Meskipun namanya sangat mirip, PCO dan PCOS adalah dua kondisi yang berbeda. Yuk, kenali lebih jauh tentang dua kondisi ini dan bagaimana perbedaan PCO dan PCOS melalui penjelasan berikut!
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Meskipun namanya sangat mirip, PCO dan PCOS adalah dua kondisi yang berbeda. Yuk, kenali lebih jauh tentang dua kondisi ini dan bagaimana perbedaan PCO dan PCOS melalui penjelasan berikut!
PCO dan PCOS adalah kondisi medis yang sama-sama terjadi pada organ reproduksi wanita. Adapun perbedaan PCO dan PCOS adalah sebagai berikut.
PCO (polycystic ovaries) biasa juga disebut dengan kista ovarium (ovarian cysts) adalah kondisi di mana terdapat banyak sel telur yang menempel pada dinding ovarium atau indung telur.
Biasanya, seorang wanita akan memiliki setidaknya 1 buah cyst (kista) di sepanjang hidupnya. Namun, jika terdapat lebih dari satu cyst maka inilah yang disebut dengan PCO.
Kondisi ini cukup umum terjadi di kalangan wanita dan dibedakan menjadi beberapa tipe, sebagai berikut.
PCOS adalah singkatan dari polycystic ovary syndrome, yaitu gangguan hormonal yang dialami oleh wanita dewasa yang menyebabkan sel telurnya sulit matang.
Sel-sel telur yang tidak matang tersebut gagal dilepaskan menuju rahim. Akibatnya terjadi penumpukan dalam ovarium. Kondisi inilah yang disebut dengan PCOS.
Tidak banyak wanita yang mengalami PCOS. Melansir jurnal Human Reproduction Oxford, hanya terdapat 2,2% hingga 26,7% wanita usia 15 sampai 44 tahun yang mengalami kondisi ini.
Secara umum, PCO dan PCOS memiliki gejala yang berbeda satu sama lain.
Kebanyakan kasus olycystic vvaries tidak menunjukkan gejala. Namun, seiring pertumbuhan kista yang semakin banyak, Anda mungkin akan mengalami gejala sebagai berikut:
Jika Anda mengalami gejala di atas sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk mencegah PCO semakin parah.
Pada kasus PCO yang parah, akan menunjukkan gejala seperti:
Jika gejala ini terjadi sebaiknya segera mencari pertolongan medis. Jika tidak segera ditangani akan berisiko menyebabkan berbagai komplikasi penyakit yang serius.
Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami PCOS. Pasalnya, PCOS tidak menunjukkan gejala nyeri seperti yang terjadi pada PCO.
Biasanya wanita baru mengetahui kondisinya setelah memeriksakan diri ke dokter akibat mengalami kenaikan berat badan yang sulit terkontrol atau sulit memiliki anak.
Secara umum, kondisi polycystic ovary syndrome menunjukkan gejala-gejala berikut ini.
Office and Women’s Health menyatakan bahwa wanita yang mengidap PCOS biasanya hanya mengalami haid sebanyak kurang dari 8 kali dalam setahun.
Selain menstruasi yang jarang, pengidap PCOS bisa saja mengeluarkan darah dalam jumlah yang lebih banyak daripada menstruasi normal.
Lebih dari 7 dari 10 penderita PCOS mengalami pertumbuhan bulu di area wajah, perut dan dada.
Tubuh wanita yang mengidap PCOS akan ditumbuhi jerawat yang tidak hanya pada wajah tapi juga di dada, dada dan punggung dalam jumlah yang cukup banyak.
Kondisi PCOS akan menunjukkan gejala kulit yang berminyak dan semakin gelap terutama di area leher, selangkangan dan bagian bawah payudara.
Gejala yang paling umum terjadi pada penderita PCOS adalah berat badan berlebih. Sekitar 8 dari 10 penderitanya mengalami kondisi ini.
Rambut wanita yang menderita PCOS akan mengalami penipisan, rontok bahkan botak di area pucuk kepala.
Perubahan hormon yang terjadi pada kondisi PCOS menyebabkan penderitanya sering mengalami sakit kepala.
Meskipun sama-sama menyerang bagian reproduksi wanita, tetapi PCO dan PCOS disebabkan oleh dua hal yang berbeda.
Kebanyakan polycystic ovaries disebabkan oleh fungsional cyst yaitu kondisi di mana folikel yang berisi sel telur tidak pecah. Akibatnya terbentuk benjolan kecil pada permukaan indung telur sehingga menjadi kista.
Wanita yang sudah pernah memiliki kista ovarium, akan berisiko memiliki kista yang lebih banyak atau PCO.
Adapun penyebab polycystic ovary syndrome adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan tubuh memproduksi hormon androgen atau hormon lelaki yang lebih banyak.
Akibatnya wanita yang mengalami PCOS akan kesulitan memproduksi sel telur ataupun sulit mematangkan sel telurnya.
Gangguan metabolisme ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Endocrine menyebutkan bahwa faktor gen dalam keluarga dapat menyebabkan kondisi PCOS.
Sekitar 7 dari 10 penderita PCOS mengalami resistensi insulin, yaitu kondisi di mana insulin dalam tubuh tidak mampu mengolah gula dengan baik. Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita diabetes.
Penderita PCOS biasanya mengalami gangguan pada sel darah putih yang mengakibatkan tubuh sulit mengatasi peradangan.
Baik PCO maupun PCOS keduanya berisiko menyebabkan komplikasi tertentu.
Secara umum, PCO dapat menyebabkan berbagai gangguan berikut:
Kabar baiknya, kondisi PCO umumnya tidak menyebabkan gangguan pada kesuburan wanita. Oleh karena itu, Anda tidak perlu khawatir berlebihan.
Jika dibandingkan dengan PCO, PCOS berisiko memberikan efek yang lebih buruk bagi kesehatan. Risiko komplikasi yang bisa terjadi antara lain.
Hal ini karena PCOS pada dasarnya disebabkan oleh berlebihannya hormon lelaki yaitu testosteron. Akibatnya, wanita yang mengalami kondisi ini kesulitan mematangkan sel telur.
Jika kehamilan berhasil terjadi, risiko keguguran dan persalinan prematur masih mengintai penderitanya.
Gangguan hormonal yang terjadi pada PCOS dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
PCOS biasanya disebabkan karena adanya resistensi insulin. Kondisi ini juga berisiko menyebabkan penderitanya mengalami diabetes.
Menurut penelitian yang terbit dalam jurnal Steroids, wanita yang mengidap PCOS memiliki risiko 2,7 kali lipat lebih besar mengalami kanker endometrium jika tidak segera diatasi.
Perbedaan selanjutnya dari PCO dan PCOS adalah pada proses diagnosa.
Kondisi Polycystic Ovaries biasanya dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan panggul. Selain itu, pemeriksaan dapat dilakukan sesuai dengan ukuran dan tipe kista pada PCO.
Adapun pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk mendiagnosa kondisi ini antara lain.
Jika hasil tes kehamilan menunjukkan positif, ada kemungkinan Anda sedang hamil atau justru sedang mengalami kista ovarium/PCO.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi lokasi kista dan jenis kista yang dimiliki apakah kista padat atau berisi cairan.
Laparoskopi yaitu prosedur pemeriksaan dengan memasukkan semacam selang berkamera melalui sayatan kecil di perut.
Tujuannya tidak hanya untuk mendeteksi adanya kista, melainkan dapat sekaligus menyingkirkannya.
Berbeda dengan PCO, kondisi PCOS cenderung lebih sulit dideteksi. Hingga saat ini belum ditemukan metode yang paling akurat untuk mendeteksi kondisi ini.
Jurnal Human Reproduction Oxford menyatakan bahwa 70% penderita PCOS tidak terdiagnosa dengan baik.
Selain itu, kondisi ini biasanya tidak memiliki gejala yang khas, sehingga sulit dideteksi dini. Biasanya, penderitanya baru menyadari kondisi PCOS setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh karena adanya keluhan sulit hamil.
Biasanya, untuk mendiagnosis PCOS, dokter akan mengumpulkan data seperti:
Selain pemeriksaan tersebut, jika dibutuhkan, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, sebagai berikut.
Karena penyebabnya yang berbeda, PCO dan PCOS juga memiliki prosedur pengobatan yang berbeda pula.
Pada dasarnya, polycystic ovaries atau kista ovarium adalah kondisi yang umum terjadi pada wanita dan bukan merupakan penyakit yang parah.
Biasanya, kista pada ovarium dapat hilang sendiri dalam beberapa bulan. Terutama jika Anda mengalaminya di usia yang masih muda.
Anda hanya perlu melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin untuk mengetahui apakah kista yang Anda miliki mulai mengecil atau sudah menghilang sama sekali.
Namun, jika dalam waktu beberapa bulan, kista Anda masih ada, maka dokter mungkin akan melakukan berbagai tindakan pengobatan berikut.
Pil KB untuk PCOS disinyalir sebagai salah satu upaya untuk membantu menghilangkan kista ovarium. Namun, keampuhan metode ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Mengutip penelitian yang diterbitkan oleh American Family Phycician, disimpulkan bahwa konsumsi pil kontrasepsi dinilai tidak efektif dalam mengatasi PCO.
Pilihan pengobatan lainnya yang biasanya dokter lakukan adalah operasi pengangkatan kista. Operasi ini dapat dilakukan dengan prosedur laparoskopi ataupun laparatomi.
Laparoskopi dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk memasukkan selang berkamera dan penjepit. Prosedur ini minim risiko dan hanya menyisakan luka kecil di perut.
Adapun laparotomi adalah prosedur yang mirip dengan laparoskopi, tetapi sayatan yang dibuat lebih lebar. Ini untuk mengangkat kista yang cukup besar.
Berbeda dengan kista ovarium, pengobatan PCOS cenderung lebih rumit karena kista dapat berkembang semakin ganas sehingga berisiko kanker.
Pengobatan kondisi ini biasanya dilakukan sesuai dengan keluhan yang ditimbulkannya.
Selain pemberian obat-obatan, tindakan operasi untuk mengangkat kista mungkin diperlukan jika kista pada PCOS semakin ganas dan berisiko kanker
Untuk mengurangi keparahan PCOS, Anda sebaiknya menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga secara teratur dan diet rendah karbo.
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa menanyakan ke dokter secara langsung mengenai perbedaan PCO dan PCOS.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar