Definisi kebotakan (alopecia)
Alopecia atau dikenal dengan kebotakan termasuk penyakit kulit kepala ketika jumlah rambut yang rontok lebih banyak dari rambut yang tumbuh.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Alopecia atau dikenal dengan kebotakan termasuk penyakit kulit kepala ketika jumlah rambut yang rontok lebih banyak dari rambut yang tumbuh.
Normalnya, rambut manusia bisa rontok 50 – 100 helai per hari. Bila rambut yang rontok melebih 100 helai per hari, ada kemungkinan Anda mengalami alopecia.
Ada beberapa jenis kebotakan yang dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan gejalanya, yakni sebagai berikut.
Jenis kebotakan yang paling sering dialami oleh banyak orang adalah alopecia areata. Alopecia dapat terjadi untuk sementara waktu. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa kulit kepala akan botak dalam waktu yang cukup lama.
Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor genetik, stres, hingga penyakit tertentu. Bila Anda merasa khawatir, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis kulit untuk mengatasi masalah kebotakan ini.
Masalah kebotakan, terutama alopecia areata, dapat terjadi pada siapa saja. Faktanya, angka kasus kebotakan terus meningkat di berbagai negara, termasuk di Indonesia, dengan risiko seumur hidup.
Masyarakat dengan usia, jenis kelamin, serta dari ras apa pun dapat mengembangkan alopecia. Pada beberapa kasus, kebotakan akan muncul setelah mengalami suatu penyakit, hamil, atau trauma.
Selain itu, pria dan wanita yang sudah berusia lebih dari 50 tahun juga lebih berisiko mengalami kebotakan.
Kebotakan yang disebabkan oleh kerontokan rambut dapat ditandai dengan berbagai hal, tergantung penyebabnya. Beberapa kasus kebotakan dapat terjadi tiba-tiba, sedangkan yang lain secara bertahap, mulai dari kulit kepala hingga seluruh tubuh Anda.
Berikut ini beberapa gejala alopecia yang paling sering terjadi.
Garis rambut yang mulai mundur dan menipis adalah salah satu gejala awal dari rambut rontok yang nantinya bisa berujung pada kebotakan. Kondisi ini dapat terjadi seiring bertambahnya usia.
Pada pria, garis rambut mereka akan mundur, terutama ketika menginjak usia 30 tahun ke atas. Umumnya, masalah ini dimulai dari garis rambut di atas pelipis pada kedua sisi kepala, sedangkan garis rambut di bagian tengah tetap berada di dekat dahi.
Pola surutnya garis rambut ini akan membentuk huruf V di atas kepala (widow peak). Seiring berjalannya waktu, kedua sisi dan bagian belakang kepala akan botak dan menyisakan rambut di puncak kepala saja.
Sementara itu, garis rambut yang pertama kali akan mundur pada wanita adalah bagian tengah hingga ke puncak kepala. Namun, kedua sisi dan bagian belakang rambut akan menetap.
Kebotakan yang tidak merata, alias alopecia areata ini adalah kondisi yang memungkinkan kulit kepala terasa gatal atau nyeri. Biasanya, gejala tersebut akan terasa sebelum rambut mulai rontok.
Rambut rontok yang melebihi batas normal juga dapat menjadi salah satu tanda Anda mengalami kebotakan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti trauma fisik atau emosional.
Kerontokan yang parah ini dapat ditandai dengan adanya segenggam rambut yang jatuh saat disisir atau ketika mencuci rambut. Umumnya, kondisi ini dapat membuat rambut menipis, tetapi bersifat sementara.
Selain ketiga gejala umum di atas, ada beberapa tanda lainnya yang perlu diperhatikan terkait dengan penyakit alopecia, meliputi sebagai berikut.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Bila rambut rontok tidak kunjung membaik atau memburuk, segera periksakan diri ke dokter. Pasalnya, kebotakan mendadak adalah salah satu pertanda penyakit lain yang mungkin membutuhkan terapi khusus.
Itu sebabnya, mengetahui apa penyebab kebotakan akan didahulukan sebelum mengobatinya dengan berbagai terapi. Konsultasikan dengan dokter spesialis kulit jika Anda merasa rambut rontok parah saat disisir atau keramas biasa.
Penyebab utama kebotakan atau alopecia adalah rambut rontok. Namun, ada berbagai faktor yang memicu hal tersebut, antara lain sebagai berikut.
Salah satu faktor yang dapat memicu alopecia adalah riwayat keluarga. Artinya, ketika salah satu anggota keluarga mengalami kebotakan, Anda juga berisiko mengembangkan masalah yang sama.
Riwayat keluarga juga dapat mengindikasikan kapan usia akan mengalami kebotakan.
Selain dipengaruhi faktor genetik, kebotakan juga dapat dipicu oleh perubahan hormon kebotakan DHT (dihydrotestosterone). Hormon DHT dihasilkan dengan mengubah testosteron menjadi dihydrotestosterone oleh bantuan enzim tertentu.
Lalu, sekitar 10% testosteron pada tubuh pria akan diubah menjadi hormon DHT yang menyebabkan folikel rambut mengecil. Akibatnya, tidak ada rambut yang tumbuh lagi di dalamnya.
Sementara itu, kebotakan yang dialami wanita juga dapat disebabkan oleh perubahan hormon saat menopause.
Fase pertumbuhan rambut baru pada wanita yang sudah menopause akan jauh lebih lambat dan rambut yang tumbuh tidak akan sekuat rambut biasanya. Alhasil, rambut pun mudah patah dan sulit untuk tumbuh kembali.
Meski begitu, kondisi ini juga dapat terjadi pada remaja yang disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi ini menyebabkan menstruasi tidak teratur, berat badan berlebih, pertumbuhan rambut di wajah, dan kerontokan rambut.
Sebenarnya, stres jangka pendek tidak akan memicu kebotakan. Meski begitu, stres jangka panjang dapat menyebabkan kebotakan.
Pada saat tubuh stres atau merasakan emosi negatif, rambut akan semakin mudah rontok. Pasalnya, sebagian besar rambut Anda akan masuk ke dalam fase istirahat lebih awal ketika stres. Tiga bulan kemudian, rambut tersebut akan rontok.
Itu sebabnya, kondisi yang disebut telogen effluvium ini menyebabkan kerontokan yang tidak wajar yang bisa berakibat alopecia.
Kebiasaan mencabut rambut atau trikotilomania ini biasanya terjadi ketika seseorang mengalami stres. Anda mungkin akan mencabut rambut tanpa sadar yang membuat rambut cepat rusak hingga mengalami kebotakan.
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat kanker, depresi, hingga hipertensi dapat memicu kebotakan. Selain itu, pil kontrasepsi dan suplemen vitamin A yang berlebihan dapat menimbulkan masalah yang sama.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami alopecia.
Dokter kulit biasanya akan mendiangosis masalah kebotakan berdasarkan pemeriksaan fisik, yakni melihat daerah yang mengalami kerontokan dan gejala Anda.
Setelah itu, dokter mungkin akan menarik rambut secara lembut di dekat tepi area yang pitak. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat kelainan struktur pada akar atau batang rambut.
Jika dokter masih ragu, Anda akan menjalani biopsi kulit kepala untuk memastikan diagnosis tersebut dan diperiksa di laboratorium.
Kebotakan umumnya bersifat sementara dan akan tumbuh kembali dengan normal bila penyebabnya diatasi. Namun, kebanyakan kasus menunjukkan bahwa alopecia tidak dapat dihindari seiring bertambahnya usia.
Jika Anda khawatir masalah ini dapat mengganggu penampilan, ada beberapa pilihan obat untuk mengatasi alopecia yang mungkin membantu sebagai berikut.
Bila kebotakan dipicu oleh masalah hormon atau gangguan sistem imun, terutama pada pria, cara mengatasi hal ini adalah dengan resep obat finasteride.
Anda juga dapat memperoleh obat yang membantu mengatasi alopecia dengan minoxidil yang dijual bebas.
Minoxidil dapat berbentuk cairan atau sabun yang biasanya digunakan pada kulit kepala dua kali sehari. Obat ini membantu mengurangi kerontokan dan menumbuhkan rambut kembali.
Sementara itu, obat finasteride tersedia dalam bentuk oral dan hanya boleh diberikan untuk pria saja. Pil ini menghambat hormon DHT yang dapat membantu memanjangkan rambut.
Pada beberapa kasus, suntikan steroid juga membantu mengatasi masalah ketombe dengan menumbuhkan rambut baru dalam waktu 4 minggu.
Perlu diingat bahwa Anda harus berkonsultasi dengan dokter kulit untuk mencari tahu obat mana yang paling tepat dengan penyebab kebotakan.
Selain obat-obatan, ada cara lain yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi alopecia, yaitu operasi cangkok rambut. Transplantasi rambut adalah prosedur menanam rambut pada kulit kepala.
Prosedur ini sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh orang yang masih memiliki pertumbuhan rambut yang sehat di bagian belakang dan samping kepala. Itu sebabnya, cangkok rambut tidak membantu mereka yang botak plontos.
Hal ini dikarenakan rambut di kedua bagian tersebut akan menjadi donor rambut untuk menutupi area yang botak. Meski terbilang cukup efektif menumbuhkan rambut, operasi ini membutuhkan biaya besar dan dapat menyebabkan rasa nyeri.
Salah satu jenis terapi yang kini tengah populer untuk mengatasi kebotakan adalah terapi laser dengan dosis rendah. Terapis laser diklaim dapat membantu menumbuhkan rambut dengan meningkatkan aliran darah di kulit kepala.
Bahkan, terapi ini membantu merangsang metabolisme folikel saat memasuki tahap katagen (kerontokan) dan telogen (fase rambut beristirahat). Dengan begitu, pertumbuhan rambut ketika berada dalam fase anagen akan semakin banyak.
Meski terlihat efektif, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat manfaat dan efek samping dari terapi laser terhadap masalah kebotakan.
Bila obat-obatan dan terapi tidak berhasil mengobati kebotakan, Anda mungkin memerlukan rambut palsu atau wig.
Demi mendukung proses pengobatan yang diberikan oleh dokter, merawat rambut dan kulit kepala menjadi penting agar cepat sembuh. Berikut ini kebiasaan yang perlu diperhatikan untuk bantu mengatasi kebotakan.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter spesialis kulit untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar