Kacang kedelai termasuk jenis kacang-kacangan yang punya banyak manfaat bagi tubuh. Namun, masih banyak mitos yang membuat masyarakat ragu akan manfaat kesehatan kedelai. Seperti apa mitos-mitos yang beredar?
Berbagai mitos seputar kacang kedelai
Dari menyebabkan mandul hingga meningkatkan risiko demensia, inilah sederet mitos yang umum tentang kacang kedelai.
1. Kacang kedelai bisa mengganggu kesuburan
Katanya, makan kedelai dalam jumlah banyak bisa memengaruhi kesuburan wanita.
Banyak yang percaya bahwa kandungan fitoestrogen pada kacang kedelai dapat menyebabkan masalah kesuburan.
Fitoestrogen sendiri adalah senyawa kimia alami yang diduga bisa mengganggu sistem endokrin.
Padahal, makan kedelai dalam jumlah sewajarnya justru bisa membantu wanita untuk mempersiapkan kehamilan.
Mengutip Johns Hopkins Medicine, kacang kedelai bisa jadi alternatif cemilan sehat bagi wanita yang sedang menjalani program hamil.
Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai, memiliki kandungan asam folat yang baik untuk mencegah risiko cacat lahir sumsum tulang belakang.
Bahkan menambahkan satu porsi kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dan olahannya, dalam porsi makan harian, baik untuk kesehatan reproduksi wanita.
Jadi, klaim kedelai bisa memengaruhi kesehatan reproduksi wanita tidaklah benar.
2. Kacang kedelai bukan sumber protein yang baik
Mitos kedelai yang satu ini tentu sudah cukup familier di telinga.
Faktanya, kacang kedelai mampu menyuplai protein dalam jumlah banyak, dengan kalori yang jauh lebih rendah daripada sumber protein hewani.
Tidak hanya itu, kedelai mengandung asam amino yang diperlukan tubuh, kaya akan serat, antioksidan, dan bebas kolesterol.
Kedelai juga tidak memiliki kandungan lemak jenuh yang biasanya ditemukan dalam produk hewani. Itu sebabnya, kedelai termasuk sumber protein berkualitas.
Bahkan jika Anda memasak secangkir kedelai, akan menyumbang 22 gram protein untuk tubuh, yang hampir sama dengan makan satu porsi steik daging.
3. Kacang kedelai menyebabkan kanker payudara
Tidak sedikit orang yang meragukan manfaat kacang kedelai karena mitos kedelai yang menyebutkan kandungan fitoestrogennya menyebabkan kanker.
Banyak klaim menyebutkan fitoestrogen bisa memicu pertumbuhan sel kanker karena memiliki struktur mirip dengan hormon estrogen.
Padahal berbagai penelitian menunjukkan makan kacang kedelai dalam jumlah banyak tidak akan meningkatkan pertumbuhan kanker payudara pada wanita.
Justru sebaliknya, kedelai dipercaya dapat menurunkan risiko kanker payudara.
Melansir situs National Center for Biotechnology Information, masyarakat di kawasan Asia Timur yang banyak mengonsumsi kacang kedelai, justru berisiko rendah terkena kanker payudara dan penyakit jantung.
Bahkan, sebuah penelitian yang dilakukan pada 300.000 wanita berusia 30 – 79 tahun di Cina memperlihatkan hanya 2289 wanita yang dilaporkan mengalami kanker payudara yang terus berkembang.
Itu artinya, kacang kedelai tidak ada kaitannya dengan kanker payudara dan justru dapat membantu tubuh memerangi sel-sel kanker.
4. Pria tidak boleh makan kedelai
Lagi-lagi, mitos kedelai yang satu ini berkaitan dengan kandungan fitoestrogen.
Karena kandungan fitoestrogen, pria yang banyak makan kedelai diduga cenderung memiliki jumlah sperma lebih rendah (tapi masih dalam batas normal).
Meski begitu, penelitian yang memperlihatkan hal tersebut masih terbatas.
Bahkan, para peneliti mencatat adanya faktor lain seperti obesitas dan kelebihan berat badan yang dimiliki sebagian besar pria dengan jumlah sperma yang relatif sedikit.
Terlebih lagi, penelitian yang dilakukan oleh Chavarro dan rekan-rekannya menunjukkan bukan kedelai yang mengakibatkan penurunan jumlah sperma, melainkan berat badan berlebih dan pola hidup tidak sehat secara keseluruhan.
Itu sebabnya, belum ada bukti kuat yang mengatakan bahwa kedelai bisa menurunkan kesuburan pria.
Jadi, bagi para pria yang hobi makan kedelai segar maupun berbagai olahan kedelai lainnya, Anda tidak perlu khawatir lagi.
Mengutip dari National Library of Medicine, kacang kedelai justru berpotensi menurunkan risiko kanker prostat pada pria.