Penyakit stroke terjadi akibat arteri yang tersumbat atau adanya kumpulan darah yang menekan otak karena pecahnya pembuluh darah sehingga menyebabkan gangguan darah ke otak. Seseorang yang mengalami gejala stroke perlu mendapatkan perawatan langsung, karena penyakit ini bisa menurunkan kualitas hidup dan menyebabkan kematian. Setelah mendapatkan perawatan, penderita stroke umumnya akan menghadapi masalah seks. Apa saja, ya?
Masalah seks setelah terkena stroke
Kehidupan seks setelah stroke bisa membuat kualitas hidup penderitanya memburuk. Meski stroke biasanya jarang menjadi penyebab langsung dari disfungsi seksual. Disfungsi seksual dalah gangguan yang menyebabkan penurunan hasrat seksual, sehingga tidak bisa menikmati seks sebagaimana mestinya.
Namun, stroke dapat menimbulkan stres yang menjadi salah satu penyebab dari disfungsi seksual. Jadi, ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Stres dimulai tak lama setelah pasien dan pasangannya meninggalkan rumah sakit. Pasien dan keluarga harus menghadapi tantangan baru yang memusingkan dan menimbulkan stres.
Beberapa contohnya adalah berurusan dengan seluk-beluk kebijakan asuransi, jadwal pengobatan dan pemeriksaan dokter, serta membiasakan diri meninjau berkas-berkas yang terasa asing.
Tak pelak, tantangan baru ini dapat menimbulkan masalah seks setelah mengalami stroke. Belum lagi dengan adanya cacat fisik dan mental yang diakibatkan oleh stroke itu sendiri yang bisa mengubah interaksi pasangan.
Suka atau tidak, dinamika seks berubah, setidaknya untuk sementara, dengan masalah seperti afasia (ketidakmampuan untuk berbicara atau memahami bahasa lisan), hemiplegia (kelumpuhan satu sisi tubuh biasanya melibatkan wajah, lengan dan kaki), atau hemiparesis.
Lebih jelasnya, mari bahas masalah seks yang mungkin dialami banyak orang setelah mengalami stroke.
1. Takut terjadi stroke lagi
Banyak orang percaya bahwa setelah seseorang menderita stroke, gairah akan aktivitas seksual dapat menyebabkan stroke lainnya. Namun jangan khawatir, karena hal ini jarang terjadi.
Dalam kasus langka, pasien dengan penyakit jantung stadium lanjut, mungkin diminta oleh dokter untuk meminimalkan tekanan fisik pada jantung, termasuk dari seks, untuk mencegah serangan jantung.
Anjuran membatasi aktivitas seksual juga ketika seseorang hendak menjalani operasi untuk memperbaiki aneurisma besar, atau pecah pembuluh darah.
Hal ini dilakukan untuk menghindari seks agar tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mungkin dapat menyebabkan pembuluh darah pecah dan berdarah. Selain dari kasus-kasus ini, hampir tidak pernah ada alasan medis yang jelas untuk tidak melakukan seks.
Sayangnya, rasa takut, cemas, dan khawatir adalah salah satu penyebab paling umum dari disfungsi seksual setelah stroke terjadi.
2. Penurunan libido
Masalah seks yang umumnya terjadi pasca terkena stroke adalah menurunnya libido (gairah seks). Penurunan libido setelah stroke sebenarnya merupakan hal lumrah akibat beberapa faktor psikologis, termasuk:
- percaya diri yang rendah,
- ketidakpastian tentang masa depan hubungan,
- sibuk dengan masalah keuangan, dan
- kesulitan menerima hidup baru yang kini menjadi cacat.
Pada beberapa kasus, penuruna gairah seks terkait dengan stroke juga bisa disebabkan oleh obat yang pasien minum, seperti antidepresan dan obat-obatan tekanan darah tinggi.
3. Kelumpuhan
Kelumpuhan bisa menjadi masalah seks setelah stroke terjadi. Ini karena stroke dapat mempengaruhi area otak yang mengontrol gerakan lengan dan kaki, sehingga mencegah pasangan mencapai posisi seksual yang paling mereka nikmati.
Tentu saja beberapa orang lebih terpengaruh dengan hal ini daripada yang lainnya, tergantung pada tingkat kerusakan otak akibat stroke, dan kemampuan seksual dari pasangan sebelum terkena stroke.
4. Depresi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi menjadi masalah seks setelah stroke dengan mempengaruhi baik penderita stroke, maupun pasangannya.
Perlu Anda ketahui bahwa stroke dapat menimbulkan perasaan sedih secara terus-menerus yang membuat penderitanya kehilangan minat pada berbagai aktivitas, termasuk berhubungan intim.
5. Gangguan sensasi pada alat kelamin
Sebagaimana ulasan sebelumnya, stroke jarang menjadi penyebab langsung dari disfungsi seksual. Namun, beberapa stroke dapat mempengaruhi sensasi pada daerah kelamin, yang menyebabkan seseorang merasa mati rasa sekitar alat kelamin mereka.
Tentu saja, salah satu dari kasus-kasus ini akan membuat seks menjadi sulit. Stroke yang mempengaruhi hipotalamus, daerah otak yang mengontrol hormon seksual, juga dapat mempengaruhi gairah seksual seseorang. Dalam beberapa kasus langka, stroke juga dapat menyebabkan peningkatan seksualitas, atau perilaku seksual yang tidak biasa.
Tips mengatasi masalah seks setelah stroke
Membiarkan gangguan pada seks pasca stroke bisa menurunkan kesejahteraan hidup penderita dan pasangan. Agar hal ini tidak terjadi, Stroke Foundation menyebutkan beberapa tips untuk mengatasinya, seperti:
Cobalah untuk beradaptasi dengan perubahan fisik
Mulailah dengan aktivitas yang menurut Anda paling mudah, seperti berciuman atau berpelukan dan lanjutkan ke hal-hal yang lebih menantang saat kepercayaan diri Anda meningkat.
Anda mungkin perlu mencari posisi seks yang nyaman dan aman Anda lakukan. Jika inkontinensia urin menjadi masalah, sebaiknya buanglah air kecil terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan seks.
Belajar untuk mengelola suasana hati
Suasana hati yang buruk bisa mengurungkan minat Anda untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan. Untuk mengatasi masalah seks setelah stroke ini, Anda bisa mencoba berbagai hal yang membuat suasana jadi lebih baik pada siang hari.
Anda juga bisa melakukan terapi relaksasi atau meditasi yang bisa membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Konsultasi ke dokter
Terkadang menghadapi masalah seks setelah stroke tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan Anda semata. Anda mungkin saja perlu bantuan psikolog, dokter, maupun terapis seks dalam meningkatkan kehidupan seks. Tidak hanya penderitanya saja yang memerlukan edukasi, pasangannya pun juga turut belajar untuk beradaptasi.
[embed-health-tool-bmi]