Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Rinitis alergi atau hay fever adalah salah satu bentuk peradangan lapisan dalam hidung yang muncul ketika Anda menghirup alergen (zat penyebab alergi). Kondisi ini merupakan hasil reaksi berlebihan tubuh dalam merespons alergen yang masuk ke dalam tubuh.
Bagi banyak orang, rinitis alergi mungkin lebih umum dikenal sebagai pilek alergi atau alergi musiman. Reaksi alergi ini dapat bertambah parah pada musim-musim tertentu dalam setahun, atau berkembang menjadi alergi yang muncul sepanjang tahun.
Hay fever merupakan kondisi yang sangat umum dan dapat dialami semua kelompok usia. Menurut data statistik dari American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, ada sekitar 10-30% penduduk dunia yang kemungkinan menderita penyakit ini.
Kebanyakan gejalanya sangat mirip dengan pilek, seperti hidung mampet, mata gatal dan bengkak, bersin, serta rasa tertekan pada sinus (rongga kecil di dalam tengkorak). Namun, tidak seperti pilek, rinitis alergi bukanlah kondisi yang disebabkan oleh virus.
Selain menyebabkan tidak nyaman, rinitis alergi dapat berdampak panjang sehingga memengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari. Meski demikian, Anda bisa mencegah kambuhnya rinitis dengan menghindari alergen dan menjalani pengobatan alergi yang tepat.
Tidak semua orang yang mengalami rinitis alergi akan menunjukkan gejalanya. Gejala bisa saja baru muncul ketika Anda terkena alergen dalam jumlah besar atau pada masa tertentu. Sementara itu, ada juga orang yang mengalami gejala alergi sepanjang tahun.
Dikutip dari Mayo Clinic, gejala rinitis alergi (hay fever) yang paling umum muncul adalah:
Kumpulan gejala di atas biasanya langsung muncul begitu Anda bersentuhan dengan alergen. Gejala tertentu seperti sakit kepala terus-menerus dan kelelahan mungkin baru akan muncul setelah kontak dengan alergen dalam jangka panjang.
Gejala rinitis alergi juga mempunyai banyak kemiripan dengan pilek. Akan tetapi, ada perbedaan antara keduanya, yakni:
Rinitis alergi dapat terjadi pada segala kelompok usia, tak terkecuali bayi. Gejala biasanya muncul setelah bayi terpapar alergen seperti debu dan tungau atau setelah mengonsumsi susu sapi.
Gejala rinitis alergi yang kerap muncul pada bayi di antaranya:
Selain berbagai gejala yang telah disebutkan sebelumnya, tidak menutup kemungkinan ada gejala lainnya yang kurang umum. Konsultasikan pada dokter spesialis alergi bila Anda merasa mengalami tanda-tanda yang berkaitan dengan alergi hidung.
Anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter apabila:
Banyak orang, terutama anak-anak, kerap membiasakan diri dengan alergi sehingga tidak mencari pengobatan. Padahal, alergi bisa bertambah parah dan bahkan membahayakan jiwa.
Oleh sebab itu, awasi setiap gejala yang Anda alami dan jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter.
Alergi adalah reaksi tak wajar dari sistem imun saat melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun seharusnya mampu membedakan mana zat yang berbahaya dan mana yang tidak. Namun, sistem imun penderita alergi tidak bekerja demikian.
Sistem kekebalan tubuh mereka tidak mampu atau keliru membedakan zat-zat asing di dalam tubuh. Tubuh mereka justru menganggap zat biasa seperti debu, serbuk sari, dan sebagainya sebagai ancaman, lalu memanggil sistem imun untuk menyerangnya.
Respons sistem imun melibatkan suatu senyawa kimia yang disebut histamin. Sistem imun juga membentuk antibodi Imunoglobulin E (IgE) serta bekerja sama dengan sel kekebalan lainnya yang berfungsi melawan zat asing dan bibit penyakit dalam tubuh.
Meskipun berguna dalam mencegah penyakit, histamin dan respons kekebalan tubuh dalam reaksi alergi justru menimbulkan kumpulan gejala yang mengganggu. Gejala inilah yang Anda alami saat berkontak dengan berbagai penyebab rinitis alergi.
Rinitis umumnya terjadi saat Anda menghirup alergen berupa:
Selama musim tertentu dalam setahun, serbuk sari dari bunga dan pohon bisa menjadi masalah bagi penderita rinitis alergi. Rumput dan gulma pun menghasilkan lebih banyak serbuk sari di musim panas sehingga penderita alergi hidung perlu lebih waspada.
Semua orang dapat memiliki rinitis alergi (hay fever), baik anak-anak maupun orang dewasa. Akan tetapi, risikonya lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi berikut.
Pertama-tama, dokter akan bertanya mengenai gejala untuk melihat kondisi kesehatan Anda secara umum. Tahapan ini juga berguna untuk menentukan apakah Anda mengalami alergi musiman atau tahunan.
Dokter mungkin juga akan memeriksa bagian dalam hidung Anda untuk melihat apakah terdapat polip hidung. Polip hidung merupakan pembengkakan yang tumbuh membesar di bagian dalam hidung atau sinus.
Diagnosis rinitis alergi sering kali perlu diawali dengan pemberian obat antihistamin terlebih dulu. Apabila gejala Anda membaik setelah minum antihistamin, hampir bisa dipastikan bahwa Anda menderita rinitis alergi.
Setelah itu, dokter dapat melanjutkan pemeriksaan dengan dua metode berikut:
Jika pemicu alergi rinitis tidak dapat dipastikan, dokter dapat mengusulkan tes alergi dengan dua cara, yakni:
Tes alergi harus dilakukan dan diawasi oleh dokter spesialis alergi di rumah sakit atau klinik. Ini disebabkan karena tes alergi berisiko menimbulkan reaksi alergi parah yang harus ditangani secepat mungkin.
Pada kasus tertentu, misalnya jika dokter mencurigai adanya polip hidung atau sinusitis, Anda mungkin perlu menjalani pemeriksaan lanjutan di rumah sakit. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
Langkah pertama untuk mengobati rinitis alergi adalah dengan menghindari pemicunya sebisa mungkin. Jika cara ini tidak membuahkan hasil, Anda dapat mengonsumsi obat yang dijual bebas maupun dengan resep dokter.
Apabila reaksi alergi yang Anda alami tidak terlalu parah, obat-obatan yang dijual bebas biasanya cukup untuk meredakan gejalanya. Untuk reaksi alergi yang lebih buruk, Anda mungkin memerlukan obat resep dari dokter.
Banyak penderita alergi membaik karena meminum kombinasi beberapa obat alergi. Anda mungkin perlu mengonsumsi berbagai jenis obat alergi hingga menemukan yang paling sesuai.
Jika Anda didiagnosis menderita rinitis alergi, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai meminum obat atau memilih metode pengobatan lainnya. Berikut adalah pengobatan yang dapat Anda pilih:
Obat-obatan berguna untuk mengurangi gejala yang muncul. Beberapa obat rinitis alergi yang umum diresepkan oleh dokter adalah sebagai berikut.
Bila Anda sedang menggunakan obat alergi lainnya, Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum meminum obat rinitis alergi. Hindari mengonsumsi obat resep secara sembarangan karena terdapat risiko efek samping.
Suntikan alergi atau imunoterapi merupakan salah satu metode pengobatan untuk rinitis alergi parah. Pengobatan ini dilakukan dengan memberikan suntikan alergen secara berkala hingga gejala terkendali.
Pengobatan ini mirip dengan suntikan alergi, tapi zat alergen tidak disuntikkan. Alergen akan diletakkan di bagian bawah lidah Anda. Terdapat risiko efek samping berupa gatal pada mulut atau telinga serta iritasi tenggorokan.
Anda memang tidak bisa mencegah hay fever, tapi Anda dapat mencegah timbulnya reaksi alergi dengan menghindari zat pemicunya. Anda juga perlu memahami cara mengelola alergi yang kambuh agar reaksinya tidak bertambah parah.
Berikut sejumlah perubahan gaya hidup yang dapat Anda lakukan untuk mencegah reaksi alergi.
Rinitis alergi merupakan salah satu gejala alergi susu sapi pada bayi. Pada kondisi ini, hal terpenting yang harus diperhatikan orangtua adalah pemberian nutrisi terhadap bayi yang alergi.
Salah satu cara mencegah hay fever pada bayi adalah dengan memberikan ASI. Selama menyusui, ibu mungkin akan disarankan untuk menghindari segala makanan mengandung protein susu sapi dan produk turunannya.
Bila ibu tidak memberikan ASI, dokter biasanya akan menyarankan untuk mengganti susu formula sapi menjadi susu alternatif lainnya. Pemberian susu kemungkinan berlangsung dalam kurun waktu 2 – 4 minggu.
Selain itu, memberikan bayi susu sapi terhidrolisa ekstensif juga bisa menjadi salah satu solusinya. Susu ini memiliki pecahan protein yang lebih kecil sehingga sistem imun anak dapat menerima protein susu dengan lebih baik.
Berdasarkan sebuah penelitian, susu sapi terhidrolisa ekstensif dapat mengurangi gejala seperti eksim bagi bayi dengan risiko tinggi alergi. Namun untuk mengurangi efek riinitis, alergi makanan, dan asma perlu penelitian lebih lanjut.
Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan pemberian susu selama 6 bulan pada usia 9 – 12 bulan. Setelah itu, Anda bisa menguji apakah si kecil sudah toleran dengan susu sapi dengan memberikannya susu formula sapi. Bila tidak ada gejala, konsumsi susu sapi bisa dilanjutkan.
Rinitis alergi merupakan reaksi sistem berlebihan sistem imun ketika menghadapi zat pemicu alergi yang Anda hirup. Gejalanya bervariasi, dari ringan berupa bersin hingga menimbulkan gejala mirip pilek yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Anda dapat mengelola kondisi ini dengan menghindari pemicunya dan meminum obat alergi bila perlu. Jika terdapat gejala alergi yang mencemaskan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar Anda mendapatkan pengobatan yang tepat.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar