Pernahkah Anda terbangun dari tidur akibat merasa sesak napas tiba-tiba di malam hari? Gejala ini bisa menandakan penyakit yang disebut paroxysmal nocturnal dyspnea. Penyakit ini bisa dipicu oleh masalah kesehatan lain, mulai dari gangguan jantung hingga gangguan pernapasan lainnya, seperti asma. Ketahui selengkapnya tentang penyakit ini di ulasan berikut.
Apa itu paroxysmal nocturnal dyspnea?
Gejala paroxysmal nocturnal dyspnea
Gejala paroxysmal nocturnal dyspnea biasanya terjadi saat seseorang sedang tidur yang meliputi berikut ini.
- Sesak napas mendadak saat tidur, biasanya 1 atau 2 jam setelah tertidur.
- Rasa tercekik atau terengah-engah.
- Perlu duduk atau berdiri agar bisa bernapas lebih mudah.
- Batuk, terutama batuk basah yang mungkin menunjukkan adanya cairan di paru-paru.
- Rasa panik atau cemas karena sesak napas yang tiba-tiba dan berat.
- Sulit tidur kembali karena rasa takut akan terjadinya sesak napas lagi.
Jika gejala ini sering terjadi, penting untuk segera mendapatkan penanganan medis.
Penyebab paroxysmal nocturnal dyspnea
Paroxysmal nocturnal dyspnea sering disebabkan oleh kondisi medis yang memengaruhi fungsi jantung atau paru-paru. Beberapa penyebab umum PND meliputi berikut ini.
1. Gagal jantung kongestif
Penyebab paling umum PND adalah gagal jantung kongestif. Dalam kondisi ini, jantung tidak mampu memompa darah secara efektif, sehingga terjadi penumpukan cairan (edema) di jaringan tubuh, termasuk paru-paru.
Saat seseorang berbaring, cairan ini dapat berpindah dari kaki ke paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas.
2. Penumpukan cairan di paru-paru (edema paru)
Seperti yang telah disebutkan di atas, cairan di paru-paru pada edema paru bisa menghambat pertukaran oksigen dan menyebabkan sesak napas.
Hal ini biasanya terjadi karena masalah jantung, tetapi bisa juga disebabkan oleh kondisi paru-paru tertentu.
3. Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)
PPOK, yang meliputi bronkitis kronis dan emfisema, dapat menyebabkan sesak napas yang lebih parah saat berbaring, terutama pada malam hari.
Kondisi ini juga memperburuk kemampuan paru-paru untuk mempertahankan pertukaran gas normal, sehingga menyebabkan penyakit PND.
4. Asma
Orang dengan asma sering kali mengalami kesulitan bernapas saat malam hari karena peradangan dan penyempitan saluran udara, yang dapat memicu serangan PND.
5. Obesitas
Pada orang dengan obesitas, berbaring dapat menyebabkan tekanan tambahan pada paru-paru dan diafragma, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas dan memicu PND.
6. Sleep apnea
Orang dengan sleep apnea mengalami gangguan pernapasan berulang saat tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang berat saat malam hari, termasuk serangan PND.
7. Kondisi jantung lainnya
Selain gagal jantung kongestif, kondisi lain seperti kardiomiopati (penyakit otot jantung), aritmia (gangguan irama jantung), atau penyakit katup jantung juga dapat menyebabkan PND.
Penting untuk mengetahui penyebab pasti dari PND, karena kondisi ini sering menjadi tanda masalah jantung atau paru-paru yang serius dan memerlukan perawatan medis segera.
Diagnosis paroxysmal nocturnal dyspnea
Diagnosis paroxysmal nocturnal dyspnea biasanya berfokus pada identifikasi masalah jantung atau paru-paru yang mendasarinya, karena PND sering kali merupakan tanda adanya masalah serius pada salah satu dari sistem ini.
Dokter akan menanyakan tentang gejala, kapan gejala muncul, apakah terkait dengan aktivitas fisik, dan faktor risiko yang dimiliki, seperti riwayat penyakit jantung, paru-paru, obesitas, atau sleep apnea.
Pemeriksaan fisik kemudian akan dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda gagal jantung, seperti bengkak di kaki (edema), bunyi abnormal pada paru-paru (seperti bunyi napas basah atau mengi), atau suara jantung yang tidak normal.
Untuk memastikan diagnosis, pemeriksaan lanjutan juga akan dilakukan, yang meliputi berikut ini.
- Elektrokardiogram (EKG): Untuk memeriksa irama dan aktivitas listrik jantung serta mendeteksi adanya gangguan irama jantung atau tanda-tanda kerusakan jantung.
- Ekokardiogram: Menggunakan ultrasonografi untuk menilai fungsi jantung, kemampuan jantung memompa darah, dan melihat apakah ada kelainan pada katup atau struktur jantung lainnya.
- Tes stres jantung: Untuk melihat bagaimana jantung bekerja saat tubuh mengalami aktivitas fisik.
- Rontgen dada: Untuk memeriksa adanya penumpukan cairan di paru-paru (edema paru), ukuran jantung, atau tanda-tanda penyakit paru-paru, seperti pneumonia atau emfisema.
- Tes darah: Untuk melihat fungsi jantung dan ginjal serta untuk memeriksa kadar natriuretic peptide (BNP atau NT-proBNP) yang meningkat pada pasien dengan gagal jantung.
- Gas darah arteri: Untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah untuk menilai kemampuan paru-paru dalam menukar gas.
- Spirometri atau tes fungsi paru-paru: Untuk mengukur fungsi paru-paru dan membantu mendiagnosis PPOK, asma, atau gangguan paru lainnya yang mungkin menyebabkan PND.
- Polisomnografi (sleep study): Untuk mendeteksi sleep apnea atau gangguan tidur lainnya dengan mengukur pola pernapasan, kadar oksigen, dan aktivitas jantung saat tidur.
- CT scan atau MRI jantung: Untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru secara lebih detail.
Setelah penyebab utamanya diidentifikasi, dokter dapat membuat rencana perawatan yang tepat.