backup og meta

10 Penyakit Akibat Lingkungan Kotor yang Perlu Anda Waspadai

10 Penyakit Akibat Lingkungan Kotor yang Perlu Anda Waspadai

Banyak orang menyepelekan kebersihan lingkungan. Padahal, lingkungan yang kotor tidak hanya mengganggu, tapi juga dapat menimbulkan berbagai penyakit. Ketahui macam-macam penyakit akibat lingkungan kotor berikut ini.

Daftar penyakit akibat lingkungan kotor

Lingkungan yang tercemar akibat polusi udara, sampah, dan limbah kimia berkontribusi besar dalam menyebabkan berbagai penyakit. 

Pasalnya, lingkungan yang tidak bersih kerap menjadi tempat bagi bakteri atau virus berkembang biak.

Tinggal di lingkungan kotor bisa meningkatkan peluang Anda terkena berbagai penyakit berikut ini. 

1. Hepatitis A

Salah satu penyakit akibat lingkungan kotor adalah penyakit hepatitis A. Penyakit hepatitis A ini adalah penyakit menular yang menyerang tubuh manusia akibat infkesi virus HAV. 

Infeksi virus ini dapat menyerang sel hati manusia dan menimbulkan gejala, berupa urine berwarna gelap seperti teh, muntah, demam, nyeri sendi, hingga kehilangan nafsu makan. 

Penyakit ini dapat disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang buruk, seperti akses air bersih yang terbatas atau sistem pembuangan limbah yang buruk.

Penting untuk menjaga kebersihan diri serta melakukan vaksin untuk mencegah penyakit hepatitis.

2. Diare

Infeksi rotavirus diare

Diare merupakan gangguan sistem pencernaan yang membuat penderitanya sering buang air besar dengan feses yang encer.

Penyakit ini dapat disebabkan karena mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terinfeksi oleh bakteri E.coli dan Salmonella.

Selain itu, diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor, termasuk pembuangan limbah yang tidak memadai.

Hal ini karena pencemaran lingkungan akibat pembuangan air limbah rumah tangga yang sembarangan dapat menjadi habitat bagi bakteri dan virus penyebab penyakit untuk berkembang biak.

3. Kudis

Kudis atau scabies adalah jenis infeksi pada kulit yang disebabkan oleh tungau scabies atau disebut juga Sarcoptes scabiei

Penyakit kulit ini dapat menyebar melalui kontak fisik dengan penderita kudis. Scabies dapat menyebabkan penderitanya mengalami ruam serta gatal-gatal.

Studi dalam jurnal KNE Medicine memaparkan bahwa lingkungan kotor dapat menjadi salah satu penyebab penyakit kudis.

Hal ini karena lingkungan yang kotor merupakan tempat tinggal yang disenangi oleh parasit serta serangga untuk berkembang biak. 

4. Kolera

Penyakit yang bisa muncul akibat lingkungan kotor selanjutnya adalah kolera. Kondisi ini terjadi akibat infeksi bakteri Vibrio cholerae.

Penderita kolera umumnya dapat mengalami gejala seperti diare hingga muntah. Bagi beberapa orang, penyakit ini mungkin tidak menimbulkan gejala tertentu.

Bakteri ini dapat ditemukan pada air minum yang telah terkontaminasi oleh bakteri serta makanan laut yang tidak dicuci dengan bersih. 

Oleh sebab itu, penting untuk mengonsumsi air mineral yang berkualitas. Pastikan bahwa air mineral yang Anda konsumsi berasal dari sumber air yang bersih dan telah melewati proses pengolahan dan penyaringan yang baik.

Tempat hidup bakteri kolera

Vibrio cholerae banyak ditemukan berkembang biak di daerah yang memiliki akses air bersih yang terbatas dan sistem pembuangan limbah yang tidak memadai.

5. Demam tifoid

Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami demam tinggi, badan lemas dan sakit kepala.

Menurut WHO, demam tifoid merupakan penyakit yang umum terjadi di seluruh dunia. Bahkan, sekitar 110.000 orang di dunia meninggal karena tipes setiap tahunnya.

Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit ini adalah kurangnya akses terhadap air bersih dan fasilitas toilet yang kotor karena kontaminasi oleh feses terinfeksi. 

Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta membiasakan diri mencuci dapat membantu menjaga kesehatan tubuh dan mengurangi risiko terkena demam tifoid.

6. Tinea pedis

Tinea pedis atau disebut juga dengan kurap kaki adalah penyakit yang terjadi akibat lingkungan kotor. Penyakit ini memang disebabkan oleh infeksi jamur atau parasit yang hidup di lingkungan tidak bersih.

Kondisi ini umumnya menyerang pada sela-sela jari kaki. Penderitanya dapat mengalami ruam, gatal hingga kulit bersisik.

Infeksi jamur ini dapat menyebar melalui pakaian, handuk, kaus kaki atau air yang tidak bersih dan terkontaminasi oleh jamur. 

Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan rumah, termasuk menjaga kebersihan lingkungan serta mencuci pakaian dan handuk bisa membantu untuk mencegah tinea pedis. 

7. Asma

asma

Asma merupakan kondisi yang ditandai dengan kesulitan bernapas.

Gangguan pernapasan ini biasanya terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan, sehingga udara yang masuk ke paru-paru menjadi terbatas.

Pencemaran udara dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya asma. Menghirup udara yang terkontaminasi dapat membuat polutan ikut masuk ke paru-paru dan merusak jaringan sel di dalamnya.

Salah satu cara untuk menjaga agar kualitas udara tetap bersih adalah dengan mengurangi aktivitas membakar sampah serta menggunakan transportasi umum.

8. Trakoma

Trakoma adalah penyakit pada mata yang membuat penderitanya mengalami gejala seperti gatal pada kelopak mata, bengkak, sensitif terhadap cahaya, hingga dapat menyebabkan kebutaan.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat ditularkan melalui handuk atau jari tangan yang terkontaminasi bakteri.

Selain itu, trakoma juga dapat menyebar lewat lalat yang hinggap di benda-benda yang terkontaminasi oleh bakteri Chlamydia trachomatis

Maka dari itu, menjaga lingkungan sekitar tetap bersih bisa menjadi langkah pencegahan untuk penyakit trakoma. Pasalnya, lalat senang berada di lingkungan yang kotor.

9. Malaria

Penyakit akibat lingkungan kotor lainnya adalah penyakit malaria. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit akibat gigitan nyamuk.

Gejala penyakit malaria umumnya diawali dengan demam tinggi dan menggigil di sekujur tubuh, lalu keluar keringat yang banyak. Gejala ini umumnya muncul 10 – 15 hari setelah gigitan nyamuk.

Lingkungan yang kotor kerap kali menjadi penyebab dari penyakit malaria. Pencemaran air karena tumpukan sampah dapat menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak. 

Oleh sebab itu, melakukan pencegahan dengan membersihkan sampah di saluran air atau menyemprotkan insektisida secara rutin dapat meminimalkan risiko terkena penyakit malaria. 

10. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri Leptospira. Bakteri ini umumnya terdapat pada urine atau darah hewan yang terinfeksi. 

Gejala penyakit ini hampir mirip dengan gejala flu, akan tetapi, penyakit ini terkadang disertai dengan kaki bengkak serta bintik-bintik merah di kulit.

Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui luka terbuka atau kontak langsung dengan air dan tanah yang telah terkontaminasi oleh urine hewan pembawa bakteri. 

Jika tidak segera diobati, leptospirosis dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit, komplikasi ginjal, hingga gagal hati.

Ada beragam penyakit yang dapat terjadi karena lingkungan yang kotor, mulai dari hepatitis, diare, kudis, hingga malaria. 

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar maupun menjaga kebersihan diri dengan bisa menjadi langkah pencegahan dari berbagai penyakit tersebut. 

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hygiene-related Diseases. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 28 August 2023, from https://www.cdc.gov/hygiene/disease/index.html 

An estimated 12.6 million deaths each year are attributable to unhealthy environments. (2016). Retrieved 28 August 2023, from https://www.who.int/news/item/15-03-2016-an-estimated-12-6-million-deaths-each-year-are-attributable-to-unhealthy-environments 

Rao A, Wanjari MB, Prasad R, Munjewar PK, Sharma R. (2023). From Mystery to Clarity: Uncovering the Possible Cause of Hepatitis Outbreak in Children. Cureus. May 1;15(5):e38388. PMID: 37265892; PMCID: PMC10231522.

Mebrahtom, S., Worku, A., & Gage, D. (2022). The risk of water, sanitation and hygiene on diarrhea-related infant mortality in eastern Ethiopia: a population-based nested case-control. BMC Public Health, 22(1). 

Setya Roswendi, A., & Zakiyah, Y. (2022). Relationship Between Environmental Sanitation and the Incidence of Scabies: A Literature Review. KNE Medicine, 2(2), 207–215. 

Jutla A, Whitcombe E, Hasan N, Haley B, Akanda A, Huq A, Alam M, Sack RB, Colwell R. (2013). Environmental Factors Influencing Epidemic Cholera. The American Journal of Tropical Medicine Hygiene. Sep;89(3): 597-607. PMID: 23897993; PMCID: PMC3771306

Typhoid. (2023). World Health Organization. Retrieved 28 August 2023, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/typhoid

Environmental Triggers of Asthma (2018). Environmental Medicine | ATSDR. (Agency of Toxic Substance and Disease Registry). Retrieved 28 August 2023, from.https://www.atsdr.cdc.gov/csem/asthma/environmental_triggers_of_asthma.html#

Hygiene-related Diseases: Athlete’s Foot (tinea pedis). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 28 August 2023, from https://www.cdc.gov/healthywater/hygiene/disease/athletes_foot.html#:~:text=Tinea%20pedis%20is%20spread%20through,skin 

Mpyet, C., Goyol, M., & Ogoshi, C. (2010). Personal and environmental risk factors for active trachoma in children in Yobe state, north‐eastern Nigeria. Tropical Medicine & International Health, 15(2), 168-172.

Mauti, G. O., Mauti, E. M., & Kowanga, D. K. (2015). Evaluation of malaria spread in relation to poor environmental conditions at Kibaha district (Tanzania). Journal of Scientific and Innovative Research 2015; 4(5): 203-206.

Leptospirosis: Causes, Symptoms, Diagnosis & Treatment. (2023). Retrieved 28 August 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24021-leptospirosis 

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Ajarkan sejak Dini, Ini 6 Cara agar Anak Menjaga Lingkungan

Stop Buang Sampah Sembarangan! Patuhi 3 Aturan Ini agar Tidak Mencemari Lingkungan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan