Pernahkah Anda mendengar tentang cairan serebrospinal? Cairan ini memiliki peran dan fungsi penting dalam sistem saraf manusia. Bila terjadi gangguan pada cairan ini, fungsi otak manusia pun bisa terganggu. Lantas, apa saja fungsi dari cairan serebrospinal?
Apa itu cairan serebrospinal?
Cairan serebrospinal atau cerebrospinal fluid (CSF) adalah cairan bening yang berada di dalam dan sekitar otak serta sumsum tulang belakang.
Cairan ini diproduksi di bagian otak yang bernama ventrikel, tepatnya oleh jaringan yang disebut pleksus koroid.
Namun, sel-sel ependymal yang melapisi ventrikel juga memproduksi cairan ini dalam jumlah kecil.
Setelah diproduksi, cairan bergerak melalui ventrikel dan kemudian mengalir ke sekitar otak dan sumsum tulang belakang melalui ruang subarachnoid dan kanal tulang belakang.
Ruang subarachnoid adalah ruang yang berada di antara dua lapisan dalam selaput meninges, yaitu arachnoid meter dan pia mater.
Sementara selaput meninges itu sendiri adalah membran tipis yang mengelilingi serta melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Selain mengalir melalui ruang tersebut, CSF juga menyerap ke dalam darah melalui vili arachnoid yang merupakan struktur dalam arachnoid mater.
Melansir laman Neuropathology, volume total CSF pada orang dewasa, yaitu sekitar 140-270 ml. Dari jumlah tersebut, sekitar 25 ml berada di ventrikel otak.
Cairan ini diproduksi secara terus menerus dan berganti setiap sekitar 7,5 jam. Adapun kecepatan produksinya mencapai 0,2-0,7 ml per menit atau sekitar 600-700 ml per hari.
Kandungan cairan itu sendiri terdiri dari berbagai komponen. Selain air, CSF juga mengandung protein, glukosa, dan sel darah putih.
Pada kondisi tertentu, cairan ini juga bisa mengandung bakteri yang mungkin menyebabkan penyakit tertentu.
Apa fungsi cairan serebrospinal?
Cairan serebrospinal memiliki beberapa fungsi. Salah satunya dan yang paling utama adalah melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari benturan atau cedera.
Cairan ini berfungsi sebagai bantalan yang dapat mengurangi kerusakan pada otak dan sumsum tulang belakang akibat pergerakan atau tekanan pada kepala atau tubuh yang muncul secara tiba-tiba.
Selain itu, cairan ini membuat otak mengurangi gaya gravitasi ke bawah yang biasanya terjadi pada organ tubuh lain.
Hal ini dapat mengurangi tekanan atau stres pada otak dan memungkinkan otak untuk mempertahankan bentuknya.
Tak hanya itu, produksi cairan serebrospinal yang berkelanjutan pun memungkinkan cairan ini memiliki sejumlah fungsi lainnya, seperti:
- membersihkan limbah dari sekitar otak,
- mengambil dan mengirimkan nutrisi ke otak dari darah, serta
- mengatur tekanan intrakranial.
Adapun produksi cairan yang berkelanjutan ini bisa meningkat atau berkurang, menyesuaikan dengan kebutuhan sistem saraf pusat pada waktu tertentu.
Misalnya, pada saat terjadi iskemia (kurangnya aliran darah) di otak, volume cairan serebrospinal mungkin menurun sehingga menurunkan tekanan intrakranial.
Penurunan tekanan intrakranial ini dapat mengurangi tekanan pada pembuluh darah sehingga bisa mengurangi iskemia.
Tes cairan serebrospinal bisa mendeteksi penyakit tertentu
Dokter dan tim medis dapat mengambil sampel cairan serebrospinal dari tubuh Anda untuk membantu mendiagnosis berbagai penyakit atau gangguan sistem saraf, termasuk otak dan sumsum tulang belakang.
Tim medis akan mengambil sampel cairan ini melalui prosedur lumbal pungsi.
Pada prosedur ini, tim medis akan memasukkan jarum berongga ke dalam tulang belakang, tepatnya di area punggung bagian bawah.
Umumnya, dokter akan merekomendasikan tes ini bila Anda baru saja mengalami cedera otak atau cedera tulang belakang, atau memiliki kombinasi gejala tertentu yang parah dan berlangsung dalam beberapa hari, seperti:
- demam,
- sakit kepala,
- kejang,
- mual dan muntah,
- leher kaku,
- sensitif terhadap cahaya,
- penglihatan ganda atau buram,
- perubahan perilaku,
- linglung atau kebingungan,
- kesemutan pada lengan, tungkai kaki, atau wajah,
- kejang otot,
- otot yang melemah,
- pusing,
- tremor,
- sulit berjalan atau kurang koordinasi, atau
- masalah dengan kontrol kemih.
Adapun gejala-gejala tersebut seringkali berkaitan dengan beberapa penyakit terkait sistem saraf.
Oleh karena itu, tes pada CSF bisa membantu dokter mendeteksi atau mendiagnosis beberapa penyakit terkait sistem saraf berikut.
- Infeksi atau peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang, seperti meningitis dan ensefalitis. Dokter melihat kondisi sel darah putih dan mencari kemungkinan adanya bakteri atau zat lain dalam CSF.
- Penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf pusat, seperti multiple sclerosis atau sindrom Guillain-Barre. Pada tes ini, dokter akan mencari tingkat protein tertentu dalam CSF atau disebut tes albumin.
- Perdaharan otak, seperti perdarahan subarachnoid.
- Tumor otak atau sumsum tulang belakang.
- Penyakit Alzheimer.
- Kanker yang telah menyebar ke jaringan sistem saraf pusat, seperti leukemia.