Jutaan orang mengalami cedera atau trauma kepala setiap tahun. Kondisi ini pun merupakan salah satu penyebab paling umum dari kecacatan atau bahkan kematian pada orang dewasa. Namun, perlu Anda pahami, cedera atau trauma kepala memiliki ragam jenis, dari yang sekadar luka biasa hingga yang berbahaya. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan lengkap mengenai cedera kepala yang perlu Anda tahu.
Apa itu cedera kepala?
Cedera kepala (trauma kepala) adalah segala bentuk trauma fisik atau benturan yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, otak, serta jaringan dan pembuluh darah di kepala.
Cedera kepala bisa ringan, seperti hanya benjolan, memar, atau luka di kulit kepala. Namun, cedera kepala berat atau parah juga bisa terjadi yang menimbulkan cedera otak serius.
Pada kondisi yang parah, cedera kepala bisa terjadi karena gegar otak, luka dalam atau terbuka, patah tulang tengkorak, perdarahan, dan kerusakan otak.
Jenis-jenis trauma kepala
Melansir dari MedlinePlus, cedera kepala bisa tertutup, yaitu ketika benturan terjadi ke arah kepala, tetapi tidak sampai mematahkan tengkorak.
Cedera juga bisa terjadi secara terbuka, yaitu ketika benturan membuat tengkorak Anda patah atau menembus ke dalam otak.
Selain pengelompokkan tersebut, trauma kepala terbagi ke dalam beberapa jenis, tergantung pada seberapa keras dan efeknya terhadap kepala atau otak.
Berikut adalah jenis-jenis trauma kepala tersebut.
1. Concussion (gegar otak)
Concussion atau gegar otak adalah jenis trauma pada kepala yang ringan dan paling sering terjadi.
Kondisi ini terjadi ketika mendapat hantaman ke arah kepala atau bentuk trauma lain yang memberi efek getaran cukup kuat pada kepala.
Hal ini menyebabkan perubahan kimiawi di otak atau merusak sel-sel otak.
Akibatnya, hilang kesadaran atau pingsan secara tiba-tiba bisa terjadi, yang dapat berlangsung selama beberapa menit hingga jam setelah peristiwa.
2. Intracranial hematoma
Intracranial hematoma (ICH) adalah gumpalan darah di dalam atau sekitar otak.
Jenis trauma kepala ini bisa menyebabkan cedera kepala ringan hingga yang cukup serius dan berpotensi mengancam jiwa.
Adapun ICH memiliki beberapa jenis berdasarkan lokasi terjadinya di otak, berikut di antaranya.
- Epidural hematoma, ketika gumpalan darah terjadi di bawah tengkorak di atas lapisan otak dura.
- Subdural hematoma, ketika gumpalan darah terbentuk di bawah tengkorak dan di bawah dura, tetapi di luar otak.
- Contusion atau intracerebral hematoma, yaitu memar pada otak, yang menyebabkan perdarahan dan pembengkakan di sekitar area otak di mana kepala dipukul.
3. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak adalah kondisi ketika tulang tengkorak patah akibat benturan ke arah kepala.
Ada empat jenis fraktur tengkorak yang umum terjadi. Berikut adalah empat jenisnya.
- Fraktur linear, yaitu ketika tulang patah, tetapi tidak menyebabkan tulang bergeser.
- Depressed fracture, yaitu ketika tulang tengkorak menjadi cekung karena benturan yang cukup kuat.
- Fraktur diastatik, yaitu patah tulang terjadi di sepanjang garis jahitan tengkorak (area di mana tulang kepala menyatu selama masa kanak-kanak).
- Fraktur basilar, yaitu patah tulang yang terjadi di dasar tengkorak.
4. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid terjadi ketika ada perdarahan ke dalam cairan serebrospinal.
Jenis trauma kepala ini sering terkait dengan contusion atau subdural hematoma.
5. Cedera aksonal difus
Cedera aksonal difus disebabkan oleh goncangan otak bolak balik yang biasanya terjadi saat kecelakaan mobil atau jatuh.
Shaken baby syndrome (trauma pada kepala bayi karena guncangan yang terlalu keras) juga bisa menyebabkan kondisi ini. Pada kondisi yang parah, trauma ini bisa menyebabkan koma.
Apa saja gejala dari cedera kepala?
Gejala cedera kepala dapat timbul segera setelah peristiwa terjadi atau muncul dan berkembang secara perlahan dalam beberapa jam atau hari.
Gejala cedera kepala bisa berbeda-beda tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cederanya.
Namun, secara umum, berikut adalah beberapa gejala yang mungkin terjadi pada penderita trauma kepala.
- Pembengkakan di sekitar area kepala.
- Sakit kepala dan/atau pusing.
- Mual dan muntah.
- Penglihatan kabur.
- Masalah keseimbangan.
- Luka di kulit kepala.
- Sensitif terhadap cahaya dan suara.
- Kebingungan atau linglung.
- Telinga berdenging.
- Kelelahan.
- Hilang kesadaran atau pingsan.
- Sulit berjalan.
- Bicara cadel.
- Kelemahan di satu sisi tubuh.
- Kulit pucat.
- Kejang.
- Keluar darah atau cairan dari telinga atau hidung.
- Perubahan perilaku.
- Koma.
Apa penyebab dari cedera kepala?
Penyebab trauma kepala adalah benturan atau hantaman keras ke arah kepala. Umumnya, benturan ini terjadi karena berbagai hal.
Berikut adalah beberapa kondisi yang sering menyebabkan cedera kepala.
- Kecelakaan kendaraan bermotor.
- Kecelakaan di rumah, tempat kerja, atau di luar ruangan, seperti saat berolahraga.
- Jatuh, misal jatuh dari ketinggian.
- Penganiayaan atau serangan fisik.
Adapun penyebab yang paling umum tergantung pada usia penderitanya.
Ambil contoh, lansia dan anak-anak lebih mungkin mengalami cedera akibat terjatuh, sedangkan orang dewasa muda lebih mungkin cedera karena kecelakaan, kekerasan, atau olahraga kontak.
Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?
Dokter mendiagnosis cedera kepala melalui pemeriksaan fisik dan neurologis (saraf) serta berbagai tes medis.
Selama pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala yang Anda alami, riwayat medis Anda dan keluarga, serta bagaimana cedera terjadi.
Berikut adalah beberapa tes medis yang mungkin dokter lakukan untuk mendiagnosis kondisi ini.
- Tes darah.
- Rontgen sinar-X.
- CT scan.
- MRI.
- Elektroensefalografi (EEG).
Meski demikian, tidak semua tes medis ini akan dokter rekomendasikan. Pada cedera yang ringan, tes medis di atas mungkin saja tidak perlu Anda lakukan.
Apa saja pengobatan untuk cedera kepala?
Pengobatan untuk trauma kepala tergantung pada jenis, tingkat keparahan, gejala, usia, dan kondisi medis pasien.
Adapun bentuk pengobatannya beragam, mulai dari sekadar beristirahat hingga prosedur pembedahan.
Lebih jelasnya, berikut adalah beberapa pengobatan yang mungkin dokter berikan untuk mengobati cedera kepala.
- Kompres es pada sekitar area yang bengkak.
- Salep antibiotik topikal dan perban.
- Observasi.
- Jahitan di kulit kepala yang luka.
- Operasi atau pembedahan untuk memperbaiki tulang yang patah, menghilangkan gumpalan darah, menghentikan perdarahan, atau mengurangi tekanan dari tengkorak.
- Obat-obatan, seperti obat antikejang, diuretik, dan sebagainya.
Pada beberapa kasus trauma kepala yang parah, rehabilitasi medik atau terapi mungkin saja dibutuhkan.
Tujuannya untuk memperbaiki kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Misalnya, terapi fisik bagi yang mengalami kesulitan berjalan atau masalah keseimbangan, terapi wicara dan bahasa, terapi okupasi, dan sebagainya.
Konsultasikan kepada dokter untuk mengetahui pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.
Kesimpulan
[embed-health-tool-bmi]