Kata kanker saja sudah membuat saya ketakutan. Ditambah sekarang dengan kata operasi. Membayangkan bagaimana tubuh saya akan dibedah, membuat ketakutan semakin membesar.
Saya masih tidak percaya jika saya mengidap jenis kanker yang terbilang jarang terjadi. Kenapa saya yang harus mengidap penyakit ini? Bagaimana anak-anak saya nanti kalau saya meninggal?
Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran saya. Saya stres dan tertekan hingga terbersit di pikiran saya tak ingin menjalani operasi.
Kecemasan di wajah saya tiap kali kontrol berlangsung membuat dokter menyarankan saya untuk konseling terlebih dulu. Keputusan untuk menjalani operasi atau tidak memang tergantung pada saya sebagai pasien. Saya sadar dokter dan pihak rumah sakit hanya menawarkan pengobatan terbaik dengan kesembuhan saya sendiri.
Saat konseling, seorang suster berkata bahwa kanker pankreas terbilang cukup jarang terjadi. “Kalau tidak segera diobati, nanti tubuh ibu menguning. Ibu mau menangis atau memohon untuk disembuhkan, kita dari pihak rumah sakit tidak bisa membantu lebih. Jadi, lebih baik penyakitnya diobati lebih cepat sebelum terlambat,” bujuknya.
Saya termenung, dan masih belum bisa memutuskan.
Akhirnya saya pulang ke pulang. Saya masih ragu untuk menjalani operasi, tapi saya juga rasanya tak kuat menahan rasa sakit akibat gejala kanker pankreas ini. Saya berdoa kepada Tuhan agar diberi petunjuk untuk memilih jalan terbaik.
Jika memang umur saya tidak panjang, saya ikhlas pergi asal saya tidak terus merasakan rasa sakit ini. Tapi, jika saya masih diberikan kesempatan bersama orang-orang yang saya sayangi, berikan saya kemudahan untuk sembuh dari penyakit ini.
Dan rasanya Tuhan mendengar doa saya.
Lewat dorongan suami, anak-anak, keluarga, tetangga, dan pihak rumah sakit, keraguan saya perlahan-lahan menghilang dan berubah menjadi kekuatan. Saya juga teringat kawan lama yang mengidap kanker tapi tidak tertolong nyawanya karena tidak diobati dengan cepat.
Selama hampir dua bulan bergelut dengan keraguan dan ketakutan, saya memutuskan untuk berjuang sembuh dari penyakit kanker ini. Ketika kembali ke rumah sakit, dokter menanyakan, “Apakah Ibu siap untuk menjalani operasi?”
Dengan sepenuh hati saya yakin dan menjawab, “Saya siap, Dok.”
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar