Siapa yang tidak suka rasa manis dari gula? Tampaknya, hampir sebagian besar orang menyukai gula meski dalam takaran yang berbeda-beda. Ada berbagai jenis gula yang biasa dikonsumsi, salah satunya gula rafinasi.
Sayangnya, jenis gula yang satu ini dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes tipe 2 dan penyakit kronis lainnya. Sebenarnya apa itu gula rafinasi? Simak ulasannya berikut ini.
Apa itu gula rafinasi?
Gula rafinasi adalah gula yang telah melalui proses pengolahan dan pemurnian dari gula kristal.
Awalnya, produsen mengambil sari batang tebu, lalu menyaringnya dengan kapur sirih untuk menghilangkan kotoran yang berasal dari proses pemanenan.
Sari tebu kemudian direbus hingga membentuk gula kristal (granulated sugar). Proses pengolahan ini menghasilkan gula mentah mengandung sukrosa yang belum dapat dikonsumsi.
Produsen juga masih harus memisahkan kristal gula dari sirupnya. Setelah kristal gula dan sirup gula terpisah, produsen akan mengolah kristal gula lebih lanjut untuk menghilangkan warnanya dan zat lain yang bukan gula.
Mereka lalu memisahkan lagi kristal gula dari cairan yang tersisa melalui proses sentrifugasi. Proses ini menghasilkan kristal gula yang bersih dan sirup kental berwarna kecokelatan yang disebut molasses (gula tetes).
Kristal gula kemudian melewati proses pengolahan lebih lanjut hingga menghasilkan gula yang berwarna putih bersih.
Produk akhir yang disebut dengan gula rafinasi ini digunakan dalam berbagai industri karena lebih murni dan mempunyai penampilan yang lebih bersih dari gula mentah.
Anda dapat menemukan gula ini dalam berbagai produk makanan kemasan, minuman ringan, selai, kue, dan saus.
Konsumsi gula rafinasi dilarang pemerintah
Menurut PERMENDAG No 17, BN 2022/NO. 434, gula rafinasi hanya diperuntukkan bagi industri sebagai bahan baku atau zat tambahan dalam proses produksi.
Produsen juga dilarang menjual gula rafinasi kepada distributor, pedagang eceran, dan konsumen. Pasalnya, produk ini berpotensi menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Sebagai contoh, penelitian dalam jurnal Nutrition, Metabolism, and Cardiovascular Disease menunjukkan bahwa konsumsi gula rafinasi dalam jumlah besar berkaitan peningkatan berat badan dan obesitas.
Konsumsi gula ini juga mengakibatkan penuaan pada kulit melalui proses alami glikasi, yakni proses ketika molekul gula memasuki aliran darah dan menutup molekul protein pada kulit.
Hal tersebut lama-kelamaan dapat membuat kulit menjadi gelap dan kusam. Banyaknya dampak negatif gula rafinasi bagi kesehatan menjadi alasan kuat mengapa proses penjualan produk ini amat dibatasi.
Setiap industri dan perusahaan yang menerima produk ini pun harus memberikan laporan distribusi kepada pihak terkait.
Perbedaan gula rafinasi dan gula biasa
- Gula rafinasi diproduksi melalui proses pemurnian yang lebih panjang dibandingkan gula biasa.
- Gula rafinasi hanya mengandung sukrosa, tidak ada kandungan lainnya, sehingga rasanya lebih manis. Sementara itu, gula biasa umumnya masih mengandung mineral dan zat lain meski dalam jumlah kecil.
Dampak konsumsi gula rafinasi bagi kesehatan
Tidak jauh berbeda dengan jenis gula lainnya, konsumsi gula terafinasi yang berlebihan juga bisa memberikan dampak sebagai berikut.
1. Mempercepat penambahan berat badan
Sebagian besar makanan dan minuman manis dalam kemasan biasanya juga tinggi kalori.
Sekalipun Anda tidak makan banyak, berbagai produk tinggi gula ini akan tetap menyumbangkan kalori dalam jumlah besar ke dalam tubuh Anda.
Jika jumlah kalori yang masuk lebih banyak dari yang terbakar, tubuh harus menyimpan kelebihan kalori ini dalam bentuk lemak.
Hasilnya, jaringan lemak Anda pun bertambah sehingga berat badan naik dengan cepat.
2. Hipoglikemia
Selain meningkatkan kadar gula darah, konsumsi gula rafinasi bisa menyebabkan hipoglikemia alias rendahnya kadar gula darah.
Ketika Anda mengonsumsi gula, pankreas akan melepaskan insulin untuk menjaga gula darah tetap stabil.
Hormon insulin bekerja dengan mengubah gula dari makanan menjadi glukosa sebagai energi.
Pada kondisi hipoglikemia, kadar gula darah yang amat rendah membuat Anda mengalami gejala berupa rasa lapar, kulit pucat, gemetar, dan badan lemas.