Sebaliknya, tidak semua makanan dengan IG rendah juga aman bagi diabetes, seperti kacang-kacangan yang bisa meningkatkan kolesterol atau cokelat dengan GI rendah tapi tinggi gula. Begitu pun dengan jumlah karbohidrat dalam makanan tersebut.
Pasta memang memiliki nilai IG yang lebih rendah daripada semangka. Namun, jumlah karbohidrat pasta lebih banyak, sehingga mengonsumsi pasta lebih banyak akan menyumbang glukosa dibandingkan dengan memakan semangka.
Anda tetap boleh mengonsumsi makanan dengan GI tinggi asalkan dalam porsi lebih kecil dan tetap digabungkan dengan makanan lain yang memiliki GI rendah. Kuncinya adalah seimbang dalam mengatur pola makan.
Tidak diabetes, perlukah memperhatikan GI?

Memperhatikan asupan makanan berdasarkan indeks glikemik memang membantu mengendalikan gula darah, tapi menu diabetes tetap perlu mengikuti aturan nutrisi lengkap dan seimbang.
Nah, pola makan seperti ini sangat membantu dalam peningkatan kondisi kesehatan penderita diabetes, terutama diabetes tipe 2 yang pengobatannya mengandalkan perubahan gaya hidup sehat. Lantas, haruskah orang yang tidak diabetes mengikuti pola makan berdasarkan indeks glikemik untuk mencegah penyakit diabetes?
Sama halnya dengan penderita diabetes, memperhatikan GI makanan dapat membantu perencanan menu makan sehat untuk sehari-hari. Namun, Anda sebaiknya tidak menjadikannya sebagai acuan utama karena yang paling penting adalah mengikuti pola makan dengan nutrisi lengkap dan seimbang.
Satu hal yang kerap disalahpahami adalah indeks glikemik dianggap langsung memengaruhi kadar gula darah. Padahal makanan dengan GI rendah tidak selalu lebih baik dari makanan dengan IG tinggi.
Jika jumlah karbohidratnya lebih besar, makanan yang rendah IG juga bisa meningkatkan gula darah dibandingkan IG yang tinggi. Karbohidrat yang lebih besar akan menghasilkan glukosa yang lebih banyak pula. Jadi, selain memperhatikan IG, Anda juga harus cermat melihat jumlah karbohidratnya.