Granuloma paru mungkin terdengar asing bagi banyak orang, tetapi sebenarnya ini merupakan kondisi yang cukup umum terjadi. Walau mungkin terdengar menakutkan, granuloma paru sebagian besar bersifat jinak. Sebenarnya, apa itu granuloma paru dan apa penyebabnya? Ketahui jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu granuloma paru?
Granuloma paru adalah area peradangan berukuran kecil yang terdapat di paru-paru. Tak hanya di paru-paru, granuloma juga dapat terbentuk di organ tubuh lainnya.
Pembentukan granuloma terjadi saat sistem imun tubuh berupaya “mengusir” mikroorganisme asing, seperti bakteri atau jamur.
Tujuannya adalah untuk mencegah bakteri atau fungi menyebar ke organ tubuh lainnya.
Penyebab granuloma paru umumnya adalah kondisi peradangan seperti sarkoidosis dan infeksi seperti tuberkulosis (TBC) maupun histoplasmosis.
Pada awal kemunculannya, granuloma memiliki tekstur yang lunak. Seiring berjalannya waktu, granuloma akan mengeras karena penumpukan kalsium di dalamnya.
Ketika sudah mengeras, granuloma akan lebih mudah dideteksi melalui tes pengambilan gambar, seperti rontgen atau CT scan.
Kasus granuloma paru yang bersifat ringan biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga bisa dibiarkan tanpa perlu pengobatan medis.
Hal yang menjadi fokus utama adalah mengobati penyakit penyebab kemunculan granuloma tersebut.
Ambil contohnya, jika granuloma timbul akibat sarkoidosis paru, Anda perlu mendapatkan pengobatan untuk mengatasi sarkoidosis tersebut.
Tanda dan gejala granuloma paru
Sebagian besar kasus granuloma paru jarang menunjukkan tanda-tanda dan gejala fisik.
Bahkan, seseorang biasanya baru menyadari dirinya memiliki granuloma di paru-paru ketika dokter tak sengaja menemukannya melalui rontgen atau CT scan dada untuk pemeriksaan kondisi medis lain.
Namun, hal ini biasanya bergantung pada penyakit atau kondisi medis yang menjadi penyebab timbulnya granuloma.
Sebagai contoh, jika granuloma terbentuk sebagai akibat dari kondisi pernapasan, seperti sarkoidosis atau histoplasmosis, kemungkinan gejala yang muncul akan berkaitan dengan penyakit-penyakit tersebut.
Beberapa gejala granuloma paru karena sarkoidosis maupun histoplasmosis adalah:
- batuk yang tak kunjung sembuh,
- nyeri dada,
- sesak napas,
- demam atau menggigil, dan
- mengi (napas berbunyi).
Selain itu, apabila granuloma terletak tepat di dekat saluran pernapasan atau berjumlah cukup banyak, besar kemungkinan Anda akan mengalami gejala-gejala tertentu.
Bila Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter.
Kemungkinan ada gejala-gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda merasakan gejala tak wajar dalam bentuk apa pun, jangan tunda untuk segera periksa ke dokter.
Penyebab granuloma paru
Mengetahui adanya granuloma di paru-paru Anda mungkin terdengar menakutkan. Tak sedikit pula yang menyangka kemunculan granuloma paru adalah pertanda kanker.
Anda tidak perlu khawatir karena sebagian besar kasus granuloma bersifat jinak sehingga tidak memiliki potensi berkembang menjadi kanker.
Penyebab munculnya granuloma adalah respons tubuh terhadap sel-sel asing yang masuk, termasuk di organ paru.
Saat bakteri atau jamur masuk ke dalam paru-paru, sistem imun tubuh akan berusaha menghalaunya dengan cara membentuk kumpulan sel peradangan, yaitu granuloma.
Lalu, apa saja penyakit serta kondisi kesehatan yang menyebabkan tubuh bereaksi dan membentuk granuloma paru? Berikut adalah beberapa contohnya.
1. Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah penyakit yang ditandai dengan kemunculan sel-sel peradangan di bagian tubuh mana pun.
Kebanyakan kasus sarkoidosis terjadi di paru-paru dan kelenjar getah bening.
Penyebab dari sarkoidosis belum diketahui secara pasti, tetapi para ahli menduga hal ini berkaitan dengan respons sistem imun tubuh.
Sarkoidosis dapat menghilang dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang parah, penyakit ini bisa berlangsung hingga beberapa tahun dan merusak organ tubuh.
2. Histoplasmosis
Penyakit lain yang berkaitan dengan granuloma paru adalah histoplasmosis.
Menurut Mayo Clinic, histoplasmosis adalah infeksi yang terjadi akibat menghirup spora jamur Histoplasma capsulatum.
Jamur tersebut terdapat di kotoran burung dan kelelawar. Ketika kotoran jatuh di tanah basah atau lembap, kemungkinan jamur untuk menyebar bisa lebih besar.
3. Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis atau TBC adalah infeksi serius yang menyerang paru-paru. Bakteri penyebab tuberkulosis dapat menular dengan mudah melalui udara.
Menurut sebuah studi dalam jurnal Annals of Thoracic Medicine, tuberkulosis adalah salah satu penyebab granuloma paru yang paling umum.
4. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah peradangan kronis yang umumnya menyerang sendi.
Namun, pada kasus yang langka, penyakit ini juga dapat menimbulkan granuloma pada paru-paru.
Kondisi ini disebut dengan nodul rheumatoid atau nodul paru.
5. Granulomatosis with polyangiitis (GPA)
Granulomatosis with polyangiitis atau GPA adalah penyakit langka yang menyebabkan peradangan pembuluh darah di hidung, sinus, tenggorokan, paru, serta ginjal.
Jaringan organ yang terkena GPA dapat membentuk granuloma. Pada kasus yang parah, granuloma akibat GPA dapat memengaruhi kinerja organ tubuh yang terdampak.
Faktor risiko granuloma paru
Kemunculan granuloma bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali di paru.
Namun, ada beberapa orang yang lebih berisiko mengalami granuloma paru karena memiliki faktor tertentu.
Berikut adalah beragam faktor risiko granuloma paru.
- Berusia 20-60 tahun.
- Berjenis kelamin wanita.
- Keturunan Afrika atau Eropa Utara.
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit atau kondisi kesehatan yang serupa.
- Menderita penyakit infeksi pernapasan.
- Mengidap penyakit kronis yang memengaruhi sistem imun tubuh, seperti HIV, diabetes, atau jenis kanker tertentu.
- Aktif merokok.
Diagnosis granuloma paru
Sebagian besar granuloma paru tidak bergejala, sehingga kondisi biasanya ditemukan secara tak sengaja.
Misalnya, Anda sedang menjalani rontgen dada atau CT scan untuk memeriksa penyakit pernapasan lain, kemudian dokter menemukan titik-titik kecil di paru-paru Anda.
Setelah diidentifikasi, ternyata titik-titik tersebut merupakan granuloma.
Jika granuloma berukuran sedikit lebih besar, dokter akan memastikannya dengan positron emission tomography (PET) scan.
Tes pemindai ini dapat mendeteksi apakah granuloma tersebut berpotensi kanker atau tidak.
Dokter juga mungkin akan mengambil sampel granuloma apabila ia mencurigai adanya kanker.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara biopsi. Hasil biopsi tersebut yang kemudian akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium dengan menggunakan mikroskop.
Pengobatan granuloma paru
Jika Anda tidak mengalami gejala apa pun, pengobatan granuloma paru biasanya tidak dibutuhkan.
Namun, karena kemunculan granuloma ini adalah akibat dari penyakit lain, maka pengobatan umumnya ditujukan khusus untuk mengatasi penyakit tersebut.
Jika granuloma timbul akibat infeksi bakteri, dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik.
Apabila granuloma paru adalah respons dari peradangan seperti sarkoidosis, dokter akan merekomendasikan pengobatan dengan kortikosteroid atau obat anti-inflamasi lainnya.
Setelah penyakit penyebab granuloma berhasil ditangani, kemungkinan granuloma lain untuk muncul di paru-paru sangatlah kecil.
Konsultasikan kepada dokter untuk mendapat informasi lebih lanjut seputar penyakit ini.
Kesimpulan
- Granuloma paru adalah area peradangan kecil di paru-paru yang terbentuk akibat respons sistem imun terhadap infeksi atau peradangan tertentu.
- Sebagian besar kasus granuloma paru jarang menunjukkan tanda-tanda dan gejala fisik. Namun, beberapa gejala yang dapat terjadi seperti sesak napas, nyeri dada, hingga demam dan menggigil.
- Penyebab utama granuloma paru termasuk sarkoidosis, histoplasmosis, tuberkulosis, dan penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis dan granulomatosis with polyangiitis (GPA).
- Kebanyakan granuloma ditemukan secara tidak sengaja melalui rontgen atau CT scan, terutama pada orang yang menjalani pemeriksaan untuk kondisi lain.
- Pengobatan biasanya tidak diperlukan jika granuloma tidak menimbulkan gejala. Namun, jika granuloma disebabkan oleh infeksi atau peradangan, perawatan akan ditujukan untuk menangani kondisi penyebabnya, seperti penggunaan antibiotik atau kortikosteroid.