backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Penyebab Anemia dan Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Anda

Ditinjau secara medis oleh dr. Charley Simanjuntak, Sp.B., Sub BVE, B.Med.Sc. · Bedah Vaskular · Tzu Chi Hospital


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 29/11/2021

    Penyebab Anemia dan Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Anda

    Anemia adalah salah satu kelainan darah yang membuat Anda mudah lelah, pusing, dan pucat. Sayangnya, gejala anemia sering disalahpahami sebagai tanda penyakit lain sehingga tidak sedikit orang menyadari mereka memilikinya. Padahal, diagnosis dan pengobatan anemia yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi akibat anemia yang lebih serius. Lantas, apa yang menjadi penyebab anemia, dan apa saja faktor risikonya?

    Apa penyebab anemia?

    jenis anemia

    Mengetahui penyebab dan faktor risikonya dapat membantu Anda mencegah penyakit anemia. Ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi cukup sel darah merah sehat sesuai batas jumlah semestinya adalah penyebab utama anemia. 

    Proses produksi sel darah merah itu sendiri melibatkan banyak kerja organ tubuh sekaligus. Namun, sebagian besar pekerjaan ini berlangsung di sumsum tulang. Proses ini juga diatur oleh hormon erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Hormon tersebut akan mengirimkan sinyal kepada sumsum tulang Anda untuk membuat lebih banyak sel darah merah.

    Sel-sel darah merah yang masih muda umumnya dapat bertahan hidup sekitar 90-120 hari. Setelahnya metabolisme tubuh akan secara alami menghancurkan sel-sel darah yang tua dan sudah rusak untuk digantikan dengan yang baru. Namun, memiliki anemia membuat tubuh Anda tidak dapat menjalani proses ini dengan baik.

    Terdapat beberapa hal yang menyebabkan anemia, yaitu:

    • Tubuh mampu membuat sel darah merah, tapi rusak (kepingan darah berbentuk abnormal) dan tidak berfungsi benar.
    • Tubuh menghancurkan sel darah merah terlalu cepat. 
    • Anda mengalami perdarahan yang berat sampai kehilangan banyak sel darah merah.

    Pada kebanyakan kasus, penyebab kekurangan sel darah merah yang menandakan anemia adalah kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein khusus yang bertugas mengikat oksigen dan nutrisi penting pada sel-sel darah merah untuk kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Protein ini juga berfungsi memberikan warna merah pada darah.

    Faktor apa saja yang membuat Anda berisiko mengalami anemia?

    Anemia adalah masalah kesehatan yang sangat umum. Kondisi yang juga dikenal dengan kurang darah ini terjadi setidaknya pada lebih dari 1,6 miliar orang di dunia. Wanita, baik yang remaja maupun dewasa, serta orang-orang dengan penyakit kronis tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kondisi ini.

    Penyebab utama anemia adalah kurangnya sel darah merah. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kondisi anemia sebagaimana dikutip dari Mayo Clinic, yaitu:

    1. Kurang asupan gizi

    folat dan asam folat apa bedanya

    Faktor risiko penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan gizi. Beberapa vitamin atau mineral tertentu punya peran penting untuk membantu tubuh membuat sel darah merah, seperti zat besi, asam folat (vitamin B9), dan vitamin B12.

    Mencukupi asupan makanan kaya zat besi penting agar tubuh mampu memproduksi hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, Anda dapat mengalami gejala anemia defisiensi besi. Sementara itu, kurang asupan vitamin B dapat memicu gejala anemia defisiensi folat dan B12.

    Baik asam folat (B9) dan vitamin B12 sama penting untuk membantu proses pembentukan keping sel darah merah yang mengandung oksigen. Keduanya juga penting untuk memastikan kelancaran transportasi sel darah merah untuk mengalirkan oksigen dalam jumlah cukup ke seluruh tubuh.

    Apabila jumlah sel darah merah kurang, jaringan dan organ tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Akibatnya, oksigen yang dibawa sel darah ke seluruh tubuh menjadi terlalu sedikit. Anda pun merasa pusing, lemas, dan pucat.

    2. Gangguan pencernaan

    puasa saat radang usus

    Memiliki gangguan atau penyakit yang memengaruhi proses cerna dan penyerapan nutrisi dapat menjadi salah satu penyebab anemia, seperti penyakit Celiac. Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada usus kecil yang berfungsi menyerap gizi dari makanan untuk disalurkan ke seluruh tubuh.

    Kerusakan usus kecil ini tentu akan memengaruhi penyerapan zat besi, folat, dan vitamin B12 yang membantu proses pembentukan sel darah merah. 

    3. Jenis kelamin

    anemia pada remaja

    Wanita memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah ketimbang pria. Pada pria sehat, kadar hemoglobin normal adalah sekitar 14-18 g/dL dan hematokritnya 38,5-50 persen.

    Sementara itu, pada perempuan sehat, kadar normal hemoglobinnya bisa sekitar 12-16 g/dL dan hematokrit sebesar 34,9-44,5 persen. Perbedaan inilah yang membuat wanita lebih rentan mengalami anemia daripada laki-laki. 

    Selain itu, kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Perempuan membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) mengatakan bahwa kebutuhan zat besi remaja perempuan usia 13-29 tahun adalah 26 mg, angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan laki-laki seusianya.

    Remaja perempuan yang sedang dalam masa puber pun butuh lebih banyak asupan zat besi daripada anak laki-laki puber. Jika tidak tercukupi, kondisi-kondisi ini membuat wanita berisiko mengalami kekurangan zat besi, yang dapat berkembang menjadi anemia.

    4. Menstruasi berat

    penyebab menstruasi berlebihan

    Menstruasi berat atau menorrhagia dapat menjadi penyebab terjadinya anemia pada remaja wanita dan dewasa.

    Pada perempuan, asupan zat besi tidak hanya digunakan untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga digunakan untuk mengganti zat besinya yang hilang karena menstruasi setiap bulannya.

    Ketika haid berlangsung lebih lama dan darah yang keluar juga lebih banyak dari biasanya, Anda berisiko mengalami kekurangan darah. Ini karena volume darah yang terbuang cenderung lebih banyak daripada yang dihasilkan.

    Kondisi ini menimbulkan tanda dan gejala anemia, termasuk kulit pucat dan gampang lelah.

    5. Kehamilan

    anemia pada ibu hamil

    Hamil juga bisa menjadi salah satu faktor risiko Anda didiagnosis anemia. Pada saat hamil, otomatis tubuh ibu akan menghasilkan sel darah lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan bayi.

    Jika ibu hamil tidak bisa mencukupi asupan makanan kaya zat besi, asam folat, atau nutrisi lainnya, sel darah merah yang dihasilkan tubuh akan lebih sedikit dari seharusnya. Ini adalah penyebab utama munculnya anemia pada ibu hamil. 

    Proses persalinan dan masa nifas juga membuat wanita kehilangan banyak darah, sehingga membuatnya lebih rentan kena anemia dibandingkan pria. Semakin sering hamil dan bersalin, semakin besar kemungkinan wanita untuk mengalami anemia kronis.

    6. Penyakit kronis

    Penyakit kronis dapat menjadi salah satu faktor risiko penyebab anemia. Penyakit kronis dapat menyebabkan perubahan pada sistem tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang sehat.

    Kondisi ini menyebabkan produksi sel darah merah terhambat, sel darah merah yang lebih cepat mati, atau justru gagal sama sekali.

    Beberapa penyakit kronis yang berpotensi menyebabkan anemia, antara lain:

    • Penyakit ginjal
    • Infeksi dan inflamasi kronis
    • Kanker

    7. Trauma (luka) atau habis operasi

    Memeriksa tanda-tanda luka perlu dijahit

    Kecelakaan, trauma, atau operasi dapat menjadi penyebab anemia pada beberapa orang. Trauma atau operasi dapat menyebabkan tubuh kehilangan darah banyak.

    Alhasil, simpanan darah dan zat besi dalam tubuh akan terbuang. Anda pun dapat mengalami anemia defisiensi besi (karena kekurangan zat besi).

    8. Riwayat keluarga

    perbedaan pendapat dalam keluarga

    Punya anggota keluarga yang mengalami anemia akan meningkatkan risiko Anda mengalaminya juga. Salah satu jenis anemia yang rentan diturunkan dalam silsilah keluarga adalah anemia sel sabit.

    Penyebab anemia sel sabit yaitu struktur hemoglobin dalam darah yang berubah. Ini membuat sel darah merah menjadi lebih cepat mati. Ini hanya bisa terjadi karena diturunkan secara genetik. 

    Jika Anda khawatir akan kondisi kesehatan Anda, silakan periksa gejala yang Anda rasakan di sini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Charley Simanjuntak, Sp.B., Sub BVE, B.Med.Sc.

    Bedah Vaskular · Tzu Chi Hospital


    Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 29/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan