Reaksi alergi bisa memicu timbulnya radang kerongkongan. Dalam istilah medis kondisi ini disebut esofagitis eosinofilik. Simak gejala, penyebab, faktor risiko, dan pengobatannya berikut ini.
Apa itu esofagitis eosinofilik?
Esofagitis eosinofilik (eosinophilic esophagitis) adalah kondisi peradangan kronis yang menyerang dinding kerongkongan (esofagus), yakni saluran yang menghubungkan mulut dan lambung.
Kondisi ini mengakibatkan penumpukan eosinofil pada kerongkongan karena reaksi alergi. Eosinofil sendiri merupakan salah satu jenis sel darah putih yang terlibat dalam reaksi alergi.
Alergi makanan tertentu bisa menyebabkan Anda mengalami esofagitis eosinofilik, seperti alergi terhadap susu, telur, gandum, kedelai, dan kacang-kacangan.
Tak hanya itu, kondisi radang kerongkongan ini juga bisa terjadi akibat alergi non-makanan, misalnya alergi saat menghirup serbuk bunga, tungau debu, bulu hewan, dan lainnya.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Menurut penjelasan National Health Institute, penyakit esofagitis eosinofilik terbilang jarang terjadi. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.
Namun, Anda lebih berisiko apabila memiliki penyakit alergi lain, seperti rinitis alergi, dermatitis atopik (eksim), asma, dan alergi makanan.
Memiliki riwayat anggota keluarga dengan esofagitis eosinofilik juga membuat Anda lebih berisiko mengalami gangguan saluran pencernaan ini.
Tanda dan gejala esofagitis eosinofilik
Esofagitis eosinofilik yang ditandai dengan peningkatan jumlah eosinofil ini dapat menyebabkan timbulnya cedera dan peradangan pada kerongkongan Anda.
Umumnya, gejala gangguan ini dapat bervariasi tergantung pada usia penderitanya. Berikut ini adalah beberapa gejala esofagitis eosinofilik pada remaja dan orang dewasa.
- Kesulitan menelan (disfagia)
- Makanan tersangkut di kerongkongan
- Refluks yang tidak membaik dengan antasida
- Heartburn
- Nyeri dada
Sementara itu, bayi dan anak-anak yang mungkin kurang bisa menjelaskan kondisinya, bisa mengalami gejala-gejala, termasuk:
- kesulitan menelan,
- nafsu makan buruk,
- mual dan muntah,
- sakit perut berulang,
- refluks yang tidak membaik dengan antasida,
- pertumbuhan badan yang buruk, dan
- malnutrisi.
Kapan sebaiknya harus periksa ke dokter?
Jika merasakan gejala yang menetap dan terjadi secara terus-menerus, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Gejala yang Anda alami bisa berbeda dengan orang lain yang juga mengalami kondisi ini. Oleh sebab itu, selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.
Penyebab esofagitis eosinofilik
Para ahli belum tahu penyebab pasti dari eosinophilic esophagitis. Namun, kondisi ini secara umum merupakan reaksi alergi terhadap zat dari makanan atau lingkungan Anda.
Esofagitis eosinofilik dapat terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat alergen, terutama dari makanan dan lingkungan sekitar.
Reaksi alergi pada lapisan dinding kerongkongan ini memicu peningkatan eosinofil. Sel darah putih ini lalu dapat menghasilkan protein tertentu yang memicu peradangan.
Setelah itu, peradangan dapat menyebabkan jaringan parut dan pembentukan jaringan ikat (fibrosa) secara berlebihan sehingga mempersempit kerongkongan.
Akibatnya, timbul gejala seperti kesulitan menelan atau makanan tersangkut di kerongkongan. Anda juga bisa merasakan gejala lain, yaitu nyeri dada atau sakit perut.
Faktor apa saja yang meningkatkan risiko kondisi ini?
Terdapat beberapa faktor yang membuat beberapa orang lebih berisiko mengalami eosinophilic esophagitis.
- Memiliki riwayat anggota keluarga yang mengalami esofagitis eosinofilik.
- Menderita alergi makanan atau lingkungan, asma, dermatitis atopik (eksim), dan penyakit pernapasan kronis lainnya.
- Berada pada musim tertentu yang meningkatkan jumlah alergen lingkungan.
- Kasus pada pria yang lebih sering terjadi daripada wanita.
- Tinggal di kawasan dengan iklim dingin dan kering.
- Lebih banyak beraktivitas di luar ruangan.
Diagnosis
Dokter terlebih dahulu menanyakan gejala dan riwayat kesehatan yang Anda miliki. Pasalnya, kondisi lain yang disebabkan oleh penyakit GERD juga bisa menimbulkan gejala yang mirip.
Untuk mempertegas diagnosisnya, dokter akan mempertimbangkan prosedur pemeriksaan medis seperti berikut ini.
1. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dalam prosedur endoskopi pencernaan, dokter akan menggunakan instrumen khusus bernama endoskop (tabung tipis dan panjang dengan kamera kecil) untuk memeriksa saluran cerna bagian atas.
2. Biopsi
Biopsi bertujuan untuk mengambil sampel jaringan dinding kerongkongan. Dokter bisa melakukan prosedur ini bersamaan dengan endoskopi.
Sampel jaringan akan diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya eosinofil atau kemungkinan lain.
3. Tes darah
Dokter akan mengambil sampel darah untuk mengukur jumlah eosinofil dan kadar antibodi imunoglobulin E (IgE). Antibodi ini menunjukkan respons sistem kekebalan terhadap zat alergen.
Metode pemeriksaan alergi lainnya, seperti tes tusuk kulit (skin prick test) juga dapat dokter lakukan.
Pengobatan esofagitis eosinofilik
Apabila mengalami eosinophilic esophagitis, umumnya Anda akan mendapatkan rujukan ke dokter ahli alergi untuk mengelola alergi yang memicu gangguan saluran cerna ini.
Dokter akan memberikan pengobatan untuk mengelola alergi, mulai dari mengubah pola diet, obat-obatan, hingga terapi medis guna mencegah kerusakan kerongkongan lebih lanjut.
1. Perubahan diet
Pada penderita esofagitis eosinofilik akibat alergi makanan, dokter menyarankan untuk berhenti mengonsumsi makanan atau minuman tertentu selama beberapa waktu.
Beberapa contoh makanan yang perlu Anda hindari, yaitu susu, telur, gandum, kedelai, kacang-kacangan dan makanan laut (seafood).
Selain itu, ahli gizi juga bisa terlibat dalam proses pengobatan esofagitis eosinofilik jika Anda menjalani diet untuk menghentikan asupan nutrisi tertentu, misalnya protein.
Anda akan menerima nutrisi melalui formula asam amino. Jika gejala membaik, dokter akan menganjurkan Anda untuk menambahkan variasi makanan, tapi memperhatikan efek yang ditimbulkannya.
2. Obat-obatan
Belum ada obat-obatan yang ditujukan untuk esofagitis eosinofilik.
Namun, dokter dapat memberikan obat untuk mengurangi peradangan dan gejala lain yang Anda rasakan.
- Obat asam lambung untuk menekan produksi asam lambung dan mengurangi peradangan, seperti penghambat pompa proton (PPI).
- Obat peradangan seperti obat kortikosteroid topikal (fluticasone dan budesonide) dalam bentuk inhaler atau cairan.
3. Dilatasi esofagus
Jika terjadi penyempitan kerongkongan yang parah, dokter mungkin bisa melakukan dilatasi esofagus. Prosedur ini umumnya dokter lakukan bersamaan dengan endoskopi saluran cerna atas.
Dilatasi esofagus membantu melebarkan esofagus yang menyempit. Dokter akan memasukan tabung ke kerongkongan dan menggunakan dilator untuk kembali meregangkannya.
Hasilnya, Anda bisa menelan makanan dengan mudah. Prosedur medis ini juga bisa menjadi pilihan untuk menghindari terapi obat berkepanjangan.
Pengobatan di rumah untuk esofagitis eosinofilik
Tidak ada langkah pencegahan yang pasti untuk penyakit esofagitis eosinofilik.
Kondisi ini pun umumnya berhubungan dengan gangguan pencernaan lain seperti refluks asam lambung.
Untuk mengurangi frekuensi gejala dan tingkat keparahannya, Anda bisa melakukan beberapa perubahan gaya hidup sehat berikut ini.
- Menurunkan dan mempertahankan berat badan ideal untuk mencegah tekanan perut berlebihan. Penumpukan lemak di perut bisa memicu asam lambung naik naik ke kerongkongan.
- Hindari makanan dan minuman yang memicu gejala refluks asam lambung, seperti makanan berlemak dan berminyak, makanan pedas, cokelat, kafein, dan alkohol.
- Meninggikan kepala saat tidur untuk mencegah refluks asam lambung yang sering terjadi pada malam hari.
Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat sesuai kondisi yang Anda alami.
[embed-health-tool-bmr]