Proyek ini adalah model kolaboratif pendidikan kedokteran dan manajemen perawatan yang membantu dokter memberikan perawatan tingkat ahli kepada pasien di mana pun mereka tinggal.
Program telehealth mentoring kanker ini memanfaatkan teknologi konferensi video untuk melatih, berbagi saran dalam menangani kasus kanker, dan mendukung penyedia perawatan primer. Program ini diharapkan dapat membantu rumah sakit di berbagai provinsi dalam menangani kasus kanker di daerahnya.
Pelaksanaan tele-health mentoring

Pada tahap awal, program ini dilakukan secara rutin sebanyak sebulan dua kali dengan durasi waktu dua jam per pertemuan.
Rumah sakit vertikal (milik Kemkes) bersama tiga rumah sakit milik provinsi diajak dalam program ini. Rumah sakit tersebut kemudian diproyeksikan akan mengampu sembilan rumah sakit di daerah untuk melakukan tele-health mentoring.
Prinsip dalam tele-health mentoring adalah mentransfer ilmu ke setiap rumah sakit yang masuk dalam jejaring melalui webinar. Program ini membahas kasus-kasus penanganan kanker di rumah sakit yang berbeda.
Pembahasan dilakukan dengan menampilkan hasil foto rontgen, pemeriksaan laboratorium, dan lainnya. Tidak hanya kasus, program ini juga membahas masalah pembiayaan dalam penanganan kanker.
Prinsip lainnya adalah menciptakan multidisciplinary team (MDT) dengan pembahasan dimulai dari diagnosis, tata laksana, dan rencana ke depan dari pasien sendiri melalui tele-health mentoring. Selain berfokus pada dokter, program ini juga akan mengembangkan perawat khusus onkologi.
“Kami juga bekerja sama dengan HIMPONI (Himpunan Perawat Onkologi Indonesia) dan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia untuk mengembangkan perawat onkologi,” terang Soeko.
Program ini akan berlanjut dengan rencana mengirim dokter serta perawat untuk menjalani program pelatihan di Tata Memorial Hospital di India selama dua setengah bulan.
Perubahan kebijakan dan perkembangan teknologi

Soeko menilai dukungan dari pemerintah melalui kebijakan dapat mendorong berjalannya tujuh program kanker nasional menjadi lebih baik di setiap daerah. Hal ini karena mengingat masih rendahnya fasilitas deteksi dini yang ada di rumah sakit daerah.
Melalui jejaring ini diharapkan juga rumah sakit di daerah akan mulai melengkapi fasilitasnya, terutama untuk menyediakan layanan deteksi dini. Selain itu juga diharapkan ada perbaikan sistem rujukan agar mempermudah dalam navigasi menangani pasien kasus kanker.
“BPJS sudah baik dalam menjamin pengobatan kanker, tetapi belum ke deteksi dini,” tutur Soeko. Selain itu, masih perlu usaha untuk mengubah pemikiran masyarakat melakukan langkah preventif kanker.
Apabila deteksi dini telah diperbaiki, selanjutnya adalah dengan meningkatkan teknologi untuk deteksi dini tersebut. Seperti salah satunya menggunakan Genomic, untuk mengetahui pada gen tertentu lebih berisiko pada kanker jenis apa dan apa pengobatan yang dibutuhkan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar