Ketika terluka akibat tertusuk paku, Anda harus segera mengobati lukanya. Sebab bila dibiarkan, luka bisa saja terkena infeksi dan berkembang menjadi tetanus. Nah, sebenarnya seberapa berbahayakah penyakit ini? Apakah tetanus bisa mematikan?
Sekilas tentang tetanus
Tetanus merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh racun yang dibuat bakteri tetanus. Jenis bakteri yang dapat menghasilkan racun ini adalah Clostridium tetani.
Bakteri tetanus dapat ditemukan di dalam usus manusia. Namun biasanya bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka yang telah mengenai jaringan dalam, contohnya setelah Anda tak sengaja menginjak paku yang berkarat.
Usai menginfeksi luka, racun dari bakteri tetanus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencegah saraf tertentu untuk mengirimkan sinyal ke saraf yang lain. Akibatnya, otot berkontraksi tanpa sadar, menimbulkan kekakuan dan kejang otot yang menyakitkan.
Biasanya, orang yang mengalami tetanus dapat merasakan kontraksi pada otot rahang dan leher. Terkadang otot di sekitar bibir Anda juga ikut menegang. Gejala lainnya dapat meliputi kesulitan saat menelan dan kekakuan pada otot-otot di sekitar perut.
Gejala dapat muncul dalam 3 hingga 21 hari setelah Anda terinfeksi. Pada bayi, gejala dapat berkembang dalam kurun 3 hari sampai 2 minggu.
Apakah tetanus mematikan?
Bila tak segera ditangani, tetanus bisa berujung pada kematian. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention, tingkat kematian akibat tetanus mencapai 11 persen.
Racun yang dihasilkan oleh bakteri tetanus dapat menyebar ke seluruh tubuh, termasuk jantung dan organ tubuh lainnya. Racun ini kemudian dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya seperti di bawah ini.
1. Gangguan pernapasan
Tetanus dapat berujung pada gangguan pernapasan. Saat pasien mengalami kejang otot, pita suara dan otot-otot pada saluran pernapasan bisa mengetat dan ikut berkontraksi. Alhasil, hal ini menghambat saluran pernapasan dan membuat penderitanya sulit bernapas.
Pada kasus yang parah, kontraksi otot bisa saja membuat napas berhenti dan menyebabkan kematian.
2. Emboli paru
Tetanus juga dapat menimbulkan penggumpalan darah. Bila gumpalan darah ini mengalir ke paru-paru, maka akan terjadi emboli paru.
Emboli paru terjadi ketika gumpalan darah terjepit ke dalam arteri paru-paru Anda. Akibatnya, aliran darah ke paru-paru jadi terhambat, bagian paru yang biasanya mendapatkan darah dari arteri yang tersumbat jadi kehabisan darah dan bisa mati.
Komplikasi tetanus yang satu ini tak kalah mematikan, maka dari itu Anda harus segera melakukan pengobatan untuk mengurangi risikonya.
3. Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi terjadi ketika makanan dan minuman yang seharusnya masuk ke dalam saluran pencernaan malah masuk atau terhirup ke saluran pernapasan.
Hal ini rentan dialami oleh orang yang mengalami tetanus, sebab tetanus dapat menimbulkan gejala berupa batuk yang membuat penderitanya sulit menelan dan mudah tersedak.
Bakteri yang terkandung dalam makanan pun menginfeksi paru-paru dan menimbulkan pneumonia aspirasi. Pengobatan kondisi ini tergantung pada keparahan gejala. Namun, biasanya orang yang mengalami pneumonia aspirasi membutuhkan perawatan di rumah sakit.
4. Masalah jantung
Henti jantung mendadak masih menjadi penyebab utama kematian pada orang-orang yang mengalami komplikasi tetanus. Hal ini terjadi ketika racun tetanospasmin dari bakteri tetanus menyerang otot jantung.
Selain itu, tetanus juga dapat menyebabkan penyakit yang meningkatkan tekanan darah. Seperti yang Anda ketahui, tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko utama terhadap penyakit jantung atau gagal jantung.
5. Gagal ginjal akut
Kejang otot yang parah dapat mengakibatkan kerusakan pada otot rangka. Bila otot rangka hancur, maka protein otot dapat bocor ke dalam urin dan menyebabkan gagal ginjal yang parah.
Gagal ginjal membuat ginjal Anda tidak mampu menyaring limbah dari darah. Jika kemampuan ini menghilang, maka limbah berbahaya ini akan menumpuk dalam tubuh dan menimbulkan banyak masalah kesehatan.
Meski gagal ginjal akut masih bisa diobati, komplikasi tetanus yang satu ini tetap mematikan bila tidak segera diatasi dengan perawatan intensif.
Apakah tetanus bisa dicegah?
Tetanus dapat membahayakan kelangsungan hidup Anda. Namun, Anda bisa mencegah kemunculan penyakit ini melalui vaksinasi.
Terdapat empat jenis vaksin tetanus, yakni vaksin DT yang dapat mencegah difteri dan tetanus, DTaP yang berfungsi untuk mencegah difteri, tetanus, dan pertusus, vaksin Td untuk tetanus dan difteri, serta TDaP untuk tetanus, difteri, dan pertusis.
Vaksin DTaP biasanya diberikan kepada anak-anak di bawah usia 7 tahun sebanyak lima kali. Dosis pertama diberikan pada usia 2 bulan, selanjutnya 4 bulan, 6 bulan, 15 hingga 18 bulan, dan di antara usia 4 sampai 6 tahun.
Bila anak tidak bisa mentolerir vaksin DTaP, anak bisa menerima vaksin DT sebagai alternatif.
Setelah itu, ketika anak berusia 11 atau 12, dokter mungkin akan merekomendasikan vaksin booster. Vaksin yang akan diberikan adalah vaksin TDaP.
Sedangkan suntik tetanus untuk orang dewasa berusia 19 tahun ke atas, booster disarankan setiap 10 tahun sekali. Pilihannya dapat meliputi vaksin TDaP atau vaksin Td. Biasanya suntik tetanus booster dianjurkan untuk ibu hamil selama trimester ketiga kehamilan.
Meski telah mendapat vaksin, Anda juga tetap melakukan penanganan segera setelah Anda terluka. Segera bersihkan luka di bawah air mengalir dan sabun.
Bila lukanya parah dan cukup dalam atau terkontaminasi dengan kotoran atau tanah segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.