backup og meta

Kesadaran Masyarakat Indonesia terhadap Vaksin Orang Dewasa Masih Rendah

Kesadaran Masyarakat Indonesia terhadap Vaksin Orang Dewasa Masih Rendah

Hello Health melakukan riset melalui survei untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap vaksin di delapan negara, termasuk Indonesia. 

Vaksinasi atau imunisasi adalah metode sederhana, aman, dan efektif untuk mencegah dan melindungi tubuh dari penyakit berbahaya.

Prosedur medis ini akan melatih sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi, sama halnya seperti ketika tubuh terpapar penyakit.

Namun, vaksin yang umumnya terbuat dari bibit penyakit (bakteri atau virus) yang sudah dilemahkan atau mati ini tidak akan menyebabkan penyakit itu sendiri pada tubuh manusia.

Meski efektif dan aman, sebagian kalangan nyatanya masih ragu untuk memperoleh vaksin.

Memperingati Pekan Imuninasi Sedunia 2022, Hello Health telah melakukan survei untuk mengetahui persepsi dan pengetahuan masyarakat akan vaksinasi orang dewasa.

Survei ini melibatkan 2.051 pembaca Hello Health yang tersebar di delapan negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Taiwan, dan India.

Bagaimana persepsi masyarakat terhadap vaksin?

penjadwal imunisasi anak

Ketika mendengar kata “vaksin”, sebagian besar responden telah menunjukkan persepsi positif. Mereka pada umumnya telah memahami manfaat dan cara kerja vaksin.

Ambil contoh masyarakat Indonesia yang memilih untuk ikut program vaksinasi dengan alasan kesehatan meski takut terhadap jarum suntik.

Responden asal Indonesia juga telah memahami bahwa vaksin membantu meningkatkan sistem imun untuk melawan penyakit sekaligus mencegah penularannya pada orang lain.

Bahkan, masyarakat Thailand mengganggap vaksinasi sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Dengan mengikuti vaksinasi, artinya seseorang telah melindungi komunitasnya dari risiko terkena infeksi dan komplikasi, termasuk kematian.

Meski begitu, beberapa responden juga memiliki persepsi negatif terhadap prosedur vaksinasi.

Sebagian masyarakat Taiwan mengatakan bahwa efek vaksinasi berlebihan sehingga memicu ketakutan dan ketidaknyamanan pada penerimanya.

Walaupun tahu bahwa vaksin baik bagi kesehatan, masyarakat Kamboja juga tetap khawatir akan efek samping dan masalah kesehatan yang timbul setelahnya.

Sementara itu, sebagian masyarakat Vietnam juga mengeluhkan harga vaksin yang relatif mahal.

Mau ikut vaksinasi atau tidak, apa alasannya?

sebelum dan setelah vaksin

Survei pembaca Hello Health juga ingin mengetahui alasan apa saja yang mendasari keputusan seseorang untuk ikut atau tidak dalam program vaksinasi.

Menurut semua responden yang tersebar di delapan negara, sekitar 56–84% memilih ikut vaksinasi untuk melindungi diri dan orang di sekitarnya dari penyakit berbahaya.

Tanpa vaksinasi, seseorang lebih berisiko mengalami sakit parah atau komplikasi yang mengancam nyawa akibat penyakit seperti campak, polio, dan hepatitis.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan vaksin pada bayi dan anak-anak saja mampu menyelamatkan lebih dari 4 juta nyawa setiap tahunnya.

Selain alasan tersebut, 4 dari 5 orang di Indonesia juga memperoleh vaksin demi memperkuat sistem imunnya. Bahkan, 1 dari 2 orang percaya vaksin bisa menjaga dirinya tetap sehat.

Responden juga ditanyakan mengenai alasan mereka untuk tidak mengikuti program vaksinasi.

Pada umumnya, 44–75% responden dari seluruh negara masih mengkhawatirkan efek samping vaksin sehingga tidak mau mengikuti program ini.

Vaksin mirip obat pada umumnya. Ia dapat memicu efek samping ringan, seperti demam, nyeri, atau kemerahan pada bekas area suntikan yang akan hilang dalam beberapa hari.

Efek samping yang parah dan bertahan lama sangat jarang terjadi. Dokter pada umumnya akan membantu memantau kondisi tubuh pasien pascavaksinasi.

Rasa takut atau fobia jarum suntik (38%) dan vaksin belum beredar cukup lama (14%) juga jadi alasan lain bagi masyarakat Indonesia untuk tidak ikut vaksinasi.

Harga vaksin yang relatif mahal juga menjadi alasan lain yang banyak dipilih. Hal ini ditemukan pada responden Vietnam (30%), Filipina (21%), Malaysia (17%), dan India (13%).

Sejumlah vaksin, khususnya vaksin orang dewasa, tidak dijamin atau disubsidi oleh pemerintah.

Kondisi inilah yang bisa membuat masyarakat enggan ikut vaksin, terlebih saat cukup banyak uang yang perlu dipersiapkan untuk mendapatkannya.

Kesadaran vaksinasi orang dewasa perlu ditingkatkan

konsultasi dokter, dokter dan pasien

Selain imunisasi dasar lengkap untuk bayi dan anak-anak, orang dewasa juga perlu rutin mendapatkan beberapa jenis vaksin lain, meliputi:

  • influenza,
  • pneumokokus,
  • hepatitis A,
  • hepatitis B,
  • difteri, pertusis, dan tetanus (DPT),
  • campak, gondong, dan rubela (MMR),
  • haemophilus influenza tipe B (HiB)
  • varisela (cacar air), dan
  • meningokok.

Di Indonesia sendiri, ada 1 dari 3 orang (29%) yang mengetahui rekomendasi vaksin dewasa.

Angka ini terbilang lebih rendah dari daripada negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Malaysia (31%), Vietnam (37%), dan Filipina (45%).

Hanya ada 3% masyarakat Indonesia yang belum mengetahui tentang vaksinasi orang dewasa.

Dari sekian jenis vaksin orang dewasa, pneumokokus, meningokok, dan haemophilus influenza tipe B (HiB) menjadi yang paling jarang diketahui oleh rata-rata responden.

Ada pula jenis vaksin lain yang jarang diketahui lainnya, yakni varisela di Kamboja (31%) dan hepatitis A di Taiwan (9%).

Uniknya, vaksin orang dewasa, seperti vaksin herpes zoster dan HPV (human papillomavirus) yang diberikan pada usia tertentu lebih kurang diperhatikan oleh sebagian besar responden.

Vaksin herpes zoster direkomendasikan untuk orang berusia 50 tahun ke atas untuk mencegah herpes zoster (cacar api). Sementara itu, vaksin HPV direkomendasikan bagi wanita berusia 18–26 tahun untuk mencegah kanker serviks.

Menurut survei Hello Health pada pembaca di Indonesia, hanya ada 18% responden yang tahu tentang vaksin herpes zoster dan 16% responden yang tahu tentang vaksin HPV.

Sementara itu, tingkat kesadaran tertinggi dimiliki oleh pembaca di Vietnam, dengan 31% responden tahu tentang vaksin zoster dan 45% tahu tentang vaksin HPV.

Pandangan masyarakat tentang vaksin COVID-19

efikasi Zifivax

Program vaksin COVID-19 telah mulai dilakukan oleh pemerintah sejak Januari 2021. Presiden Joko Widodo menjadi penerima vaksin Sinovac untuk pertama kali.

Walaupun telah mulai diberikan, banyak masyarakat pada saat itu masih bertanya-tanya tentang keamanan dan efek samping dari vaksin COVID-19.

Hal ini terbukti dari riset yang dilakukan Center for Digital Society (CfDS) Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada pada Februari 2021.

Survei ini menemukan ada sekitar 49,9% dari total responden yang menolak untuk menjadi penerima vaksin COVID-19 dosis pertama.

Gencarnya seruan kelompok yang menolak vaksin di media sosial ini memengaruhi pandangan awal masyarakat tentang program vaksinasi COVID-19.

Meski begitu, pandangan masyarakat Indonesia pada akhirnya kian berubah seiring terbuktinya manfaat vaksin untuk mencegah penularan dan komplikasi akibat SARS-CoV-2.

Data Vaksinasi COVID-19 Nasional dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan 80 dari 100 penduduk sasaran vaksinasi (95,48%) memperoleh dosis pertama hingga Sabtu (23/4).

Selain itu, terdapat pula 78,70% sasaran vaksinasi yang memperoleh dosis kedua dan baru 16,76% lainnya yang memperoleh vaksin dosis ketiga (booster).

Keberhasilan vaksin dalam melawan pandemi COVID-19 juga mengubah persepsi masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi pada orang dewasa.

Survei Hello Health dalam memperingati Pekan Imuninasi Sedunia 2022 menemukan 95% dari 2.051 responden kini melihat pentingnya vaksin secara umum setelah pandemi COVID-19.

Bahkan, sebanyak 84% responden mempertimbangkan untuk memperoleh vaksin dewasa ke depannya.

Pada dasarnya, vaksin menjadi cara aman dan efektif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit berbahaya.

Vaksin juga mampu melindungi orang-orang terdekat dari risiko terpapar penyakit dan komplikasi yang ditimbulkannya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vaccines and immunization: What is vaccination?. WHO. (2021). Retrieved 23 April 2022, from https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/vaccines-and-immunization-what-is-vaccination

What is a vaccine, and how do vaccines work?. Vaccine Knowledge – University of Oxford. (2019). Retrieved 23 April 2022, from https://vk.ovg.ox.ac.uk/vk/how-do-vaccines-work

Adult Immunization. CDC. (2022). Retrieved 23 April 2022, from https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/adult.html

Membaca Persepsi Masyarakat terhadap Vaksin Covid-19. Universitas Gadjah Mada. (2021). Retrieved 23 April 2022, from https://www.ugm.ac.id/id/berita/20906-membaca-persepsi-masyarakat-terhadap-vaksin-covid-19

Program Vaksinasi COVID-19 Mulai Dilakukan, Presiden Orang Pertama Penerima Suntikan Vaksin COVID-19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Retrieved 23 April 2022, from http://p2p.kemkes.go.id/program-vaksinasi-covid-19-mulai-dilakukan-presiden-orang-pertama-penerima-suntikan-vaksin-covid-19/

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

3 Jenis Vaksin untuk Lansia yang Disarankan, Plus Syarat Pemberian Vaksinasi

Meski Sudah Vaksin, Tetap Jaga Imun Tubuh dengan Vitamin dan Cara Ini!


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan