Kehamilan adalah kabar membahagiakan bagi semua pasangan. Namun, kehamilan juga tidak mudah untuk dijalani. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan terdapat komplikasi yang bisa ibu hamil alami. Berikut ini penjelasan seputar komplikasi kehamilan di setiap trimester.
Daftar komplikasi kehamilan di setiap trimester
Menjalani kehamilan yang sehat adalah idaman bagi pasangan. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan dalam perjalanan kehamilan dapat muncul komplikasi yang mengganggu.
Ada komplikasi yang hanya terjadi pada trimester 1, tetapi ada juga yang terjadi di pertengahan dan bahkan trimester akhir kehamilan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
1. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum (HG) ditandai dengan mual dan muntah yang parah di trimester 1. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan dehidrasi pada ibu hamil.
Kondisi ini berbeda dengan morning sickness yang kerap timbul sebagai tanda hamil muda. HG cenderung parah dan bisa berlangsung lama.
Mual dan muntah karena hiperemesis gravidarum bisa berlanjut sampai minggu ke-20. Bahkan, beberapa ibu bisa terus mengalaminya sepanjang kehamilan.
2. Infeksi saluran kemih
Ibu hamil rentan terkena infeksi saluran kemih (ISK) karena perubahan hormon kehamilan. Tak hanya itu, kebiasaan menahan buang air kecil juga bisa meningkatkan risiko.
ISK disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang saluran kemih. Jika tidak segera ditangani, ISK pada ibu hamil bisa membahayakan karena berisiko membuat bayi lahir prematur.
Oleh karena itu, infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit pada ibu hamil yang bisa berkembang menjadi komplikasi kehamilan.
Gejala ISK pada ibu hamil antara lain sakit saat buang air kecil, sakit punggung, demam, hingga urine berbau dan berwarna keruh.
3. Kehamilan ektopik
Komplikasi kehamilan lainnya adalah kehamilan ektopik. Hal ini terjadi saat sel telur yang sudah dibuahi tumbuh di luar rahim. Itu sebabnya, hamil ektopik juga disebut hamil di luar kandungan.
Banyak ibu yang hamil ektopik tidak menyadari gejala apa pun. Pasalnya, kondisi ini cenderung menunjukkan ciri-ciri kehamilan yang umum, seperti telat haid, mual, dan nyeri payudara.
Namun, janin yang terus tumbuh di luar kandungan lama-kelamaan dapat menyebabkan gejala, seperti perdarahan vagina serta nyeri pada panggul dan perut bawah.
4. Keguguran
Anda mungkin dapat menemukan flek atau bercak darah di awal kehamilan. Kondisi ini menjadi pertanda dari proses implantasi embrio ke dinding rahim.
Namun, hati-hati ketika volume darahnya banyak, berwarna merah cerah layaknya darah segar, dan berlangsung lama. Ini mungkin merupakan pertanda keguguran.
Komplikasi kehamilan ini terjadi sebelum usia kehamilan minggu ke-20. Namun, sebagian besar kasus keguguran terjadi sebelum minggu ke-13 kehamilan.
Selain perdarahan, keguguran juga akan disertai dengan keluarnya gumpalan darah dari vagina serta kram pada panggul dan punggung bawah
5. Anemia
Anemia adalah komplikasi pada ibu hamil yang cenderung terjadi di trimester kedua. Kondisi ini ditandai dengan jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari normal.
Kebutuhan pasokan darah akan bertambah hingga dua kali lipat selama kehamilan. Hal ini akan meningkatkan risiko anemia karena tubuh ibu perlu menyuplai banyak darah ke janin.
Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan gejala seperti badan terasa lemas atau cepat lelah, pusing, napas pendek, jantung berdebar, sampai tangan dan kaki terasa dingin.
6. Inkompetensi serviks

Inkompetensi serviks ialah kondisi penyulit kehamilan yang bisa terjadi di minggu ke-20. Kondisi ini terjadi saat leher rahim atau serviks tidak mampu menahan tekanan rahim yang membesar.
Lama-kelamaan, tekanan ini akan melemahkan serviks sehingga membuatnya terbuka sebelum bulan kesembilan. Lemahnya serviks bisa menyebabkan kelahiran prematur.
Tanda dan gejala inkompetensi serviks yang paling umum dan perlu diwaspadai adalah panggul terasa pegal, keluar cairan keputihan tidak wajar, dan kram perut.
7. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah kondisi saat kantong ketuban pecah di bawah usia kehamilan 37 minggu. Komplikasi kehamilan ini bisa berdampak buruk pada keselamatan bayi.
Salah satu akibat dari ketuban pecah dini ialah kelahiran prematur. Bayi harus segera dilahirkan karena ia tidak lagi memiliki perlindungan terhadap infeksi.
Gejala KPD mirip dengan ketuban pecah sebagai tanda melahirkan. Anda bisa menemui keluar cairan dari vagina, baik itu menetes, mengalir, atau menyembur kuat seperti saat berkemih.
8. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan. Kondisi ini biasanya terjadi saat memasuki trimester 2, yakni di antara usia kehamilan 24–28 minggu.
Anda mungkin saja mengalami diabetes saat hamil meskipun tidak memiliki riwayat prediabetes atau diabetes sebelumnya.
Saat tingkat gula darah terlalu tinggi, ibu hamil akan sering merasa haus, sering buang air kecil, mudah kehausan, dan ingin makan terus.
Jika kondisi ini tidak ditangani, ibu hamil bisa mengalami komplikasi diabetes gestasional, misal kelahiran prematur dan ukuran badan bayi besar yang dapat menyulitkan persalinan.
9. Preeklampsia
Preeklampsia adalah kondisi tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine. Komplikasi kehamilan ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi saat hamil membuat aliran darah sulit menuju ke plasenta Ini menyebabkan janin kekurangan pasokan nutrisi dan oksigen dari tubuh ibu.
Kondisi ini tentunya akan mengganggu kehamilan dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur.
Jika tidak ditangani, preeklampsia akan menyebabkan komplikasi kehamilan seperti eklampsia (kejang), gagal ginjal, dan bahkan kematian ibu dan janin.
10. Plasenta previa
Dilansir dari Mayo Clinic, plasenta previa adalah komplikasi kehamilan biasanya didiagnosis di akhir kehamilan. Kondisi ini terjadi saat plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks.
Plasenta previa bisa menyebabkan perdarahan hebat selama hamil dan saat melahirkan. Anda akan membutuhkan operasi caesar untuk melahirkan bayi bila mengalami plasenta previa.
Untuk ibu hamil yang didiagnosis plasenta previa di awal kehamilan, kemungkinan sembuhnya cukup tinggi bila diobati dengan cepat.
Gejala yang sering dialami adalah perdarahan pada vagina tiba-tiba tanpa rasa nyeri atau sakit.
Ibu yang mengalami plasenta previa juga bisa mengalami kontraksi disertai perdarahan vagina. Perdarahan bisa berhenti, lalu kambuh kembali dalam beberapa hari atau minggu.
11. Kelahiran prematur

Kelahiran prematur merupakan kondisi saat bayi dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebagian besar kasus kelahiran prematur terjadi di usia kehamilan 34–36 minggu.
Tidak ada gejala khusus dari kelahiran prematur. Namun, munculnya kontraksi, tekanan di area bawah panggul, hingga keluarnya cairan dari vagina terjadi jauh dari hari perkiraan lahir.
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko mengalami masalah kesehatan. Ibu yang melahirkan dini juga lebih berisiko meninggal dunia, bila juga memiliki komplikasi kehamilan lain.
12. Stillbirth
Stillbirth atau intrauterine fetal death (IUFD) adalah kondisi bayi meninggal di dalam kandungan atau setelah lahir. Kondisi ini umumnya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.
WHO menyebutkan bahwa setidaknya dua juta kasus stillbirth terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia. Lebih dari 40% dari semua kelahiran mati terjadi selama persalinan.
Tidak ada tanda darurat yang terjadi sebelum kematian bayi. Namun, gejala yang mungkin akan dialami ibu hamil seperti gerakan janin berkurang dan perdarahan pada trimester kedua.
Mengetahui komplikasi kehamilan yang bisa terjadi di setiap trimester kehamilan sangat penting agar Anda dan pasangan menjadi lebih siap untuk menghadapinya.
Konsultasi rutin dengan dokter kandungan dan gaya hidup sehat merupakan kunci utama dalam menjaga kehamilan tetap berjalan lancar hingga waktu persalinan tiba.
Kesimpulan
- Komplikasi kehamilan bisa terjadi di setiap trimester, misalnya hiperemesis gravidarum, keguguran, kelahiran prematur, hingga stillbirth.
- Beberapa kondisi, seperti infeksi, anemia, hipertensi, dan diabetes, juga membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin bila tidak ditangani dengan tepat.
- Pemeriksaan kehamilan rutin dan menerapkan gaya hidup sehat penting dilakukan agar kehamilan berjalan aman hingga persalinan.