backup og meta

Gigi Patah, Apa Penyebab dan Bagaimana Cara Memperbaikinya?

Gigi Patah, Apa Penyebab dan Bagaimana Cara Memperbaikinya?

Gigi termasuk salah satu organ tubuh manusia yang dikenal sangat tangguh. Meski begitu, ada berbagai hal tak terduga yang bisa menyebabkannya rusak hingga gigi patah. 

Gigi patah adalah penyebab sakit gigi yang bukan hanya mempengaruhi aktivitas sehari-hari hingga berisiko infeksi gigi, melainkan juga merusak estetik dan tampilan rongga mulut.

Karena satu atau lain hal, seseorang bisa saja mengalami gigi patah sebagian atau bahkan hampir seluruhnya hingga terkesan ompong. Lalu apa saja penyebab, cara penanganan, memperbaiki, dan langkah untuk mencegah masalah gigi ini sebelum terjadi pada Anda?

Mengenal macam-macam penyebab gigi patah

penyebab gigi patah dan cara memperbaikinya

Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan gigi patah, mulai dari cedera saat berolahraga, kecelakaan berkendara, hingga kebiasaan yang umumnya tidak Anda sadari.

1. Cedera atau kecelakaan

Cedera yang menghasilkan tekanan besar pada area rahang adalah penyebab gigi patah yang paling sering ditemui. Misalnya saat Anda jatuh tersungkur hingga wajah terantuk permukaan aspal atau cedera olahraga, misalnya wajah terhantam tendangan bola. 

Kecelakaan berkendara juga jadi faktor lain yang dapat menyebabkan gigi depan patah, seperti ketika wajah terbentur kemudi mobil saat terlibat kecelakaan lalu lintas. Selain itu, pukulan benda tumpul ke wajah selama perkelahian juga dapat menyebabkan cedera pada area mulut dan gigi.

2. Mengunyah benda/makanan keras

Selain karena trauma, menggigit sesuatu yang keras (misalnya, menggigit es batu, ujung pensil/pulpen) dan mengunyah makanan terlalu kencang juga berisiko membuat gigi patah. 

Risiko ini terutama tinggi pada orang-orang yang giginya sudah lebih dulu bermasalah, seperti gigi berlubang (karies), pernah ditambal, pernah menjalani perawatan saluran akar gigi (root canal treatment), hingga terkikis karena punya kebiasaan mengencangkan rahang atau menggemeretakkan gigi (bruxism).

Gigi yang sudah lemah atau tidak utuh tersebut berisiko mudah patah, dikarenakan gigi dipaksa menahan beban lebih besar dari kemampuannya. Tekanan besar itu akhirnya dapat membuat retakan pada permukaan gigi dan bisa jadi membuatnya patah.

Pertolongan pertama dan cara memperbaiki gigi yang patah di dokter gigi

Gigi yang patah atau sompek sedikit umumnya tidak terasa sakit. Kebanyakan justru pemicunyalah yang menyebabkan sensasi nyeri di sekitar mulut dan rahang misalnya, akibat jatuh atau terpukul. 

Untuk langkah pertolongan pertama apabila menemukan kondisi gigi patah, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut ini.

  • Segera minum obat pereda nyeri, seperti paracetamol untuk mengatasi rasa nyeri yang ditimbulkan.
  • Coba berkumur air garam hangat apabila gusi terasa nyut-nyutan. 
  • Jika ditemukan adanya perdarahan dalam mulut, tekan sumber lukanya dengan kapas steril hingga aliran darahnya berhenti.

Terlepas dari seberapa kecil patahannya dan apapun penyebabnya, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter gigi dalam 24 jam setelah kejadian. Sebab, patahnya gigi dapat menyebabkan saraf gigi mati secara perlahan. 

Apalagi jika bagian struktur gigi dalam (dentin) sampai terbuka dan terekspos. Kondisi ini akan berkembang menjadi gigi mati (nekrosis) dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti timbulnya abses gigi atau kantung nanah pada gigi. Hal ini juga mengakibatkan meningkatnya risiko infeksi pada gigi.

Jika Anda masih memiliki sisa patahannya, bawa serta ke dokter gigi. Pada beberapa kasus, gigi patah bisa langsung diperbaiki dan dipasang kembali dengan tambalan. Namun, cara penanganannya juga akan tergantung pada seberapa luas dan dalam patahnya. Jika patahan gigi mencapai email atau dentin, gigi yang patah dapat ditambal langsung.

Apabila patahannya sampai memperlihatkan pulpa dan saraf gigi, gigi harus dirawat terlebih dahulu sebelum ditambal atau dibuatkan crown gigi atau mahkota tiruan. Apabila patahan meluas hingga akar, biasanya sisa gigi yang ada harus dicabut dan diganti dengan gigi palsu.

Kemudian jika selama pemeriksaan dokter melihat adanya luka pada gusi atau pipi dalam mulut, mereka juga sekaligus akan mengatasinya guna mencegah risiko infeksi.

Bagaimana cara merawat gigi patah yang sudah diperbaiki?

Gigi patah yang sudah dikembalikan ke bentuk semulanya harus dirawat terus, karena gigi tersebut berisiko untuk patah kembali.

Utamanya, hindari tekanan berlebih pada gigi. Jangan mengunyah makanan keras dalam beberapa hari pertama setelah perawatan. Sebisa mungkin hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cedera pada bagian mulut dan gigi.

Setelah perawatan di dokter, Anda juga tetap harus menjaga kebersihan gigi dengan menggosok gigi dengan benar dan berkumur dengan obat kumur dua kali sehari. Jangan lupa juga untuk melakukan pemeriksaan ke dokter gigi sekitar 3-6 bulan setelah kejadian untuk melihat kondisinya.

Bagaimana cara mencegah agar gigi tidak gampang patah?

Risiko gigi patah bisa dihindari dengan rajin merawat kesehatan gigi dan menjaganya dari kemungkinan cedera lewat beberapa hal berikut.

  • Hindari risiko cedera (benturan) pada area kepala dan wajah.
  • Gunakan mouth guard atau face cage ketika berolahraga yang berisiko cedera tinggi, seperti olahraga tinju atau sepak bola.
  • Hindari kebiasaan buruk, seperti menggeretakan gigi, menggigit kuku atau pensil, dan hal lainnya yang dapat menyebabkan gigi patah.
  • Hindari mengunyah makanan yang terlalu keras, seperti es batu atau tulang.
  • Selalu menjaga kebersihan gigi agar gigi tidak berlubang.
  • Gunakan gigi tiruan pada gigi yang telah ompong.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Versi Terbaru

28/10/2022

Ditulis oleh drg. Melia

Diperbarui oleh: Reikha Pratiwi


Artikel Terkait

7 Penyebab Tiba-Tiba Sakit Gigi dan Cara Mengatasinya

Berbagai Cara Merapikan Gigi, dari Behel hingga Operasi


Ditulis oleh

drg. Melia

Gigi · Erha Derma Center Yogyakarta


Tanggal diperbarui 28/10/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan