Asma dan pneumonia merupakan penyakit yang sama-sama menyerang saluran pernapasan. Baik asma maupun pneumonia dapat menimbulkan gejala seperti sesak napas dan batuk-batuk, sehingga banyak orang sulit membedakan keduanya. Nah, agar tidak bingung, kenali beberapa perbedaan di antara asma dan pneumonia.
Sekilas tentang asma dan pneumonia
Untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya, Anda perlu memahami karakteristik dari masing-masing penyakit.
Asma merupakan suatu kondisi di mana saluran udara mengalami peradangan. Peradangan ini membuat saluran pernapasan membengkak dan menyempit. Akibatnya, udara yang masuk ke dalam paru-paru jadi terbatas dan menimbulkan gejala sesak napas pada penderitanya.
Penyebab asma belum diketahui secara jelas, tetapi biasanya penyakit ini diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya. Selain itu, keadaan lingkungan sekitar juga bisa menjadi faktor risikonya.
Asma erat kaitannya dengan alergi. Gejala asma sering muncul ketika pasien yang memiliki alergi terpapar dengan alergen atau zat pemicu alergi. Alergen bisa meliputi serbuk sari, tungau debu, udara dingin, polutan udara seperti asap, obat-obatan, dan makanan tertentu.
Selain itu, asma juga bisa dipicu oleh stres dan penyakit GERD, suatu kondisi berupa naiknya asam lambung ke tenggorokan.
Sedangkan, pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada kantung udara paru-paru atau alveolus. Pneumonia juga kerap disebut paru-paru basah.
Peradangan membuat kantung udara terisi dengan cairan atau nanah dan menimbulkan gejala seperti batuk, sesak napas, demam, dan kedinginan.
Banyak kuman yang dapat menjadi penyebab pneumonia, tapi yang paling umum adalah bakteri dan virus. Penularan pneumonia tergolong cepat, mengingat bakteri dan virus bisa keluar masuk dengan mudah ke dalam hidung dan mulut melalui udara.
Perbedaan asma dan pneumonia
Perbedaan pertama adalah pneumonia merupakan penyakit menular, sementara asma tidak dapat menular dan bersifat kronis, artinya penyakit asma berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Asma juga tidak bisa disembuhkan. Pengobatan hanya bertujuan untuk mengendalikan gejala. Lain halnya dengan pneumonia yang bisa sembuh bila ditangani dengan baik.
Tak hanya itu, perbedaan asma dan pneumonia bisa terlihat dari gejalanya. Pada penyakit asma, gejala batuk yang muncul biasanya merupakan batuk kering yang tidak berdahak. Di sisi lain, batuk pneumonia seringkali disertai dengan keluarnya lendir kuning atau hijau.
Suara yang dihasilkan dari kedua penyakit pun berbeda. Sesak napas saat asma bisa dikenali dari terdengarnya deru napas bernada tinggi yang dikenal sebagai suara mengi.
Alih-alih mengi, penderita pneumonia seringkali mengeluarkan ronkhi, suara gemuruh bernada rendah di dada yang menandakan adanya lendir di saluran udara. Ada pula rales, yaitu suara klik yang hanya terdengar di satu sisi dada atau saat sedang berbaring.
Hubungan antara asma dan pneumonia
Meski keduanya berbeda, asma dan pneumonia ternyata saling berhubungan. Bahkan, asma sering disebut-sebut sebagai penyebab pneumonia.
Faktanya, asma tidak secara langsung menyebabkan paru-paru basah. Akan tetapi, orang-orang yang memiliki masalah paru-paru kronis memang lebih berisiko mengalami pneumonia.
Kemungkinannya, orang-orang dengan penyakit paru mungkin telah mengalami kerusakan atau kelemahan pada jaringan paru-paru, sehingga lebih mudah untuk terserang penyakit atau mengalami komplikasi.
Selain itu, obat asma juga bisa menjadi pemicu terjadinya pneumonia. Beberapa obat asma seperti kortikosteroid hisap dapat meningkatkan risiko pneumonia atau infeksi pernapasan lainnya.
Namun, bukan berarti Anda bisa langsung terkena pneumonia bila Anda memiliki penyakit asma. Respons tubuh dalam menghadapi virus dan bakteri bergantung pada jenis infeksi yang Anda miliki, usia, serta kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Biasanya, orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas memiliki risiko sebanyak 5 kali lebih besar untuk tertular pneumonia. Ini karena seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh Anda melemah, sehingga tubuh lebih sulit untuk melawan infeksi.
Mencegah penularan paru-paru basah
Bila Anda yang memiliki asma khawatir akan risiko penularan pneumonia, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya.
Pertama, lindungi diri Anda dengan menjalani vaksinasi pneumokokus. Tak hanya orang dewasa di atas usia 65 tahun, vaksin ini juga disarankan untuk orang dewasa dengan rentang umur 19 – 64 tahun, terutama bagi yang merokok.
Bila Anda ingin mendapatkannya, jangan ragu untuk menanyakan tentang persediaan vaksin pada dokter spesialis.
Kedua, jagalah kebersihan diri dan lingkungan. Mengingat infeksi pernapasan seperti pilek dan flu bisa memicu kambuhnya gejala asma dan meningkatkan risiko pneumonia, mulailah lakukan kebiasaan seperti:
- rajin mencuci tangan dengan sabun dan air, baik sebelum dan sesudah makan, setelah beraktivitas di kamar mandi, maupun setelah bepergian dengan kendaraan umum,
- membersihkan permukaan yang paling sering tersentuh seperti kenop pintu, saklar lampu, dan gawai pribadi,
- menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit infeksi, dan
- menjauhi area yang penuh dengan asap rokok.
Langkah selanjutnya, pastikan Anda selalu memantau kondisi Anda agar gejala asma tetap terkendali. Lakukan pemeriksaan rutin setiap 6 – 12 bulan sekali, hindari berbagai hal yang bisa memicu asma, dan rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter.
Jangan minum obat lebih dari yang diresepkan atau mengganti obat lain tanpa berkonsultasi dengan dokter. Terlalu banyak mengonsumsi obat asma dapat menyebabkan efek samping yang akan memperburuk kondisi Anda. Bila gejala memburuk, segera periksakan diri ke rumah sakit.
Jangan lupa untuk selalu makan makanan dengan gizi seimbang, melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan beristirahat yang cukup. Dengan disiplin melakukan langkah pencegahan, niscaya Anda akan terhindar dari risiko penyakit.