backup og meta

Granuloma Paru

Granuloma Paru

Definisi granuloma paru

Granuloma paru adalah area peradangan berukuran kecil yang terdapat di paru-paru. Tak hanya di paru-paru, granuloma juga dapat terbentuk di organ tubuh lainnya.

Pembentukan granuloma terjadi saat sistem imun tubuh berupaya “mengusir” mikroorganisme asing, seperti bakteri atau jamur.

Tujuannya adalah untuk mencegah bakteri atau fungi menyebar ke organ tubuh lainnya.

Penyebab munculnya granuloma paru umumnya adalah kondisi peradangan seperti sarkoidosis dan infeksi seperti tuberkulosis (TBC) maupun histoplasmosis.

Pada awal kemunculannya, granuloma memiliki tekstur yang lunak. Seiring berjalannya waktu, granuloma akan mengeras karena penumpukan kalsium di dalamnya.

Ketika sudah mengeras, granuloma akan lebih mudah dideteksi melalui tes pengambilan gambar, seperti rontgen atau CT scan.

Kasus granuloma paru yang bersifat ringan biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga bisa dibiarkan tanpa perlu pengobatan medis.

Hal yang menjadi fokus utama adalah mengobati penyakit penyebab kemunculan granuloma tersebut.

Ambil contohnya, jika granuloma timbul akibat sarkoidosis paru, Anda perlu mendapatkan pengobatan untuk mengatasi sarkoidosis tersebut.

Tanda dan gejala granuloma paru

Sebagian besar kasus granuloma paru jarang menunjukkan tanda-tanda dan gejala fisik.

Bahkan, seseorang biasanya baru menyadari dirinya memiliki granuloma di paru-paru ketika dokter tak sengaja menemukannya melalui rontgen atau CT scan dada untuk pemeriksaan kondisi medis lain.

Namun, hal ini biasanya bergantung pada penyakit atau kondisi medis yang menjadi penyebab timbulnya granuloma.

Sebagai contoh, jika granuloma terbentuk sebagai akibat dari kondisi pernapasan, seperti sarkoidosis atau histoplasmosis, kemungkinan gejala yang muncul akan berkaitan dengan penyakit-penyakit tersebut.

Beberapa gejala granuloma paru karena sarkoidosis maupun histoplasmosis adalah:

  • batuk yang tak kunjung sembuh,
  • sesak napas,
  • nyeri dada,
  • demam atau menggigil, dan
  • mengi (napas berbunyi).

Selain itu, apabila granuloma terletak tepat di dekat saluran pernapasan atau berjumlah cukup banyak, besar kemungkinan Anda akan mengalami gejala-gejala tertentu.

Bila Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter.

Kemungkinan ada gejala-gejala lain yang tidak disebutkan di atas.

Jika Anda merasakan gejala tak wajar dalam bentuk apa pun, jangan tunda untuk segera periksa ke dokter.

Penyebab granuloma paru

Mengetahui adanya granuloma di paru-paru Anda mungkin terdengar menakutkan. Tak sedikit pula yang menyangka kemunculan granuloma paru adalah pertanda kanker.

Anda tidak perlu khawatir karena sebagian besar kasus granuloma bersifat jinak sehingga tidak memiliki potensi berkembang menjadi kanker.

Penyebab munculnya granuloma adalah respons tubuh terhadap sel-sel asing yang masuk, termasuk di organ paru.

Saat bakteri atau jamur masuk ke dalam paru-paru, sistem imun tubuh akan berusaha menghalaunya dengan cara membentuk kumpulan sel peradangan, yaitu granuloma.

Lalu, apa saja penyakit serta kondisi kesehatan yang menyebabkan tubuh bereaksi dan membentuk granuloma paru? Berikut adalah beberapa contohnya:

1. Sarkoidosis

Sarkoidosis adalah penyakit yang ditandai dengan kemunculan sel-sel peradangan di bagian tubuh mana pun.

Kebanyakan kasus sarkoidosis terjadi di paru-paru dan kelenjar getah bening.

Penyebab dari sarkoidosis belum diketahui secara pasti, tetapi para ahli menduga hal ini berkaitan dengan respons sistem imun tubuh.

Sarkoidosis dapat menghilang dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang parah, penyakit ini bisa berlangsung hingga beberapa tahun dan merusak organ tubuh.

2. Histoplasmosis

Penyakit lain yang berkaitan dengan granuloma paru adalah histoplasmosis.

Menurut Mayo Clinic, histoplasmosis adalah infeksi yang terjadi akibat menghirup spora jamur Histoplasma capsulatum.

Jamur tersebut terdapat di kotoran burung dan kelelawar. Ketika kotoran jatuh di tanah basah atau lembap, kemungkinan jamur untuk menyebar bisa lebih besar.

3. Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis atau TBC adalah infeksi serius yang menyerang paru-paru. Bakteri penyebab tuberkulosis dapat menular dengan mudah melalui udara.

Menurut sebuah studi dari Annals of Thoracic Medicine, tuberkulosis adalah salah satu penyebab granuloma paru yang paling umum.

4. Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis adalah peradangan kronis yang umumnya menyerang sendi.

Namun, pada kasus yang langka, penyakit ini juga dapat menimbulkan granuloma pada paru-paru.

Kondisi ini disebut dengan nodul rheumatoid atau nodul paru.

5. Granulomatosis with polyangiitis (GPA)

Granulomatosis with polyangiitis atau GPA adalah penyakit langka yang menyebabkan peradangan pembuluh darah di hidung, sinus, tenggorokan, paru, serta ginjal.

Jaringan organ yang terkena GPA dapat membentuk granuloma. Pada kasus yang parah, granuloma akibat GPA dapat memengaruhi kinerja organ tubuh yang terdampak.

Faktor risiko granuloma paru

Kemunculan granuloma bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali pada paru.

Namun, ada beberapa orang yang lebih berisiko mengalami granuloma paru karena memiliki faktor tertentu.

Berikut adalah beragam faktor risiko granuloma paru:

  • berusia 20-60 tahun,
  • berjenis kelamin wanita,
  • keturunan Afrika atau Eropa Utara,
  • memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit atau kondisi kesehatan yang serupa,
  • menderita penyakit infeksi pernapasan,
  • mengidap penyakit kronis yang memengaruhi sistem imun tubuh, seperti HIV, diabetes, atau jenis kanker tertentu, dan
  • aktif merokok.

Diagnosis granuloma paru

Karena sebagian besar granuloma paru tidak bergejala, kondisi biasanya ditemukan secara tak sengaja.

Misalnya, Anda sedang menjalani rontgen dada atau CT scan untuk memeriksa penyakit pernapasan lain, kemudian dokter menemukan titik-titik kecil di paru-paru Anda.

Setelah diidentifikasi, ternyata titik-titik tersebut merupakan granuloma.

Jika granuloma berukuran sedikit lebih besar, dokter akan memastikannya dengan positron emission tomography (PET) scan.

Scan ini dapat mendeteksi apakah granuloma tersebut berpotensi kanker atau tidak.

Dokter juga mungkin akan mengambil sampel granuloma apabila ia mencurigai adanya kanker.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara biopsi. Hasil biopsi tersebut yang kemudian akan diperiksa lebih lanjut di laboratirium dengan menggunakan mikroskop.

Pengobatan granuloma paru

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Jika Anda tidak mengalami gejala apa pun, pengobatan granuloma paru biasanya tidak dibutuhkan.

Namun, karena kemunculan granuloma ini adalah akibat dari penyakit lain, maka pengobatan umumnya ditujukan khusus untuk mengatasi penyakit tersebut.

Jika granuloma timbul akibat infeksi bakteri, dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik.

Apabila granuloma paru adalah respons dari peradangan seperti sarkoidosis, dokter akan merekomendasikan pengobatan dengan kortikosteroid atau obat anti-inflamasi lainnya.

Setelah penyakit penyebab granuloma berhasil ditangani, kemungkinan granuloma lain untuk muncul di paru-paru sangatlah kecil.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Pulmonary Nodules – Cleveland Clinic. (2016). Retrieved March 9, 2021, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14799-pulmonary-nodules 

Granuloma: What does it mean? – Mayo Clinic. (2020). Retrieved March 9, 2021, from https://www.mayoclinic.org/granuloma/expert-answers/faq-20057838 

Sarcoidosis – Mayo Clinic. (2019). Retrieved March 9, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sarcoidosis/symptoms-causes/syc-20350358 

Rheumatoid arthritis: Can it affect the lungs? – Mayo Clinic. (2020). Retrieved March 9, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/rheumatoid-arthritis/expert-answers/rheumatoid-arthritis/faq-20058245 

Tuberculosis – Mayo Clinic. (2019). Retrieved March 9, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/symptoms-causes/syc-20351250 

Histoplasmosis – Mayo Clinic. (2020). Retrieved March 9, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/histoplasmosis/symptoms-causes/syc-20373495 

Granulomatosis with polyangiitis – Mayo Clinic. (2020). Retrieved March 9, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/granulomatosis-with-polyangiitis/symptoms-causes/syc-20351088 

Arkema, E., & Cozier, Y. (2018). Epidemiology of sarcoidosis: current findings and future directions. Therapeutic Advances In Chronic Disease, 9(11), 227-240. https://dx.doi.org/10.1177%2F2040622318790197

Al-Jahdali, H., Al-Harbi, A., Al-Otaibi, S., Abdulrahman, A., Al-Jahdali, F., & Al-Harbi, F. et al. (2017). Lung granuloma: A clinicopathologic study of 158 cases. Annals Of Thoracic Medicine, 12(4), 278. https://dx.doi.org/10.4103%2Fatm.ATM_1_17

Judson, M. (2020). Environmental Risk Factors for Sarcoidosis. Frontiers In Immunology, 11. https://dx.doi.org/10.3389%2Ffimmu.2020.01340

Sagdeo, P., Gattimallanahali, Y., Kakade, G., & Canchi, B. (2015). Rheumatoid lung nodule. BMJ Case Reports, bcr2015213083. http://dx.doi.org/10.1136/bcr-2015-213083

Arkema, E., Grunewald, J., Kullberg, S., Eklund, A., & Askling, J. (2016). Sarcoidosis incidence and prevalence: a nationwide register-based assessment in Sweden. European Respiratory Journal, 48(6), 1690-1699. https://doi.org/10.1183/13993003.00477-2016 

Ohshimo, S., Guzman, J., Costabel, U., & Bonella, F. (2017). Differential diagnosis of granulomatous lung disease: clues and pitfalls. European Respiratory Review, 26(145), 170012. https://doi.org/10.1183/16000617.0012-2017

Nazarullah, A., Nilson, R., Maselli, D. J., & Jagirdar, J. (2015). Incidence and aetiologies of pulmonary granulomatous inflammation: a decade of experience. Respirology (Carlton, Vic.), 20(1), 115–121. https://doi.org/10.1111/resp.12410

Versi Terbaru

19/07/2021

Ditulis oleh Shylma Na'imah

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Stres Bisa Membuat Anda Sesak Napas, Ini Alasannya

Saat Batuk, Lebih Baik Menelan atau Mengeluarkan Dahak?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 19/07/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan