backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

13 Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Stroke, Apa Saja?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 16/02/2021

    13 Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Stroke, Apa Saja?

    Stroke merupakan salah satu kondisi serius, karena penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak, bahkan secara permanen. Bukan hanya sekedar itu, stroke juga bisa mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang juga tak kalah serius. Lalu, apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat mengalami stroke? Berikut penjelasannya.

    Kemungkinan komplikasi akibat stroke yang perlu diwaspadai

    Ada beberapa kondisi yang mungkin Anda alami setelah mengalami stroke. Sebagian disebabkan karena kerusakan yang secara langsung menyerang otak. Lalu, sebagian lainnya terjadi karena adanya perubahan kemampuan tubuh, khususnya dalam melakukan pergerakan.

    1. Edema otak

    Salah satu komplikasi stroke yang mungkin terjadi adalah edema atau penumpukan cairan yang menyebabkan otak menjadi bengkak. Edema biasanya terjadi 1-2 hari setelah terjadinya serangan stroke iskemik akut, dan mencapai titik maksimal setelah 3-5 hari.

    Awalnya, kurang lebih pada 24 jam pertama, edema di otak bukan masalah yang terlalu mengkhawatirkan. Hanya 10-20% dari total kasus penyakit stroke yang mengalami edema otak dan membutuhkan penanganan medis.

    2. Pneumonia

    Selain menyebabkan masalah pada otak, stroke juga bisa menimbulkan masalah pada sistem pernapasan, contohnya pneumonia. Kondisi ini merupakan komplikasi yang mungkin terjadi setelah Anda tidak mampu menggerakkan salah satu bagian tubuh akibat stroke.

    Biasanya, stroke menyebabkan Anda mengalami kesulitan menelan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Hal ini berpotensi menyebabkan makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulut “tersesat’. Artinya, alih-alih masuk ke kerongkongan, makanan tersebut justru masuk ke dalam tenggorokan atau saluran pernapasan.

    Kondisi ini lah yang menjadi penyebab pasien stroke mengalami pneumonia yang kemudian membuat Anda menjadi kesulitan saat bernapas.

    3. Infeksi saluran kencing

    Pasien stroke juga sangat rentan mengalami infeksi saluran kencing karena menurunnya kerja sistem imun, disfungsi kandung kemih, dan meningkatnya penggunaan kateter urine. Padahal, demam dan peradangan yang terjadi sebagai respons dari infeksi ini dapat mengurangi efektivitas pemulihan stroke.

    Biasanya, komplikasi dari stroke ini bisa diatasi dengan penggunaan antibiotik profilaktik, kateter yang diresapi antiseptik, dan peningkatan kualitas hidup dengan harapan bisa mengurangi penggunaan kateter yang tidak perlu.

    4. Kejang

    Beberapa pasien mungkin juga mengalami kejang setelah mengalami stroke. Biasanya, komplikasi ini terjadi pada hari-hari pertama masa pemulihan pasca stroke. Namun, tak jarang, kejang baru muncul setelah dua tahun kemudian.

    Bahkan, beberapa pasien mungkin akan mengalami kejang berulang kali dan didiagnosis mengalami epilepsi. Padahal, terdapat perbedaan kejang setelah stroke dan epilepsi, atau akan mengalaminya di kemudian hari.

    Meski begitu, Anda tidak perlu terlalu khawatir, karena seiring dengan berjalannya waktu, risiko mengalami kejang setelah stroke ini juga akan berkurang.

    5. Penggumpalan darah

    Saat Anda terlalu lama berada di rumah sakit, tak jarang jika Anda mengalami penggumpalan darah, khususnya di area tubuh yang jarang digerakkan. Semakin banyak bagian tubuh yang tidak bergerak terlalu lama, risiko penggumpalan darah akan semakin besar.

    Namun, penggumpalan darah juga bisa terjadi meski pasien yang baru mengalami stroke sudah membaik dan masih bisa bergerak bebas. Oleh sebab itu, Anda tetap perlu memerhatikan kemungkinan terjadinya penggumpalan darah.

    Alasannya, gumpalan darah yang ada di dalam tubuh bisa bergerak melalui aliran darah menuju ke pembuluh darah di jantung yang berpotensi mengakibatkan penyumbatan. Kondisi ini tentu dapat menimbulkan gangguan jantung yang menyebabkan kematian.

    6. Gangguan bicara

    Penyakit stroke berpotensi menyebabkan Anda kehilangan kontrol terhadap otot yang ada di mulut maupun tenggorokan. Sehingga, selain gangguan menelan makanan, Anda mungkin juga akan mengalami gangguan berbicara.

    Bahkan, Anda mungkin mengalami gangguan dalam memahami ucapan orang lain, hingga tidak bisa membaca dan menulis dengan baik. Komplikasi stroke yang satu ini disebut dengan afasia.

    7. Depresi

    Mengalami stroke berpotensi membuat pasien mengalami penurunan beberapa fungsi tubuh. Hal ini dapat membuat Anda merasa sedih, tidak berguna, atau tidak berenergi yang berujung pada depresi.

    Bahkan, di waktu yang bersamaan, kamu bisa juga merasa kesal, marah, dan berbagai emosi lain yang tidak mampu dikendalikan. Komplikasi ini sebenarnya tidak berbahaya, tapi Anda tetap tidak boleh mengabaikannya.

    Dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk mengikuti konseling atau mengonsumsi obat antidepresan. Tak hanya itu, Anda bisa juga diminta untuk bergabung dalam support group yang mungkin dapat membantu mengembalikan rasa percaya diri.

    8. Sakit kepala kronis

    Sakit kepala memang salah satu gejala stroke yang mungkin Anda rasakan, tetapi kondisi ini bisa saja menjadi semakin parah jika stroke tidak segera diatasi. Hal ini sangat mungkin terjadi pada pasien yang mengalami stroke hemoragik atau perdarahan.

    Pasalnya, perdarahan di otak dapat menyebabkan rasa nyeri di kepala. Meski begitu, Anda tidak boleh menggunakan obat-obatan stroke tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika ingin mengatasi komplikasi yang satu ini.

    9. Kelumpuhan

    Stroke juga bisa menjadi penyebab kelumpuhan atau paraplegia, baik pada salah satu bagian tubuh, atau seluruhnya. Umumnya, kondisi ini menyerang area wajah, lengan, dan juga kaki. Untuk memastikan bahwa area-area tubuh Anda masih kuat, cobalah untuk melakukan tes sederhana.

    Sebagai contoh, jika ingin menguji kekuatan lengan, angkatlah kedua tangan ke atas. Pastikan bahwa keduanya tetap mengarah ke atas sebelum Anda mengontrol otot-otot di dalamnya untuk menurunkan kedua tangan tersebut.

    Namun, apabila salah satu tangan terjatuh di luar kendali Anda, hal ini bisa saja menjadi salah satu pertanda kelumpuhan akibat stroke. Anda juga bisa mencoba untuk tersenyum dan pastikan bahwa kedua sisi bibir Anda melengkung ke atas.

    10. Nyeri bahu

    Menurut Collins University Health Care, Anda juga bisa merasakan sakit di area bahu sebagai salah satu komplikasi yang terjadi akibat stroke. Pasalnya, saat mengalami kondisi ini, Anda merasa tidak ada yang menyokong area lengan karena kelemahan otot atau kelumpuhan.

    Biasanya, kondisi ini muncul disebabkan tangan yang terdampak menjadi menggantung, menyebabkan area lengan tersebut menarik otot di area bahu.

    11. Gangguan penglihatan

    Stroke juga bisa mengakibatkan munculnya gangguan penglihatan secara mendadak. Anda kemungkinan mengalami pandangan mata buram atau berbayang. Pada kondisi yang lebih serius, Anda mungkin kehilangan pandangan mata sebagian pada salah satu sisi mata, atau seluruhnya.

    12. Ulkus dekubitus

    Kondisi yang juga dikenal sebagai bedsore ini merupakan komplikasi lain yang mungkin dialami oleh penderita stroke. Bedsore adalah masalah kulit atau cedera yang terjadi pada jaringan bawah kulit akibat menurunnya kemampuan bergerak atau berpindah tempat.

    Umumnya, pasien stroke yang mengalami kelumpuhan menghabiskan waktu terlalu lama untuk berbaring karena mengalami kelumpuhan hingga menyebabkannya mengalami kondisi ini.

    13. Tegang pada otot

    Komplikasi lain yang mungkin Anda alami pasca stroke adalah ketegangan atau nyeri otot (myalgia). Biasanya, Anda akan merasakan sakit atau ketegangan pada otot di area tangan atau kaki tepat setelah stroke atau berbulan-bulan kemudian. Namun, kondisi ini bisa diatasi dengan latihan fisik secara rutin yang bisa Anda lakukan dengan bantuan ahli terapi fisik.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 16/02/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan