backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Apakah Saya Tetap Boleh Olahraga Meski Sedang Cedera?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 19/12/2020

    Apakah Saya Tetap Boleh Olahraga Meski Sedang Cedera?

    Cedera ringan mungkin menjadi hal yang biasa bagi orang yang rutin berolahraga. Contohnya, Anda mungkin sering merasakan nyeri lutut saat jogging di pagi hari atau merasakan sakit punggung saat mengangkat beban. Karena dirasa ringan, tidak sedikit orang yang memaksakan diri untuk tetap olahraga saat cedera. Namun, bolehkah dilakukan? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

    Olahraga saat cedera, bolehkah dilakukan?

    cedera paha

    Normalnya, orang yang mengalami cedera olahraga dianjurkan untuk beristirahat untuk memulihkan kesehatannya. Namun nyatanya, tidak semua orang betah untuk berdiam diri tanpa beraktivitas fisik, seperti olahraga.

    Selain karena tidak betah berdiam diri di rumah, kebanyakan orang cemas akan semakin sakit dan tubuhnya tidak bugar kalau berhenti berolahraga. Biasanya, hal ini dirasakan oleh para atlet atau orang-orang yang sudah terbiasa berolahraga.

    Seseorang yang mengalami cedera sebenarnya lebih dianjurkan untuk mengambil jeda dan menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat. Hal ini dilakukan untuk mencegah cedera bertambah parah dan mempercepat penyembuhannya.

    Padahal, sebuah penelitian yang dilansir dari Verywell menunjukkan bahwa tingkat kebugaran seseorang masih dapat bertahan meskipun ia mengurangi atau mengubah intensitas latihan yang dilakukan. Jadi, mengambil napas sejenak dari kebiasaan olahraga tidak lantas menurunkan tingkat kebugaran Anda begitu saja, kok.

    Namun demikian, seseorang yang mengalami cedera olahraga tetap diperbolehkan untuk berolahraga. Yang terpenting adalah melakukan olahraga dengan tepat dan melindungi bagian yang cedera sampai benar-benar sembuh.

    Yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk olahraga saat cedera

    olahraga untuk wanita

    Sebelum melakukan olahraga saat cedera, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:

    1. Konsultasi ke dokter

    Sebelum Anda memutuskan untuk kembali rutin olahraga saat cedera, Anda wajib mengantongi persetujuan dan rekomendasi dari dokter bahwa Anda diperbolehkan untuk berolahraga. Pasalnya, tidak semua jenis cedera mampu menerima tekanan berlebih yang bisa memperparah cedera.

    Dokter akan menilai seberapa parah cedera, alternatif jenis olahraga, intensitas olahraga, dan kapan Anda boleh mulai olahraga kembali. Biasanya, dokter akan meminta Anda untuk menghindari olahraga kardio atau jenis olahraga yang melibatkan anggota tubuh yang cedera.

    Jika Anda mengalami cedera pada lutut atau kaki, dokter tentu akan menyarankan Anda untuk melakukan olahraga sambil duduk, misalnya yoga. Sedangkan jika Anda mengalami cedera pada tubuh bagian atas, Anda bisa memilih olahraga yang hanya terfokus pada kaki.

    2. Pahami kemampuan tubuh Anda

    Olahraga saat cedera memang boleh-boleh saja dilakukan. Namun ingat, pahami kapasitas tubuh Anda, sebab hanya Anda yang mampu menilai seberapa lama tubuh Anda bisa bertahan untuk olahraga dalam kondisi cedera.

    Jika Anda mulai merasakan sakit di persendian, segera hentikan olahraga yang sedang Anda lakukan. Hal ini mungkin menandakan bahwa otot-otot tubuh Anda sudah mulai lelah. Maka itu, segera istirahatkan tubuh Anda dan beralihlah ke latihan yang lebih ringan atau mungkin menyudahi sesi olahraga Anda.

    3. Jaga keseimbangan dan kelenturan tubuh

    Untuk menghindari cedera yang semakin parah, lakukan jenis olahraga yang lebih ringan dari rutinitas Anda sehari-hari. Salah pilih jenis olahraga dapat membuat otot semakin tegang dan menyebabkan cedera berlanjut.

    Selain itu, jaga keseimbangan dan fleksibilitas tubuh Anda. Ketika Anda banyak bertumpu pada kaki kanan, maka ganti tumpuan pada kaki kiri secara bergantian. Dengan demikian, Anda akan terhindar dari risiko cedera dan mempercepat masa pemulihan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 19/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan