Sesak

Dok saya kalau naik gunung sering ngos ngos an padahal gunung tidak terlalu tinggi

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
7
2

2 komentar

Halo, terima kasih atas pertanyaan anda.


Kemungkinan keluhan anda karena Acute mountain sickness atau AMS yaitu kondisi yang terjadi saat pendaki berada atau bermalam di ketinggian tertentu. Salah satu bentuk umum dari altitude sickness atau penyakit ketinggian ini disebabkan olah penurunan kadar oksigen dan tekanan udara saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi. Sekitar 25 persen orang mengalami penyakit gunung ini saat mendaki hingga ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara itu, ada juga sekitar 40-50 persen lainnya yang baru merasakan gejalanya saat mendaki hingga ketinggian 3.000 mdpl. Selain dari AMS, seperti dikutip dari Centres for Disease Control and Prevention ada dua bentuk lain dari penyakit gunung, yakni high altitude cerebral edema (HACE) dan high altitude pulmonary edema (HAPE).


1. High altitude cerebral edema (HACE) --> HACE dikenal juga dengan istilah edema otak dataran tinggi merupakan perkembangan AMS yang parah, namun jarang terjadi. Kondisi ini disebabkan akumulasi cairan di dalam dan sekitar otak. Risiko kematian HACE dapat terjadi dalam waktu24 jam setelah timbulnya ataksia.


2. High altitude pulmonary edema (HAPE) --> HAPE dikenal juga dengan istilah edema paru dataran tinggi bisa terjadi dengan sendirinya atau berasal dari perkembangan AMS dan HACE. Kondisi ini disebabkan adanya penumpukan cairan berlebih di paru-paru. HAPE bisa lebih fatal dari HACE sehingga membutuhkan penanganan segera.


Tanda dan gejala dari acute mountain sickness biasanya timbul dalam waktu beberapa jam sampai 1 hari setelah Anda mendaki hingga ketinggian tertentu. Gejala AMS yang timbul bisa berupa gejala yang ringan sampai berat.


Beberapa gejala yang bisa Anda rasakan saat mengalami AMS, antara lain:

- sakit kepala,

- pusing atau kepala terasa ringan,

- kelelahan,

- tidak bisa tidur (sering terbangun saat tidur),

- kehilangan nafsu makan,

- mual dan muntah,

- denyut nadi cepat, dan

- sesak napas.


Apabila tidak ditangani dengan baik, AMS ini bisa berkembang menjadi kondisi lebih buruk, berupa edema otak (HACE) dan edema paru (HAPE). Saat mengalami edema, terjadi penumpukan cairan yang mengganggu fungsi organ yang terkena. Gejala umum dari edema paru adalah pendaki merasa sesak atau kesulitan bernapas. Kondisi ini seringkali akan terasa lebih berat saat posisi tidur, sementara akan terasa ringan dalam posisi duduk atau berdiri. Sedangkan gejala dari edema otak bisa berupa kebingungan, lemas, pusing, dan penurunan kesadaran. Penderita juga mudah dikenali melalui pembicaraan yang meracau atau penderita yang tampak sering terkantuk, seperti orang mabuk atau kesurupan.


Secara umum, acute mountain sickness disebabkan oleh penurunan tekanan udara dan kadar oksigen di dataran tinggi. Kondisi ini mulai dirasakan pada ketinggian 2.400 hingga 3.000 mdpl. Semakin cepat melakukan pendakian gunung, semakin besar kemungkinan Anda mengalami kondisi ini. Hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang tidak terbiasa dengan ketinggian, tidak memiliki waktu adaptasi yang cukup pada perubahan tekanan udara dan kadar oksigen.


Beberapa langkah pengobatan untuk mengatasi masalah kesehatan saat naik gunung ini seperti berikut ini.


1. Pertolongan pertama --> Menghentikan sementara pendakian adalah pertolongan pertama yang efektif bagi penderita serangan AMS. Biarkan tubuh Anda beristirahat dan membiasakan diri dengan kadar oksigen dan tekanan udara yang rendah di ketinggian. Saat beristirahat, Anda tidak dianjurkan untuk meminum alkohol atau melakukan aktivitas berlebihan. Tanda dan gejala AMS biasanya akan membaik seiring dengan kondisi tubuh pendaki yang sudah beradaptasi. Namun apabila dalam waktu 24 hingga 48 jam kondisi tidak membaik atau justru semakin memburuk, pendaki disarankan untuk turun gunung. Kebanyakan pendaki merasa gejala semakin membaik saat turun hingga ketinggian 500-800 mdpl. Apabila kondisi tetap dan tidak menunjukkan perubahan, pendaki sebaiknya turun sampai basecamp pendakian dan meminta pertolongan tim medis atau dokter segera.


2. Pengobatan medis --> Pengobatan medis dengan sejumlah obat-obatan juga bisa diberikan untuk mengurangi gejala acute mountain sickness. Beberapa obat-obatan medis tersebut antara lain sebagai berikut.

- Paracetamol atau ibuprofen: obat pereda nyeri untuk mengurangi sakit kepala atau pusing yang diderita.

- Ondansetron atau promethazine: obat untuk mengurangi efek mual dan muntah dengan memblokir zat alami tertentu dalam tubuh.

- Acetazolamide: obat untuk pencegahan gejala AMS dan melancarkan pernapasan sebelum naik gunung.

- Dexamethasone: obat tambahan untuk membantu mengurangi gejala AMS dan mencegah edema di otak.

Jika tersedia, berikan oksigen tambahan apabila gejala yang dirasakan berat. Hal ini sekaligus bisa membantu melancarkan pernapasan penderita. Pemberian oksigen bisa dihentikan saat mencapai lokasi yang lebih rendah dan gejala mulai membaik. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda mengenai perlu tidaknya penggunaan obat-obatan di atas dan berapa dosis yang dianjurkan


Sekian dan terima kasih

1 bulan yang lalu
Suka
Balas
Sesak napas atau 'ngos-ngosan' saat mendaki gunung, meskipun gunungnya tidak terlalu tinggi, bisa disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab umum adalah *Acute Mountain Sickness (AMS)*, yang gejalanya meliputi sakit kepala, mual, kelelahan, dan juga sesak napas. AMS dapat terjadi di ketinggian mulai dari 2400 mdpl, di mana kadar oksigen dan tekanan udara mulai menurun:

Selain itu, kondisi ini juga bisa menjadi tanda kurangnya persiapan fisik atau kelelahan. Namun, jika sesak napas sangat parah, disertai batuk berdahak, atau tidak membaik, perlu diwaspadai kemungkinan kondisi yang lebih serius seperti High Altitude Pulmonary Edema (HAPE), yaitu penumpukan cairan di paru-paru yang juga ditandai dengan sesak napas. Penting untuk selalu melakukan persiapan fisik yang memadai sebelum mendaki dan mendaki secara perlahan untuk memberi waktu tubuh beradaptasi. Jika keluhan sesak napas ini sering terjadi atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang tepat.

1 bulan yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan