan kondisi medis tertentu seperti apabila menderita penyakit yang memerlukan restriksi atau pembatasan cairan
- Dalam keadaan tidak ada defisiensi mikronutrien, kebutuhan harian mikronutrien disesuaikan dengan rekomendasi untuk lansia sehat. Vitamin D pada usia lanjut direkomendasikan dapat diberikan sebesar 1000 IU per hari disertai asupan kalsium untuk mencegah risiko jatuh dan fraktur pada lansia.
Bagi lansia dengan malnutrisi atau berisiko malnutrisi terutama dengan masalah mengunyah, maka sebagai solusinya lansia dapat diberikan suplementasi nutrisi secara oral berupa makanan cair. Anda dapat memberikan suplementasi nutrisi oral tersebut untuk lansia, apabila makanan harian tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Menurut pedoman dari ESPEN, lansia dapat diberikan asupan energi tinggi (1-3 kkal/mL), dengan protein tinggi dan mengandung serat. Suplemen nutrisi oral (Oral Nutrition Supplements / ONS) diklasifikasikan memiliki ‘tinggi protein’ jika menyediakan >20% energi dari protein dan diklasifikasikan ‘tinggi energi’ jika menyediakan >1,5 kkal/ml.
Berdasarkan penelitian di Jurnal Clinical Nutrition, kepatuhan pasien untuk mengonsumsi ONS ternyata lebih tinggi sebesar 91% bila diberikan ONS tinggi energi ( > 2 kkal/mL), dibandingkan kepatuhan pasien untuk mengonsumsi ONS dengan kalori yang lebih rendah (1-1,3 kkal/mL ataupun 1,5 kkal/mL) yang hanya sebesar 77-78%.
Adapun suplementasi nutrisi secara oral dapat diberikan di antara waktu makan (2 jam sebelum atau sesudah makan) atau pada saat makan. Suplementasi ini setidaknya memberikan asupan 400 kkal/hari dan 30 gram protein/hari.
3. Menentukan pola diet untuk mengatasi malnutrisi lansia

Penting bagi seorang lansia untuk melakukan konsultasi ke dokter tentang pola diet yang tepat. Konseling nutrisi ini merupakan salah satu lini terdepan dalam terapi nutrisi. Lansia dan keluarga, maupun pelaku rawat/care giver memerlukan konseling nutrisi perseorangan. Diskusi berulang tentang pola nutrisi dapat membangun pengertian terkait topik-topik nutrisi dan kebiasaan pola makan sehat untuk lansia.
4. Tetap bersosialisasi

Depresi dan isolasi berhubungan erat dengan penurunan nafsu makan pada lansia. Aktivitas sosial dapat membuat lansia menikmati makanannya karena pada kondisi tersebut makan merupakan suatu proses bersosialisasi dibandingkan proses rutinitas belaka.
Makan bersama anggota keluarga atau kerabat dapat meningkatkan nafsu makan. Berkumpul bersama anggota komunitas untuk saling bersosialisasi dapat membuat lanjut usia menanti-nanti waktu makan. Pada saat pandemi COVID-19, berkumpul bersama secara langsung tentunya sementara waktu dapat dihindari dahulu. Namun bersosialisasi dan berkumpul secara tidak langsung tentunya masih dapat dilakukan melalui berbagai media secara virtual/online.
Anda bisa mencegah dan mengatasi masalah malnutrisi pada lansia melalui empat langkah di atas mulai dari konsultasi ke dokter untuk mencari penyebab malnutrisi, pemilihan nutrisi, dan penyesuaian tekstur makanan, konsultasi untuk menentukan pola diet, tetap melakukan aktivitas fisik, serta bersosialisasi. Cara-cara ini juga membantu lansia meningkatkan nafsu makannya secara bertahap, termasuk membantu menguatkan kembali daya tahan tubuhnya.
Menghindari dampak malnutrisi dengan beraktivitas fisik

Sebelumnya telah diulas bahwa salah satu dampak dari malnutrisi adalah menurunnya massa otot dan performa otot atau sarkopenia. Selain melalui intervensi makanan bernutrisi, lansia tetap perlu melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga untuk menghindari dampak penurunan massa otot ini. Aktivitas fisik terutama latihan ketahanan (resistance training) dapat mempertahankan dan membangun massa dan kekuatan otot.
Selain itu, aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai bagi lansia dapat meningkatkan imunitas tubuh, memperbaiki kesehatan mental dan fungsi kognitif, serta mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit kronik degeneratif (antara lain diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi) yang sering dialami lansia
Sebelum memulai olahraga, ada baiknya lansia perlu mendapatkan evaluasi kesehatan terlebih dulu dari dokter. Dokter akan membantu merekomendasikan jenis olahraga yang sesuai tergantung kondisi masing-masing lansia. Olahraga yang dapat direkomendasi untuk lansia, antara lain:
- Ketahanan (endurance), contoh : jogging/jalan cepat, berenang, bersepeda
- Kekuatan (strength), contoh : angkat beban, penggunaan resistance band, wall push up
- Keseimbangan (balance), contoh : berdiri satu kaki dengan berpegang pada kursi, Tai chi
- Kelenturan (flexibility), contoh: yoga, peregangan otot-otot punggung, otot-otot anggota gerak, Tai Chi
Ketika lansia lebih bugar, setidaknya ia lebih semangat untuk mengonsumsi makanan. Dengan bertambah nafsu makannya, turut membantu mencegah dan mengatasi malnutrisi pada lansia.
Aktivitas fisik menjadi salah satu cara yang mendukung imunitas tubuh lansia. Lansia juga perlu menghindari risiko terkena penyakit, mulai dari memperhatikan kebersihan diri (mencuci tangan dengan sabun dan rutin mandi), berjarak dengan kerabat yang sakit, mendapatkan vaksinasi untuk penyakit tertentu, mengonsumsi makanan bernutrisi, dan segera berkonsultasi ke dokter bila mengalami gejala sakit tertentu.
Tubuh yang sehat dapat menyokong nafsu makan lansia, sehingga mereka dapat makan lebih semangat. Dengan begitu, nutrisinya pun tercukupi dengan baik. Oleh karenanya, aktivitas fisik dan menjauhkan lansia dari faktor risiko penyakit, dapat membantu mengatasi malnutrisi termasuk mencegah dampak buruk malnutrisi pada lansia.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar