backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Penyakit Endemik, Apa Bedanya dengan Wabah atau Epidemi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Mengenal Penyakit Endemik, Apa Bedanya dengan Wabah atau Epidemi?

Setiap penyakit menular perlu diwaspadai penyebarannya, baik dalam skala luas seperti melingkupi negara maupun cakupan yang lebih sempit di suatu kota. Penyakit infeksi yang selalu muncul di wilayah atau populasi tertentu disebut juga dengan penyakit endemik.

Berbeda dengan wabah atau pandemi, penyebaran penyakit endemik terhitung lambat sehingga jumlah kasusnya bisa dikendalikan. Namun, Indonesia masih berhadapan dengan beberapa penyakit endemik yang mengancam kesehatan. Mari ketahui apa saja penyakit endemik yang bertahan di Indonesia dan cara mencegah penularannya.

Apa itu penyakit endemik?

periksa ke dokter

Penyakit endemik adalah penyakit yang selalu ditemukan dalam suatu populasi atau wilayah geografis tertentu.

Penyakit yang mudah menyebar ini dapat dikatakan sebagai penyakit khas yang mencirikan suatu area. Salah satu contoh penyakit endemik adalah malaria yang kasusnya kerap ditemukan di Papua.

Dalam ilmu epidemiologi, kondisi penyebaran penyakit seperti ini disebut dengan endemi.

Namun, menurut penjelasan studi dari jurnal American Society for Microbiology, tingkat penyebaran penyakit endemik tidak setinggi penyakit yang dikategorikan sebagai wabah, epidemi, ataupun pandemi.

Jika dilihat dari definisinya, wabah terjadi saat kasus suatu penyakit meningkat pesat dan menyebar luas di suatu populasi atau selama musim tertentu.

Epidemi adalah kondisi saat wabah telah merebak ke berbagai negara di luar wilayah asal penyakit muncul.

Sementara pandemi adalah epidemi dalam skala global di mana penyakit telah menyebar luas di seluruh dunia, contohnya COVID-19.

Nah, penyebaran penyakit yang luas seperti epidemi dan pandemi dapat berujung menjadi endemi di suatu wilayah.

Meski mampu bertahan, frekuensi kemunculan penyakit endemik cukup rendah, terprediksi, bahkan bisa jarang terjadi.

Berbagai faktor dapat menyebabkan suatu penyakit infeksi menetap dalam suatu wilayah, baik itu penyakit infeksi bakteri maupun infeksi virus.

Faktor-faktor tersebut seperti iklim, kepadatan penduduk, evolusi organisme penyebab infeksi, hingga kondisi genetik masyarakat dalam suatu populasi.

Alasan mengapa malaria, salah satu penyakit endemik, tidak lagi mewabah di benua Afrika tetapi justru menjadi penyakit endemik di beberapa wilayah yakni karena sebagian besar masyarakatnya memiliki gen sel sabit.

Sifat genetik ini membuat mereka lebih kebal terhadap penularan malaria.

Macam-macam penyakit endemik di Indonesia

Sampai saat ini, Indonesia masih belum lepas dari ancaman beberapa penyakit endemik.

Tak menutup kemungkinan, dalam musim tertentu penyakit endemik bisa berkembang menyebabkan wabah atau bahkan kejadian luar biasa di suatu daerah.

Berbagai jenis penyakit endemik yang perlu Anda waspadai bahayanya adalah sebagai berikut:

1. Demam berdarah

Hampir setiap tahun ada peningkatan kasus demam berdarah yang terjadi selama musim penghujan di Indonesia.

Penyakit demam berdarah disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (Flavivirus) dari kelompok virus penyebab demam kuning dan virus Zika.

Penyakit endemik ini dapat menimbulkan demam tinggi (bisa mencapai 40℃), tubuh lemas, serta nyeri otot dan sendi.

Gejala bisa mengarah pada syok septik yang menyebabkan kerusakan organ.

Oleh karena itu, penyakit demam berdarah membutuhkan perawatan medis di rumah sakit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Diperkirakan infeksi virus dengue menyebabkan 500.000 orang di seluruh dunia menjalani rawat inap setiap tahunnya. 

Untuk mencegah demam berdarah, Anda bisa melakukan program 3M dengan menutup tempat sampah, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas.

Fogging di wilayah endemis biasanya juga dilakukan pemerintah guna membasmi atau mengurangi populasi nyamuk penyebab DBD.

2. Campak

gejala campak anak bayi

Campak merupakan penyakit infeksi dengan tingkat penularan yang cukup tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi morbilivirus (Paramyxoviridae) yang ditularkan melalui udara (aerosol).

Itu sebabnya, satu orang yang terinfeksi bisa menularkan virus campak kepada 12-16 orang lain yang sehat.

Penyakit endemik ini memang paling sering menjangkiti anak-anak. Gejala yang disebabkan oleh campak seperti demam, batuk, mata merah, peradangan di saluran napas atas, dan ruam kulit.

Kendati demikian, penyebaran penyakit endemik ini telah dicegah dengan efektif melalui vaksinasi.

Di Indonesia, imunisasi campak melalui vaksin MMR pada anak berusia di bawah 1 tahun diketahui berhasil menekan jumlah kasus semenjak tahun 2014.

Meskipun kasus campak bisa dikendalikan dengan baik, studi dalam jurnal Critical Reviews in Microbiology menjelaskan rata-rata masih ditemukan 5-6 kasus campak per 100.000 populasi di Indonesia pada tahun 2014-2015.

3. Rabies

anjing rabies

Rabies merupakan penyakit zoonosis yang umumnya berasal dari gigitan hewan seperti anjing, tikus, atau kelalawar.

Di Indonesia sendiri, rabies adalah penyakit endemi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.

Penyebaran penyakit infeksi rabies di wilayah tersebut berasal dari gigitan anjing yang menjadi buas. Atas dasar inilah rabies dikenal juga dengan sebutan penyakit anjing gila.

Penyakit endemik ini disebabkan oleh infeksi lyssavirus yang menyerang sistem saraf dan otak.

Pada tahun 2008-2010, sebagian besar kasus rabies di Indonesia yang tidak ditangani dengan segera berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

Sama halnya dengan campak, kabar baiknya penyebaran penyakit rabies di Indonesia bisa dikendalikan melalui vaksinasi menyeluruh di wilayah terdampak.

Vaksin rabies tidak hanya diberikan pada masyarakat, tetapi juga pada sebagian besar populasi anjing (70%) yang terdapat di Bali dan Nusa Tenggara.

4.  Hepatitis A

cara penularan hepatitis a

Hepatitis A merupakan penyakit endemik di Indonesia yang umumnya muncul di wilayah dengan sistem sanitasi buruk.

Virus hepatitis A (HAV) bisa menyebar dengan mudah melalui makanan dan minuman terkontaminasi.

Oleh karena itu, penerapan perilaku hidup sehat seperti rajin mencuci tangan dan pengolahan bahan makanan dengan tepat menjadi kunci pencegahan hepatitis.

Infeksi HAV bisa tidak menimbulkan gejala pada sebagian orang, tetapi cenderung dialami oleh lansia.

Jumlah kasus dari penyakit endemik ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya di Indonesia semenjak pemerintah menggalakkan imunisasi hepatitis A. Vaksin hepatitis A bisa diberikan sejak anak berusia 2 tahun.

5. Malaria

gejala malaria

Penyakit endemik lain yang ditularkan melalui gigitan nyamuk adalah malaria. Penyakit ini adalah endemi khas di wilayah dengan iklim tropis.

Malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina yang membawa parasit plasmodium.

Ketika nyamuk dengan plasmodium ini menginfeksi tubuh, seseorang bisa mengalami gejala berupa demam, mengigil, sakit kepala, mual, dan muntah.

Infeksi parasit tersebut juga dapat berlangsung di pembuluh darah dan menyebabkan sejumlah komplikasi, meliputi anemia, gangguan ginjal, dan kelainan trombosit seperti trombositopenia.

Penyakit ini memang tidak ditemukan di banyak wilayah di Indonesia. Namun, Anda perlu menghindari penularan penyakit malaria saat bepergian ke wilayah yang berisiko tinggi.

Mencegah penyakit malaria dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan antimalaria seperti klorokuin, menjaga kebersihan lingkungan tinggal, dan mengoleskan losion antinyamuk pada tubuh.

Dibandingkan dengan penyakit dalam kategori epidemi dan pandemi, penyebaran penyakit endemik memang masih terkendali.

Namun, Anda tetap perlu menghindari bahaya yang ditimbulkan dengan melakukan upaya pencegahan penularan penyakit.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan