Selain melakukan tes VDLR, seseorang yang diduga terinfeksi bakteri penyebab penyakit sifilis juga bisa menjalani pemeriksaan TPHA. Pernahkah Anda mendengar tes TPHA sebelumnya? Ya, ini adalah salah satu pilihan tes untuk mendiagnosis adanya bakteri sifilis di dalam tubuh. Kapan seseorang perlu menjalani tes ini dan seperti apa prosedurnya?
Apa itu prosedur TPHA?
TPHA atau treponema pallidum hemagglutination adalah pemeriksaan medis yang dilakukan untuk mengukur kadar antibodi di dalam sampel serum pasien yang diduga terkena sifilis.
Sifilis sendiri adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum (T. pallidum).
Untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri penyebab sifilis di dalam tubuh, diperlukan tes TPHA guna mengetahui apakah tubuh menghasilkan antibodi penangkal bakteri tersebut.
Pemeriksaan ini ditujukan secara spesifik untuk penyakit sifilis sehingga penyakit atau kondisi medis lain biasanya tidak akan memengaruhi hasil tes.
Meski begitu, ketika seseorang sudah pernah terinfeksi bakteri T. pallidum, antibodi akan bertahan di darah seumur hidup.
Oleh karena itu, untuk membedakan apakah antibodi dalam darah adalah virus penyebab sifilis yang masih aktif atau sudah sembuh, diperlukan tes tambahan yang disebut dengan nontreponema.
Kapan pemeriksaan TPHA perlu dilakukan?
TPHA biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan atau skrining penyakit sifilis.
Menurut laman Mayo Clinic, ketika seseorang tertular sifilis, ia mungkin akan mengalami gejala-gejala seperti:
- luka di alat kelamin atau mulut,
- ruam di sekujur tubuh,
- kutil di alat kelamin atau mulut,
- rambut rontok,
- sakit otot,
- demam, dan
- sakit tenggorokan.
Ada beberapa orang yang lebih rentan terkena penyakit ini sehingga harus menjalani skrining sifilis secara berkala, seperti berikut.
- Berhubungan seks tanpa memakai pengaman atau kondom.
- Sering bergonta-ganti pasangan seksual.
- Melakukan aktivitas seksual yang tidak aman dan berisiko.
- Terlibat dalam hubungan homoseksual.
- Mengidap penyakit menular seksual lainnya, seperti HIV.
- Memiliki pasangan yang terdiagnosis dengan sifilis.
- Sedang hamil.
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala sifilis dan Anda termasuk dalam kelompok berisiko, sebaiknya segera lakukan skrining dengan tes TPHA.
Dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin, pengobatan sifilis yang Anda terima akan bekerja lebih efektif dan risiko terkena komplikasi pun akan semakin rendah.
Tingkat akurasi tes ini sendiri dapat mencapai 98-100% sehingga tes ini sangat dianjurkan untuk mendeteksi penyakit sifilis, baik yang di tahap primer, sekunder, maupun tersier.
Seperti apa proses pemeriksaan TPHA?
Tes TPHA adalah prosedur yang dilakukan dengan cara memeriksa sampel darah Anda. Prosedurnya serupa dengan pengambilan darah pada pemeriksaan kondisi medis lainnya.
Anda tidak perlu melakukan persiapan khusus menjelang tes karena prosedurnya hanya berupa pengambilan darah seperti biasa.
Namun, jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu, dokter mungkin akan menginformasikan apa saja yang perlu Anda persiapkan sebelum pengambilan darah.
Berikut adalah langkah-langkah yang akan Anda lewati bersama tim medis.
- Pertama-tama, tenaga medis akan membersihkan area yang akan dimasukkan jarum dengan alkohol.
- Jarum tipis akan dimasukkan ke dalam pembuluh vena, kemudian sampel darah Anda akan diambil.
- Sampel darah akan diperiksa di laboratorium untuk mengecek kadar antibodi yang ada di dalamnya.
Proses pengambilan darah biasanya hanya memakan waktu kurang dari 5 menit. Selanjutnya, Anda bisa menunggu hasil tes beberapa saat setelah darah diambil.
Adakah risiko dari prosedur pemeriksaan sifilis ini?
Tes darah untuk mendeteksi bakteri penyebab sifilis tergolong aman dan minim risiko. Namun, tidak menutup kemungkinan ada beberapa efek samping yang bersifat ringan.
Salah satu efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa sakit dan memar di kulit area bekas jarum suntik. Kondisi tersebut normal dan akan hilang dengan sendirinya.
Bagaimana hasil dari tes ini?
Tes TPHA memberikan hasil yang terbagi menjadi dua, yaitu hasil reaktif (positif) dan nonreaktif (negatif).
Hasil reaktif bisa menandakan adanya infeksi bakteri T. pallidum yang masih aktif atau sudah pernah disembuhkan.
Untuk memastikan apakah pasien benar-benar sedang mengidap sifilis, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti nontreponema.
Sedikit berbeda dengan TPHA, tes nontreponema akan mendeteksi antibodi tubuh yang bereaksi terhadap kerusakan sel-sel tubuh yang pernah terinfeksi sifilis sebelumnya.
Meski tes TPHA dinilai memiliki akurasi yang tinggi, ada beberapa kasus di mana tes ini mengeluarkan hasil positif palsu, misalnya pada pasien dengan penyakit mononukleosis dan kusta (lepra).
Oleh karena itu, selain dengan tes nontreponema, terkadang tes ini juga diikuti dengan tes FTA-ABS untuk mendapatkan hasil diagnosis yang paling akurat.
[embed-health-tool-ovulation]