backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mikrosefalus

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 30/11/2023

Mikrosefalus

Mikrosefalus atau mikrosefali adalah istilah yang merujuk pada kelainan perkembangan di mana ukuran kepala bayi lebih kecil dari rata-rata. Kira-kira apa yang menjadi penyebab kondisi ini? Cari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah ini.

Apa itu mikrosefalus?

Mikrosefali atau mikrosefalus adalah kondisi medis yang terbilang langka. Mikrosefalus adalah kondisi neurologis di mana ukuran kepala bayi lebih kecil ketimbang anak-anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.

Melansir dari laman National Institute of Neurological Disorders and Stroke, ukuran lingkar kepala pada bayi dengan mikrosefali lebih kecil dari normal karena otak belum berkembang.

Selain perkembangan otak yang belum berjalan dengan baik, mikrosefali atau mikrosefalus juga bisa dikarenakan berhentinya pertumbuhan otak.

Bayi dengan kondisi ini mungkin hanya mengalami mikrosefalus, tetapi tidak menutup kemungkinan ia juga bisa mengalaminya berbarengan dengan cacat lahir lainnya.

Mikrosefalus adalah kondisi yang dapat muncul saat lahir maupun berkembang pada beberapa tahun pertama sejak bayi lahir.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Mikrosefali bukanlah kondisi yang umum terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor genetik dan lingkungan.

Namun, Anda dapat mengurangi risiko terserang penyakit ini dengan mengetahui kondisi yang bayi miliki. Konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.

Apa saja tanda dan gejala mikrosefalus?

mikrosefalus mikrosefali
Sumber: Seeker

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, mikrosefalus atau mikrosefali adalah kondisi yang berkaitan erat dengan ukuran lingkar kepala bayi.

Oleh karena itu, menurut Mayo Clinic, tanda atau gejala utama yang menunjukkan adanya mikrosefalus pada bayi yakni ukuran lingkar kepala bayi yang tampak jelas lebih kecil ketimbang anak seusianya.

Padahal seharusnya, bayi dengan usia dan jenis kelamin yang sama memiliki rentang ukuran lingkar kepala normal masing-masing.

Pengukuran lingkar kepala bayi dilakukan di bagian terluas dahi alias di atas alis, bagian atas telinga, dan kepala bagian belakang yang paling menonjol.

Bayi dengan ukuran lingkar kepala yang normal memperlihatkan hasil sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya saat ini.

Sementara ukuran lingkar kepala bayi yang abnormal berada jauh di bawah rata-rata berdasarkan jenis kelamin dan usianya saat ini.

Bukan itu saja, seorang bayi dengan kondisi mikrosefali yang tergolong parah mungkin memiliki dahi yang miring ke belakang.

Seiring bertambah usianya, wajah si Kecil yang mengalami mikrosefalus akan terus tumbuh, tapi tidak dengan tengkorak kepalanya.

Kondisi ini tentu dapat menyebabkan anak mengalami ukuran wajah yang besar, dahi yang mengecil, serta kulit kepala yang kendur dan keriput.

Bayi pun dapat mengalami kekurangan berat badan dan ukuran tubuhnya cenderung lebih kecil ketimbang seharusnya.

Dalam kasus yang cukup parah, mikrosefalus pada bayi berisiko berakibat fatal atau mengancam nyawanya.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika Anda melihat si Kecil memiliki tanda-tanda mikrosefalus di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah kepada dokter anak.

Kondisi kesehatan tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan kepada dokter agar mendapatkan penanganan terbaik terkait kondisi kesehatan Anda dan bayi.

Perlu Anda Ketahui

Pengukuran lingkar kepala bayi sebaiknya mulai dilakukan sejak ia baru lahir atau hari pertama kehidupan si Kecil. Hasil dari pengukuran lingkar kepala ini bisa menjadi pedoman untuk menggambarkan kondisi kesehatan buah hati Anda.

Apa penyebab mikrosefalus?

Mikrosefalus paling sering disebabkan oleh kelainan genetik yang mengganggu pertumbuhan korteks serebral selama beberapa bulan awal perkembangan janin.

Namun di samping itu, ada beberapa penyebab mikrosefalus yang perlu orangtua ketahui.

Penting bagi orangtua untuk mencari tahu penyebab mikrosefali karena akan membantu dokter dan keluarga untuk memprediksi gejala apa yang akan dialami oleh si Kecil berikutnya.

Berikut beberapa penyebab yang mikrosefali yang mungkin terjadi.

1. Craniosynostosis

Craniosynostosis merupakan kondisi cacat lahir yang menyebabkan bentuk kepala bayi tidak normal akibat adanya kelainan pada tulang tengkorak.

Kelainan ini memengaruhi perkembangan kepala dan otak bayi, sehingga dapat menjadi penyebab kepala bayi berukuran kecil daripada seharusnya atau mikrosefalus.

Untuk mengatasi kelainan ini, bayi memerlukan proses pembedahan untuk memisahkan tulang yang bermasalah.

Jika tidak ada masalah yang terjadi pada otak, operasi ini memungkinkan otak memiliki cukup ruang untuk tumbuh dan berkembang.

2. Kelainan genetik

Kelainan genetik sering menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan, salah satunya mikrosefalus.

Setiap gen terdiri dari DNA yang bertindak sebagai pengatur produksi protein yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Berdasarkan Stanford Children’s Health, warisan gen abnormal dari orangtua dapat menyebabkan bayi mengalami mikrosefalus.

Mikrosefalus adalah kondisi yang bisa disebabkan oleh kelainan gen resesif autosomal. Autosomal artinya sama-sama dapat memengaruhi bayi dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Sementara resesif artinya terdapat dua salinan gen yang masing-masing berasal dari kedua orangtua. Beberapa kelainan genetik yang menjadi penyebab mikrosefalus ada kaitannya dengan gen X.

Ini berarti susunan gen yang salah terdapat pada kromosom X. Begini, anak perempuan bisa memiliki gen yang salah pada satu kromosom X, tetapi tidak memiliki tanda atau gejala penyakit tertentu.

Namun, ini artinya anak perempuan tersebut merupakan pembawa kondisi tertentu. Berbeda dengan anak laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X.

Jika kromosom X anak laki-laki tersebut membawa gen yang salah, ia bisa mengalami tanda atau gejala kondisi tertentu, termasuk mikrosefalus.

Adanya masalah atau kelainan gen yang terjadi pada bayi dapat membuat pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Salah satu kelainan gen yang dapat menyebabkan mikrosefali adalah down syndrome.

3. Kekurangan gizi

Ibu hamil memerlukan banyak nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada di dalam kandungannya.

Nutrisi penting selama masa kehamilan tersebut didapat dari makanan dan minuman, seperti sayur, buah, daging, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Bila kebutuhan nutrisi ibu hamil tidak tercukupi dengan baik, perkembangan bayi bisa terganggu. Hal ini dapat menjadi penyebab kepala bayi berukuran kecil atau mikrosefalus.

4. Penggunaan zat tertentu dan paparan bahan kimia

Selain kebutuhan nutrisi yang harus diperhatikan, Anda pasti sering mendengar jika ibu hamil dilarang melakukan kegiatan atau menggunakan zat tertentu.

Ini meliputi pekerjaan yang menyebabkan ibu hamil terpapar zat kimia, kebiasaan merokok dan minum alkohol, atau menggunakan obat-obat tertentu.

Semua zat asing yang masuk ke tubuh sang ibu dapat mengalir bersama darah dan masuk ke tubuh bayi.

Zat-zat yang tidak dibutuhkan ini bisa mengganggu proses perkembangan otak anak sehingga bisa menyebabkan mikrosefalus.

5. Infeksi

Infeksi dalam tubuh ibu hamil bisa menyebabkan masalah pada perkembangan bayi. Pasalnya, infeksi bisa mengalir bersama darah dan masuk ke tubuh bayi.

Selain itu, infeksi juga dapat juga mengganggu kerja organ tubuh sang ibu yang seharusnya menyempurnakan janin.

Beberapa infeksi yang dapat menjadi penyebab mikrosefalus pada bayi, antara lain:

  • Cacar air yakni infeksi virus varicella yang menyebabkan tubuh demam disertai lenting berisi air.
  • Virus Zika yaitu virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan demam Zika.
  • Toksoplasmosis yaitu infeksi yang menyebabkan tubuh demam, kejang, dan pembesaran limpa.
  • Infeksi rubella yang menyebabkan ruam merah di seluruh kulit.
  • Infeksi cytomegalovirus, yang menyebabkan demam, kelenjar getah bening membengkak, dan nyeri otot.

6. Cerebral anoxia

Komplikasi kehamilan juga bisa menjadi penyebab mikrosefalus, salah satunya cerebral anoxia. Kondisi ini terjadi karena pengiriman oksigen ke otak janin terhambat.

Asupan oksigen yang tidak memadai ini bisa menyebabkan perkembangan otak dan kepala bayi terganggu.

7. Fenilketonuria

Fenilketonuria adalah cacat bawaan lahir yang menyebabkan asam amino yang disebut dengan fenilalanin menumpuk di dalam tubuh.

Ini terjadi karena adanya kecacatan gen yang diwariskan orangtua untuk memecah fenilalanin.

Wanita hamil yang memiliki kondisi ini sangat berisiko, salah satunya dapat menyebabkan mikrosefalus maupun keguguran.

Apa komplikasi atau efek jangka panjang dari kondisi ini?

keistimewaan bayi prematur

Sebenarnya, ada atau tidaknya efek jangka panjang dari mikrosefalus tergantung pada apa yang menjadi penyebabnya sejak awal.

Jika bayi mengalami gangguan tetapi dalam taraf ringan, mungkin tidak akan mengalami masalah lainnya. Si Kecil tetap dapat tumbuh secara normal dengan pertumbuhan yang sesuai usianya.

Namun pada beberapa kondisi, bayi dengan mikrosefali dapat mengalami masalah pada proses perkembangan dan pembelajaran.

Bahkan, si Kecil juga dapat mengalami masalah medis lainnya seperti epilepsi dan cerebral palsy.

Di sisi lain, kondisi ukuran lingkar kepala yang kecil ini ternyata dapat menimbulkan dampak terhadap perkembangan dan kualitas hidup bayi.

Berikut beberapa gejala yang muncul akibat dampak dari mikrosefalus pada bayi.

  • Keterlambatan perkembangan seperti sulit belajar bicara, berdiri, duduk, hingga berjalan.
  • Kesulitan belajar.
  • Mengalami masalah terkait keseimbangan, pergerakan, dan koordinasi anggota tubuh.
  • Adanya masalah dengan makan seperti kesulitan menelan.
  • Mengalami gangguan pendengaran.
  • Mengalami masalah pendengaran.
  • Hiperaktif.
  • Bertubuh pendek.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis mikrosefalus?

Ada dua cara yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis mikrosefalus, yakni sebelum kelahiran dan setelah bayi lahir.

Pemeriksaan mikrosefalus sebelum kelahiran dapat dilakukan selama masa kehamilan. Dokter biasanya menggunakan alat ultrasonografi atau USG untuk memeriksa dan melihat kondisi bayi di dalam kandungan.

USG juga dapat menunjukkan apabila bayi memiliki ukuran kepala yang lebih kecil atau di bawah normalnya.

Pemeriksaan USG untuk mendeteksi adanya mikrosefalus pada bayi biasanya sudah dapat dilakukan sejak akhir trimester kedua maupun saat memasuki trimester ketiga kehamilan.

Sementara saat bayi sudah lahir, diagnosis mikrosefalus dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut.

  • Pemeriksaan fisik bayi, termasuk mengukur lingkar kepalanya.
  • Pemeriksaan riwayat keluarga dan mengetahui ukuran kepala orangtua.
  • Melakukan pemeriksaan kepala guna mengetahui pertumbuhan kepala bayi seiring waktu.

Bayi yang baru lahir akan diperiksa ukuran lingkar kepalanya untuk dijadikan penilaian pada grafik pertumbuhan.

Pemeriksaan ukuran lingkar kepala tersebut dapat terus dilakukan setiap beberapa bulan sekali sesuai perkembangan bayi.

Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) menyarankan agar pengukuran lingkar kepala bayi dilakukan secara rutin setiap bulan sampai usia bayi menginjak 2 tahun.

Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui apakah pertumbuhan lingkar kepala bayi berjalan normal sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya atau justru berisiko mikrosefalus.

Jika ternyata hasil pengukuran lingkar kepala bayi berada di bawah rata-rata, artinya ia mengalami mikrosefalus.

Setelah dokter mendiagnosis adanya mikrosefalus pada bayi, tingkat keparahan kondisi ini dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging atau MRI.

Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan tes darah untuk mencari tahu penyebab di balik perkembangan lingkar kepala bayi yang terlambat tersebut.

Berbagai pemeriksaan tersebut mungkin juga dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan adanya infeksi di dalam rahim yang berisiko menjadi penyebab perubahan struktural otak.

Apa saja pilihan pengobatan untuk mikrosefali?

kelainan kongenital cacat bawaan pada bayi baru lahir

Sejauh ini, belum ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi mikrosefalus. Namun, pengecualian untuk mikrosefalus yang disebabkan oleh craniosynostosis.

Kondisi tersebut masih bisa dipulihkan dengan melakukan operasi atau pembedahan untuk membantu membentuk kembali tengkorak, tetapi tidak dengan kondisi lainnya.

Biasanya, untuk mempertahankan kesehatan tubuh si Kecil, pengobatan lebih berfokus pada perawatan dan menghilangkan masalah yang ditimbulkan dari mikrosefalus.

Jika ada kondisi lain yang merupakan efek dari mikrosefalus, contohnya malnutrisi, dokter juga akan mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut.

Bayi yang mengalami mikrosefalus ringan umumnya hanya membutuhkan pemeriksaan rutin. Sementara untuk kondisi yang lebih parah, biasanya memerlukan penanganan khusus guna mendukung kemampuan fisik dan kecerdasan si Kecil.

Penanganan tersebut dapat mencakup terapi bicara, fisik, dan okupasi. Bahkan, untuk kondisi tertentu seperti bayi yang kerap mengalami kejang dan hiperaktif, biasanya dibutuhkan obat untuk meningkatkan fungsi saraf dan otot.

Apakah mikrosefalus bisa sembuh?

Sebenarnya, bila tidak ada gangguan lain pada otak bayi, operasi dapat dilakukan untuk memisahkan tulang yang menyatu di tengkorak bayi. Dengan begitu, otak bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sementara bila mikrosefalus disebabkan oleh kondisi lain, maka belum tentu bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan pun hanya sebatas membantu perkembangan fisik dan mengatasi kejang pada bayi.

Adakah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah mikrosefalus?

Pencegahan mikrosefalus atau mikrosefali dapat diupayakan sejak masa kehamilan dengan cara berikut ini.

  • Makan makanan yang sehat dan konsumsi vitamin saat hamil.
  • Hindari minum alkohol dan menggunakan obat-obatan terlarang.
  • Hindari penggunaan bahan kimia yang kurang baik bagi janin.
  • Rajin menjaga kebersihan pribadi termasuk mencuci tangan.
  • Segera periksakan diri ke dokter saat mengalami masalah kesehatan apa pun.

Jika Anda sudah memiliki anak dengan kondisi mikrosefali dan ingin hamil lagi, sebaiknya bicarakan lebih dulu dengan dokter Anda.

Dokter dapat memberikan penjelasan untuk membantu Anda memahami risiko keluarga Anda terhadap penyakit ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 30/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan