Pernahkah Anda mendengar tentang penyimpangan seksual? Penyimpangan seksual, secara medis dikenal dengan istilah parafilia, adalah ketertarikan seksual secara berlebihan pada hal-hal yang dianggap tidak biasa atau tabu dalam lingkungan sosial.
Gairah seksual bisa meningkat dengan adanya objek, fantasi, atau perilaku tertentu, seperti memakai baju lawan jenis hingga menyakiti pasangan saat berhubungan intim.
Nah, apa saja jenis penyimpangan atau kelainan seksual yang ada? Mari simak penjelasannya di bawah ini.
Apa itu penyimpangan seksual?
Parafilia atau penyimpangan seksual adalah istilah yang disepakati para ahli dalam panduan diagnosis gangguan psikologis Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).
Namun, penyimpangan seksual berbeda dengan gangguan atau kelainan seksual. Pasalnya, tidak semua kasus parafilia bisa sampai menyebabkan perilaku ekstrem yang mengganggu atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Suatu penyimpangan seksual (parafilia) akan dikategorikan sebagai kelainan seksual atau paraphilic disorder ketika kondisi ini menimbulkan gangguan pada individu yang mengalaminya.
Bahkan, kondisi tersebut juga berisiko membahayakan orang lain, terutama untuk perilaku seksual menyimpang yang nonkonsensual (tanpa persetujuan seksual).
Kedua hal tersebut yang menjadi penentu apakah suatu penyimpangan seksual (parafilia) tergolong sebagai kelainan seksual (paraphilic disorder) atau tidak.
Macam-macam penyimpangan seksual
Menurut International Journal of Law and Psychiatry, pada panduan DSM 5 terdapat 8 jenis parafilia yang paling umum, yakni eksibisionisme, fetisisme, frotteurisme, pedofilia, masokisme seksual, sadisme seksual, voyeurisme, dan transvestisme.
Selain itu, ada pula jenis parafilia lainnya seperti nekrofilia dan zoofilia. Berikut berbagai jenis parafilia yang ada.
1. Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah penyimpangan yang ditandai adanya dorongan seksual untuk memperlihatkan alat kelamin di depan umum, terutama pada orang yang tidak dikenal.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepuasan seksual dari reaksi orang lain.
Memperlihatkan organ intim menunjukkan keinginan seseorang untuk mendapatkan perhatian dari orang lain atas perilaku seksual yang menyimpang.
Orang yang melakukan penyimpangan seksual ini disebut eksibisionis. Kebanyakan eksibisionis merupakan pria.
Eksibisionis pria mungkin juga melakukan masturbasi saat mengekspos atau berfantasi selama memperlihatkan organ intimnya pada orang lain.
Namun, eksibisionis umumnya tidak menginginkan kontak seksual dengan korbannya sehingga jarang melakukan serangan fisik.
Ada beberapa faktor yang bisa memicu penyimpangan seksual ini, antara lain ketidakmampuan beradaptasi di lingkungan sosial, disfungsi seksual seperti impotensi, atau gangguan kepribadian (antisosial atau narsistik).
Secara umum, tidak banyak kasus eksibisionis yang masuk ke dalam kriteria klinis kelainan seksual.
2. Fetisisme
Fetisisme adalah obsesi seksual terhadap bagian tubuh atau benda tertentu.
Ketertarikan seksual terhadap objek seksual ini, atau yang dinamakan dengan fetis, biasanya melebihi ketertarikan pada orang lain.
Fetis bisa meliputi bagian tubuh seperti kaki, jari, dan rambut. Sementara untuk benda, fetis bisa berupa sepatu (pria atau wanita), pakaian dalam wanita, celana dalam, hingga bra.
Benda-benda fetis umumnya terbuat dari material tertentu atau memiliki karakteristik spesifik, seperti sepatu yang terbuat dari kulit.
Obsesi seksual yang berkaitan dengan objek tersebut bisa berwujud hasrat, fantasi, atau perilaku seksual menyimpang yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Orang yang memiliki fetis dapat kesulitan orgasme jika melakukan aktivitas seksual tanpa melibatkan objek yang menjadi ketertarikan seksualnya.
Faktor yang bisa memengaruhi seseorang untuk memiliki penyimpangan seksual seperti fetis belum bisa diketahui secara pasti.
Namun, fetisisme umumnya berasal dari lingkungan sosial yang melarang atau menekan ekspresi maupun keinginan seksual individunya.
3. Pedofilia
Pedofilia adalah penyimpangan seksual yang ditandai dengan ketertarikan seksual pada anak-anak atau remaja, biasanya di bawah umur 13 tahun.
Seseorang dikatakan sebagai pedofil (sebutan orang dengan pedofilia) bila dia memiliki hasrat seksual pada anak-anak yang terpaut usia lebih dari 5–16 tahun dari dirinya.
Penyimpangan seksual ini lebih banyak dialami oleh laki-laki yang tertarik dengan anak laki-laki, perempuan, ataupun keduanya.
Saat ini pedofilia sering mengarah ke pelecehan seksual pada anak di bawah umur.
Perilaku pedofilia yang menyebabkan pemaksaan atau manipulasi tindakan seksual pada anak-anak juga termasuk ke dalam kelainan seksual (paraphilic disorder) sehingga membutuhkan penanganan medis.
Namun, penting untuk dipahami bahwa tidak semua pedofil melakukan pelecehan pada anak-anak.
Sebaliknya, tidak semua orang yang melakukan kekerasan seksual pada anak adalah seorang pedofil.
4. Voyeurisme
Voyeurisme adalah kondisi ketika seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip, menguntit, maupun memandang tubuh orang lain dalam keadaan telanjang atau saat melakukan aktivitas seksual.
Keinginan untuk melihat tubuh telanjang atau aktivitas seksual yang dilakukan orang lain sebenarnya hal yang normal.
Namun, pada voyeurisme, mengamati tubuh seseorang secara diam-diam dapat membangkitkan hasrat seksual yang kuat bahkan bisa mencapai orgasme meskipun tidak melakukan kontak seksual apa pun.
Voyeurisme bisa menjadi kelainan seksual (paraphillic disorder) ketika seseorang terus-menerus mencari kesempatan untuk mengintip orang lain sampai meninggalkan kepentingan pribadinya.
5. Sadisme seksual
Sadisme adalah ketertarikan pada aktivitas seksual yang melibatkan kekerasan atau perilaku tertentu yang membuat orang lain menderita.
Penyimpangan seksual yang satu ini sering kali dilakukan dengan paksaan.
Contoh penyimpangan seksual sadisme dapat terwujud dalam bentuk hasrat, fantasi, dan perilaku erotis yang melibatkan diri sendiri maupun orang lain yang menjadi objek ketertarikan seksualnya.
Sama halnya dengan penyimpangan seks lain, sadisme belum tentu adalah kelainan atau gangguan seksual.
Namun, sadisme yang mengarah pada kelainan seksual (paraphilic disorder) punya tanda-tanda, seperti:
- Memaksa pasangan atau orang lain menjadi objek perilaku sadisme sehingga pelakunya mengalami gangguan psikologis atau disfungsi sosial.
- Memiliki hasrat dan fantasi seksual yang kuat.
- Melakukan aktivitas seksual yang membuat orang lain menderita secara terus-menerus selama 6 bulan.
6. Masokisme seksual
Masokisme seksual adalah penyimpangan seksual ketika seseorang mendapatkan hasrat seksual karena menerima kekerasan atau perilaku yang membuatnya menderita, baik secara mental maupun fisik.
Seorang masokis umumnya memperoleh kepuasan seksual dari aktivitas yang membuatnya sakit atau kesulitan bernapas seperti saat dicekik, diikat, atau dipecut.
Masokisme dapat menjadi kelainan seksual (paraphilic disorder) ketika sudah menyebabkan gangguan psikologis dan disfungsi sosial pada orang yang mengalaminya.
Dugaan sementara masokis bisa disebabkan oleh masalah trauma psikologis dan fisik seseorang serta pengaruh dari lingkungan.
7. Frotteurisme
Frotteurisme adalah salah satu penyimpangan seksual untuk mendapatkan kepuasan seksual dari menyentuh, meraba, atau menggesekan bagian tubuh tertentu ke bagian tubuh orang lain.
Perilaku seksual ini biasanya dilakukan secara diam-diam saat orang yang menjadi target tidak menyadarinya.
Frotteurisme umumnya dialami oleh pria dan bisa menjadi kelainan seksual karena kerap menyebabkan pelecehan seksual di tempat umum.
Salah satu contoh pelecehan yang paling sering terjadi terkait frotteurisme adalah menggesekkan organ intim pria pada tubuh wanita saat berdesakan di transportasi umum.
Penyebab utama dari penyimpangan seksual ini belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi, faktor seperti perilaku antisosial dan hiperseksualitas (memiliki hasrat tinggi untuk melakukan hubungan seksual secara terus-menerus) dapat membuat seseorang mengalami frotteurisme.
8. Transvestisme
Transvestisme adalah penyimpangan seksual turunan dari fetisisme.
Kondisi ini terjadi ketika seseorang memperoleh gairah seksual dengan mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh lawan jenis (cross-dressing).
Orang yang memiliki ketertarikan seksual ini dikenal juga dengan sebutan cross-dresser.
Seorang laki-laki akan mendapatkan kepuasan seksual dengan mengenakan pakaian wanita yang feminin, begitu pun sebaliknya pada perempuan.
Ketertarikan memakai pakaian lawan jenis bisa diwujudkan dalam bentuk fantasi, keinginan, dan perilaku seksual menyimpang.
Meskipun bisa menimbulkan gangguan psikologis dan disfungsi sosial, sebagian besar kasus transvestisme tidak berbahaya atau mengarah pada kelainan seksual.
9. Penyimpangan seksual lainnya
Selain yang sudah disebutkan di atas, berikut beberapa jenis penyimpangan seks lainnya.
- Nekrofilia: ketertarikan atau hasrat seksual untuk berhubungan intim dengan mayat.
- Zoofilia: penyimpangan seks yang menjadikan hewan sebagai objek kepuasan seksual.
- Klismafilia: mendapatkan kesenangan seksual dengan memasukan cairan ke dalam kolon melalui anus.
- Koprofilia: ketertarikan seksual pada kotoran manusia.
- Telephonicophilia: memperoleh kepuasan seksual dengan menelepon orang-orang asing yang tidak dikenal.
- Urofilia: ketertarikan seksual pada urine.
Kapan penyimpangan seksual memerlukan penanganan?
Meski sebagian besar orang menganggap parafilia sebagai sesuatu yang abnormal, hal ini pada dasarnya tidak berbahaya jika tidak dilakukan secara ekstrem.
Salah satu contoh, seorang masokis mendapat kepuasan seksual dengan disakiti oleh pasangan seksualnya. Ia dan pasangannya mungkin juga memperoleh kepuasan seksual dengan aktivitas BDSM.
Hal ini boleh dilakukan asalkan dalam lingkungan yang aman, dengan persetujuan, dan tidak menimbulkan gangguan pada individu yang melakukannya.
Sementara itu, berikut beberapa kondisi yang membuat suatu parafilia membutuhkan penanganan profesional.
- Parafilia telah berkembang menjadi paraphilic disorder sehingga mengganggu aspek kehidupan seseorang.
- Cara yang ditempuh untuk memperoleh kepuasan seksual telah membahayakan seseorang, misalnya mencekik pasangan untuk mencapai orgasme.
- Parafilia tidak dilakukan dengan persetujuan, contohnya pada pedofilia. Anak di bawah umur tidak bisa memberikan persetujuan untuk berhubungan seks seperti orang dewasa karena pengetahuan seksnya terbatas.
- Parafilia dekat dengan pelecehan seksual, misalnya pada pria yang senang menggesekkan alat kelaminnya pada tubuh orang lain tanpa persetujuan.
Seseorang dapat dikategorikan mengalami penyimpangan seksual jika ia tertarik secara seksual pada hal-hal yang dianggap tabu. Beberapa jenis parafilia tidak berbahaya, tapi ada pula parafilia yang memerlukan penanganan profesional.
[embed-health-tool-ovulation]