Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Kolera adalah penyakit infeksi serius yang mengganggu sistem pencernaan dan dapat menyebabkan diare parah serta dehidrasi. Penularan kolera umumnya berasal dari air yang tercemar bakteri Vibrio cholerae.
Di beberapa tempat, terutama negara-negara berkembang, bakteri ini dapat ditemukan di air minum yang terkontaminasi atau di masakan laut yang tidak dimasak sampai matang.
Walaupun dalam beberapa kasus kolera tidak menunjukkan gejala yang parah pada awal penularannya, penyakit ini termasuk berbahaya dan dapat berakibat fatal jika tidak mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin.
Kolera adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman dahulu. Ketika sistem pembuangan dan sanitasi masih sangat buruk, penyakit ini menyebar hampir di seluruh bagian dunia.
Seiring berkembangnya teknologi dan perbaikan sanitasi, kasus kolera menurun drastis.
Namun, bukan berarti kolera sudah jarang ditemukan. Di negara-negara dengan sanitasi yang buruk, padat penduduk, area perang, dan area di mana kelaparan masih banyak terjadi, penyakit ini masih sangat umum ditemukan.
Menurut badan World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 1,3 – 4 juta kasus kolera di seluruh dunia. Bahkan data WHO mencatat angka kematian akibat kolera berkisar antara 21.000 – 143.000 setiap tahunnya.
Lokasi yang masih banyak ditemukan kasus kolera adalah negara-negara berkembang dari negara-negara di benua Afrika dan Amerika Latin, hingga negara India bahkan Indonesia.
Selain itu, angka kemunculan penyakit ini 2 kali lipat lebih banyak ditemukan pada orang bergolongan darah O dibanding golongan darah lainnya.
Sebenarnya, kebanyakan orang yang terinfeksi bakteri kolera tidak langsung jatuh sakit. Bahkan beberapa tidak pernah tahu bahwa mereka telah terinfeksi, sebab mereka tidak merasa mengalami gejala.
Bakteri Vibrio cholerae akan menetap di tinja orang yang terinfeksi selama 7 – 14 hari. Oleh karena itu, meskipun tidak merasakan gejala apa pun, penderita masih bisa menularkan penyakit tersebut ke orang lain melalui kotoran yang terkontaminasi.
Hanya sekitar 1 dari 10 orang yang terinfeksi menunjukkan tanda dan gejala. Biasanya gejala akan muncul dalam 24 – 48 jam setelah terpapar oleh bakteri. Berikut adalah daftar gejalanya.
Diare adalah gejala yang paling umum ditemukan di penyakit ini. Tinja yang keluar akibat penyakit ini umumnya lebih banyak dibanding diare lainnya.
Pasien dengan kolera akan mengeluarkan sekitar 1 liter cairan saat buang air besar dalam satu jam. Ini karena banyaknya volume cairan yang dikeluarkan saat diare, pasien biasanya akan merasakan dorongan untuk buang air besar yang tidak terkontrol.
Tinja yang dikeluarkan oleh pasien penderita infeksi ini biasanya memiliki ciri khas tertentu, yaitu cairan berwarna putih pucat dan tidak berbau. Kadang, cairan tersebut menyerupai air cucian beras.
Walaupun tidak selalu muncul, rasa mual dan muntah juga merupakan salah satu gejala kolera yang cukup banyak ditemui.
Mual dan muntah biasanya terjadi pada tahap-tahap awal penularan bakteri. Penderita penyakit ini akan merasa mual terus menerus dan sulit menahan rasa ingin muntah selama beberapa jam.
Kondisi diare dan muntah yang berkepanjangan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak cairan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi. Orang yang terpapar kolera akan kehilangan sekitar 20 liter cairan dalam sehari.
Tidak hanya dehidrasi, penderita juga berpotensi mengalami syok dan beberapa gejala lainnya, seperti tekanan darah rendah, pusing, dan jantung berdetak cepat.
Tubuh yang kehilangan terlalu banyak cairan akan mengalami penurunan kadar elektrolit.
Hal tersebut dapat mengakibatkan tanda-tanda seperti kram otot akibat penurunan kadar natrium, klorida, dan potasium dalam tubuh serta syok karena tekanan darah yang menurun tiba-tiba.
Pada anak-anak yang menderita kolera, mereka biasanya rentan mengalami gula darah rendah atau hipoglikemia akibat kehilangan banyak cairan. Ciri-ciri yang sering ditemukan adalah:
Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Seperti yang sudah disebutkan, kasus penyakit ini banyak ditemui di beberapa negara dengan sistem sanitasi yang kurang memadai.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami diare parah setelah mengunjungi daerah yang banyak ditemukan kasus penyakit ini, Anda harus memeriksakan diri ke dokter secepat mungkin.
Saat menderita diare berkepanjangan yang disertai dengan muntah-muntah, segerakan mencari pengobatan sebelum terserang dehidrasi berat. Jika kolera ditangani dengan cepat, kemungkinan Anda akan pulih dari penyakit ini lebih cepat.
Patogen utama yang menyebabkan infeksi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae. Namun, yang membuat penyakit ini menjadi berbahaya dan bisa mengancam nyawa adalah keberadaan racun yang disebut CTX atau toksin kolera.
CTX diproduksi oleh bakteri V. cholerae di dalam usus kecil. Racun ini akan menempel di dinding usus, yang kemudian akan mengganggu aliran normal natrium dan klorida.
Terganggunya aliran dua elektrolit tersebut dapat mendorong tubuh mengeluarkan begitu banyak cairan. Hal ini mengakibatkan diare dan tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit dalam waktu singkat.
Bakteri V. cholerae umumnya ditemukan pada air yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri jenis ini juga banyak bersarang di bahan-bahan makanan yang belum dimasak sempurna, seperti kerang mentah, buah-buahan, dan sayuran.
Bakteri kolera memiliki dua siklus hidup yang berbeda, satu di lingkungan dan satu lagi pada tubuh manusia. Berikut penjelasannya.
Bakteri V. cholerae banyak ditemukan secara alami di perairan pantai dan menempel di binatang-binatang kecil bernama copepoda.
Binatang yang terkontaminasi bakteri ini akan menyebar ke perairan di berbagai tempat dan tumbuh dengan subur di area yang hangat.
Bakteri ini juga biasanya akan berenang ke tempat yang terdapat algae jenis tertentu, yang biasa ditemukan di pembuangan limbah pabrik.
Setelah bakteri masuk ke dalam tubuh, umumnya gejala penyakit tidak langsung terlihat. Namun, bakteri masih akan menempel pada tinja.
Jika saluran air atau makanan yang bersih terkena tinja yang terkontaminasi bakteri tersebut, bakteri akan bertumbuh dengan cepat.
Sementara itu, sumber makanan atau tempat yang paling sering ditemukan perkembangan infeksi penyakit ini adalah sebagai berikut.
Bakteri penyebab kolera dapat tinggal di air dalam jangka waktu panjang, dan menjadi statis atau tidak aktif. Biasanya, air yang terkontaminasi bakteri V. cholerae adalah air di tempat umum dan daerah-daerah dengan sistem sanitasi yang buruk.
Makan makanan laut yang mentah atau kurang matang, terutama kerang, dapat meningkatkan potensi Anda terpapar bakteri V. cholerae.
Buah-buahan dan sayur yang belum dicuci atau dikupas bisa jadi merupakan sarang berkembangbiaknya bakteri kolera, terutama di area yang kebersihannya kurang terjaga.
Di negara-negara berkembang, pupuk yang tidak mengandung kompos atau air irigasi yang tercemar limbah dapat memengaruhi hasil panen perkebunan.
Di negara-negara dengan kasus kolera yang tinggi, makanan berbahan dasar biji-bijian seperti nasi atau jagung dapat menjadi sarang bakteri.
Setelah nasi dimasak dan didiamkan selama beberapa jam dalam suhu ruangan, nasi tersebut dapat menjadi tempat bertumbuhnya bakteri penyebab penyakit kolera.
Kolera adalah penyakit yang dapat menyerang semua orang dari berbagai golongan usia maupun ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit ini.
Inilah berbagai faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko penyakit.
Kolera akan berkembang dengan pesat di tempat yang memiliki sanitasi kurang baik, termasuk suplai air bersih yang minim.
Kondisi ini sering ditemukan di tempat pengungsian, negara-negara berkembang atau terbelakang, daerah peperangan, dan tempat yang terkena bencana alam atau wabah penyakit.
Bakteri V. cholerae tidak akan mampu bertahan hidup di lingkungan dengan tingkat keasaman yang tinggi. Maka dari itu, asam lambung dalam tubuh manusia dapat menjadi tameng utama menghadapi infeksi kolera.
Namun, beberapa orang dengan tingkat asam lambung yang rendah, termasuk anak-anak, lansia, dan orang yang sedang minum obat-obatan tertentu. Mereka yang disebutkan lebih rentan terkena infeksi ini.
Apabila Anda tinggal bersama dengan orang yang menderita penyakit ini, kemungkinan Anda akan tertular bakteri V. cholerae semakin tinggi.
Orang dengan golongan darah O dua kali lipat lebih mudah terserang bakteri kolera dibanding pemilik golongan darah lainnya. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian yang mampu menjelaskan penyebab pasti fenomena ini.
Walaupun bakteri ini sudah tidak mewabah di sebagian besar tempat di dunia, keberadaannya masih dapat ditemukan di beberapa titik perairan. Oleh karena itu, risiko Anda terserang penyakit ini setelah makan seafood mentah masih tinggi.
Meskipun tanda-tanda dan gejala yang parah dapat terlihat jelas di daerah yang endemik, satu-satunya cara untuk mendiagnosis penyakit ini adalah dengan mengambil sampel tinja (tes dipstick) dan meneliti adanya bakteri.
Tes dipstick kolera yang cepat sekarang telah tersedia, sehingga penyedia layanan kesehatan di area terpencil dapat mendeteksi penyakit ini sejak awal.
Hal tersebut tentu dapat mengurangi angka kematian sebelum wabah menyebar, serta berdampak ke intervensi pusat kesehatan dalam pengendalian wabah.
Kolera memerlukan perawatan segera karena penyakit ini dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh. Caranya adalah dengan menggunakan larutan rehidrasi sederhana berupa oralit.
Oralit dinilai sangat efektif mengembalikan cairan tubuh, bahkan dapat mengurangi angka kematian akibat kolera secara signifikan.
Apabila rehidrasi oral dengan oralit masih belum bekerja dengan baik, pasien kolera bisa mendapatkan asupan cairan melalui metode injeksi atau infus.
Walaupun antibiotik dinilai bukan merupakan pengobatan utama dari kolera, beberapa jenis antibiotik berpotensi mengurangi gejala diare pada penyakit ini.
Jenis antibiotik yang biasanya diresepkan dokter adalah doxycycline (Monodox, Oracea, Vibramycin) atau azithromycin (Zithromax, Zmax).
Dilansir dari Mayo Clinic, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa zinc dapat mengurangi dan memperpendek durasi diare pada anak-anak dengan kolera.
Kolera mungkin memang sudah jarang ditemui apabila Anda tinggal di lingkungan yang bersih dan memiliki sistem sanitasi yang baik.
Namun, masih ada kemungkinan Anda terinfeksi bakteri V. cholerae, terutama jika Anda berpergian ke tempat dengan sanitasi yang buruk atau negara dengan kasus kolera yang tinggi.
Anda dapat mencegah hal tersebut terjadi dengan melakukan beberapa perubahan seperti di bawah ini.
Cuci tangan adalah langkah terpenting dalam mencegah infeksi bakteri, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum menyentuh makanan.
Gosok sabun pada tangan yang basah selama minimal 15 detik sebelum dibilas. Jika tidak ada sabun dan air, selalu sediakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol ke manapun Anda pergi.
Minumlah air yang sudah direbus atau air minum botol. Saat berpergian, Anda dapat menggunakan air minum botol untuk menyikat gigi.
Hindari menambahkan es batu di minuman Anda, kecuali Anda merebus dan membuat sendiri es batu tersebut.
Masaklah makanan Anda dengan benar dan pastikan tidak ada bagian yang kurang matang. Hindari membeli jajanan pinggir jalan. Kalau memang terpaksa, pastikan Anda dapat melihat proses masaknya, dan makanan tersebut disajikan selagi panas.
Sebaiknya Anda menghindari ikan mentah atau yang belum matang, seperti sushi dan sashimi, terlebih jika kebersihan memasaknya belum terjamin.
Pilih buah-buahan dan sayuran yang dapat Anda kupas sendiri, seperti pisang, jeruk dan alpukat. Hindari salad dan buah-buahan yang tidak bisa dikupas, seperti anggur dan beri.
Berhati-hatilah dengan produk susu, termasuk es krim yang sering terkontaminasi, dan susu yang tidak dipasteurisasi.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar