backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Rambut Rontok

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/12/2022

Rambut Rontok

Definisi rambut rontok

Rambut rontok adalah kondisi ketika helai-helai rambut copot dari kulit kepala atau area lain di tubuh. Kondisi ini mirip dengan alopecia (kebotakan) dan disebabkan oleh berbagai hal termasuk faktor genetik, perubahan hormon, hingga konsumsi obat-obatan tertentu.

Kerontokan rambut dapat terjadi dengan berbagai cara yang berbeda, tergantung penyebabnya. Masalah pada kulit kepala ini dapat terjadi mendadak atau bertahap, dan memengaruhi bagian kulit kepala atau seluruh tubuh. 

Beberapa kasus kerontokan dapat terjadi sementara, sedangkan ada pula yang bersifat permanen. Bila tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa berujung pada kebotakan.

Seberapa umumkah rambut rontok itu? 

Rambut rontok adalah masalah yang umum dan dapat terjadi pada siapa saja dari segala golongan usia. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kerontokan rambut sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. 

Faktor yang kerap memicu kerontokan rambut adalah usia dan keturunan. Akan tetapi, masalah ini bisa dikendalikan dengan mengurangi faktor risiko yang ada. Konsultasikan dengan dokter rambut untuk mengetahui penyebab dan pengobatannya.

Jenis-jenis kerontokan rambut

Masalah rambut rontok ternyata memiliki banyak jenis, tergantung pada gejala dan penyebabnya, antara lain sebagai berikut.

Alopecia androgenik

Androgenetic alopecia adalah jenis kerontokan rambut yang paling umum terjadi. Kondisi ini dapat terjadi pada pria dan wanita, tetapi dengan gejala dan penyebab yang berbeda. Meski dipicu oleh faktor keturunan, androgenetic alopecia dapat dikendalikan dengan perawatan tertentu.

Pada pria, kondisi ini dapat dimulai kapan saja, terutama setelah memasuki masa pubertas dan berkembang selama beberapa tahun sesudahnya. Kerontokan rambut akan dimulai di atas pelipis dan berlanjut di sekeliling bagian atas kepala. 

Hal ini juga sering meninggalkan masalah kebotakan berbentuk cincin rambut di sepanjang bagian bawah kulit kepala. Kebanyakan pria yang mengalami hal ini akhirnya menjadi botak. 

Pada wanita, androgenetic alopecia cenderung dimulai dengan penipisan rambut di seluruh kulit kepala. Namun, garis rambut mereka tidak akan menyusut. 

Umumnya, kerontokan rambut jenis ini adalah bagian dari proses penuaan, tetapi dapat terjadi kapan saja. Walaupun menyebabkan rambut rontok yang parah, kondisi ini jarang menyebabkan kebotakan. 

Alopecia traksi

Rambut rontok tipe ini terjadi akibat rambut terlalu sering diikat atau ditarik dalam jangka waktu yang lama. Ciri-ciri dari alopecia traksi meliputi: 

  • benjolan kecil berwarna putih atau merah di sekitar folikel (sekitar akar) rambut,
  • rasa gatal pada daerah rambut yang diikat,
  • muncul sisik di kulit kepala, serta
  • kerontokan terjadi secara simetris.

Hal ini dapat terjadi karena ketika rambut diikat terlalu lama akan mudah terlepas dari folikelnya. Bila ikatan rambut dibiarkan terlalu lama, kondisi ini dapat berujung pada kerontokan permanen. 

Rambut yang terlalu lama ditarik atau diikat akan mudah terlepas dari folikelnya, sehingga kerontokan lebih mudah terjadi. Apabila ikatan rambut dibiarkan terlalu lama, maka hal tersebut berpotensi mengakibatkan kerontokan permanen.

Alopecia areata

Alopecia areata adalah rambut rontok yang disebabkan oleh kelainan autoimun. Berikut ini gejala yang tampak. 

  • Rambut rontok berlebihan.
  • Kuku kasar, muncul titik-titik putih, dan lebih rapuh.
  • Muncul titik kebotakan berbentuk lingkaran di bagian belakan kulit kepala.

Sistem imun tubuh penderita alopecia menyerang bagian folikel rambut. Akibatnya, kerontokan rambut pun terjadi dalam jumlah besar dan berisiko mengalami kebotakan total (alopecia totalis) atau kebotakan di seluruh badan (alopecia universalis). 

Alopecia universalis

Alopecia universalis adalah kerontokan rambut yang cukup langka. Kondisi ini terjadi ketika rambut di seluruh bagian tubuh rontok dengan gejala:

  • rasa gatal, dan
  • rambut rontok terjadi di kulit kepala, alis, ketiak, punggung, dada, hingga kaki.

Sejauh ini, penyebab alopecia universalis belum diketahui pasti. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan penyakit autoimun dan faktor genetik.

Telogen effluvium

Telogen effluvium adalah jenis rambut rontok yang terjadi secara mendadak dan dalam jumlah besar. Kondisi ini biasanya terjadi ketika kulit kepala memasuki fase istirahat dari siklus pertumbuhan rambut (telogen).

Sayangnya, fase pertumbuhannya tidak terjadi. Akibatnya, kerontokan terjadi di kulit kepala tanpa adanya rambut yang tumbuh. Kabar baiknya, kondisi ini tidak menyebabkan kebotakan total meski telah kehilangan 300-500 rambut per hari dan rambut tampak menipis. 

Ada pun beragam faktor yang menyebabkan telogen effluvium, yakni: 

  • melahirkan,
  • demam tinggi,
  • operasi besar,
  • masalah psikologis,
  • penyakit kronis parah,
  • masalah tiroid,
  • diet ketat, kekurangan protein dan zat besi, serta
  • penggunaan obat tertentu, seperti isotretinoin atau warfarin.

Selain itu, telogen effluvium biasanya terjadi tiga bulan setelah melakukan prosedur medis. Jika sifatnya sementara, seperti baru sembuh dari penyakit atau berhenti minum obat penyebab kerontokan rambut, rambut mungkin akan tumbuh kembali. 

Bila berlangsung lebih dari enam bulan, jenis kerontokan ini akan dianggap sebagai masalah kronis. 

Tinea capitis

Bila rambut rontok berlebihan terjadi pada anak Anda, ada kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh infeksi jamur di kulit kepala. Kondisi yang disebut tinea capitis ini menyebabkan berbagai gejala di bawah ini. 

  • Demam ringan.
  • Kerontokan rambut terkadang berbentuk melingkar.
  • Muncul bintik-bintik botak yang dapat membesar.
  • Kulit kepala tampak memerah, bersisik, dan terasa gatal.
  • Terkadang menyebabkan pembengkakan kelenjar di bagian belakang leher.

Bila segera ditangani, rambut akan tumbuh kembali dengan normal. 

Scarring alopecia

Kerontokan yang juga disebut sebagai alopecia cicatricial ini terjadi akibat adanya peradangan atau kelainan pada kulit. Peradangan tersebut dapat disebabkan oleh folikulitis, lichen planus, lupus, hingga selulit. 

Tanda dan gejala rambut rontok

Salah satu ciri rambut rontok yang paling terlihat adalah kehilangan helai rambut lebih dari batas wajar. Normalnya, manusia mengalami kerontokan rambut sebanyak 50 – 100 helai setiap hari. 

Jika lebih dari angka tersebut, Anda mungkin akan menjumpai helaian rambut di pakaian, saluran pembuangan air, atau sisir. Selain itu, ada berbagai gejala lainnya yang bisa menjadi pertanda masalah kerontokan, meliputi: 

  • rambut menipis secara bertahap,
  • ada bagian kulit kepala yang pitak (bintik botak),
  • garis rambut menipis, serta
  • rambut yang diikat lebih tipis.

Kebanyakan kasus menunjukkan bahwa gejala-gejala di atas cenderung muncul bertahap. Ciri rambut rontok ini mungkin tidak terlalu terlihat. Itu sebabnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami kerontokan rambut selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. 

Kapan harus ke dokter? 

Bila rambut rontok terasa mengganggu, segera periksakan diri ke dokter. Bagi wanita yang mengalami frontal fibrosing alopecia (garis rambut surut), hubungi dokter untuk mencegah kebotakan permanen. 

Anda juga perlu berkonsultasi ke dokter kulit bila kerontokan yang terjadi tidak merata atau jumlahnya tidak wajar saat melakukan keramas atau menyisir. Pasalnya, rambut rontok yang terjadi mendadak dan berlebihan bisa menjadi pertanda masalah kesehatan tertentu.

Penyebab kondisi ini

Tanda dan gejala rambut rontok yang disebutkan di atas adalah ciri yang paling umum terjadi pada setiap orang. Namun, kerontokan rambut sebenarnya memiliki gejala yang lebih bervariasi, tergantung penyebabnya. 

Beberapa penyebab rambut rontok di bawah ini sering dialami oleh kebanyakan orang. 

Riwayat keluarga

Salah satu penyebab kerontokan rambut adalah faktor keturunan yang berhubungan dengan usia. Kondisi yang disebut androgenic alopecia ini dapat terjadi pada pria dan wanita dengan gejala serta penyebab yang berbeda. 

Kerontokan rambut yang satu ini biasanya terjadi secara bertahap dan lebih mudah terlihat. Pasalnya, gejalanya diawali dengan garis rambut yang surut dan bintik-bintik botak pada pria. Sementara itu, rambut akan menipis di sepanjang kulit kepala pada wanita.

Masalah kesehatan tertentu

Bila memiliki penyakit di bawah ini, Anda berpotensi mengalami rambut rontok. 

Selain itu, perubahan hormon juga bisa menjadi penyebab kerontokan rambut, terutama saat hamil, melahirkan, dan menopause. 

Obat-obatan tertentu

Rambut rontok juga dapat menjadi efek samping dari penggunaan obat tertentu, yaitu: 

  • obat kanker,
  • antidepresan,
  • obat penyakit jantung, serta
  • asam urat dan tekanan darah tinggi.

Trauma

Tahukah Anda bahwa ternyata trauma yang mengganggu emosi seseorang bisa menjadi penyebab rambut rontok? Meski begitu, kondisi ini umumnya berlangsung sementara waktu. 

Faktor-faktor risiko rambut rontok

Rambut rontok dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hal ini, antara lain sebagai berikut.

Faktor genetik

Bila memiliki anggota keluarga yang mengalami kerontokan rambut, ada kemungkinan hal yang sama akan terjadi pada Anda. Faktor genetik juga berpengaruh pada usia, seberapa cepat dan tingkat keparahan kerontokan. 

Usia

Seiring dengan bertambahnya usia, semakin banyak folikel rambut yang berhenti memproduksi sel rambut baru. Alhasil, rambut pun semakin rontok ketika semakin tua. 

Kekurangan protein 

Rendahnya asupan protein pada tubuh dapat menyebabkan perubahan pada kondisi kulit, kuku, dan rambut. Rambut juga akan lebih cepat terlepas dari folikel karena kekurangan keratin. 

Perubahan hormon

Perubahan hormon, terutama saat hamil, melahirkan, dan menopause, juga dapat membuat rambut rontok yang sifatnya hanya sementara. 

Obat-obatan dan terapi tertentu

Penyebab seseorang lebih rentan terhadap rambut rontok juga berkaitan dengan obat-obatan dan terapi tertentu. Sebagai contoh, obat kanker, masalah jantung, hipertensi, hingga pil KB dapat menyebabkan kerontokan rambut.

Selain itu, terapi radiasi dan kemoterapi untuk penderita kanker juga berpotensi membuat rambut rontok. 

Cara merawat rambut yang salah

Perawatan rambut yang salah ternyata juga bisa menimbulkan rambut rontok, seperti: 

  • mengikat rambut terlalu kencang,
  • sering mencuci rambut,
  • menggunakan produk pewarna rambut,
  • bleaching, dan
  • menggunakan obat pelurus rambut.

Selain merusak rambut, beberapa kebiasaan di atas juga mempercepat proses rambut rontok.

Diagnosis kondisi ini

Sebelum mendiagnosis, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Selain itu, mereka juga akan bertanya seputar pola makan, rutinitas perawatan rambut, dan riwayat kesehatan keluarga Anda. 

Setelah itu, Anda mungkin akan menjalani beragam pemeriksaan sebagai berikut.

Tes darah

Tes ini dapat membantu mengetahui kondisi medis yang berkaitan dengan kerontokan rambut, seperti penyakit tiroid.

Tes tarik rambut

Dokter akan menarik beberapa helai rambut Anda secara perlahan untuk mengetahui separah apa kerontokan dan kerusakan rambut yang Anda alami.

Biopsi kulit kepala

Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada infeksi di kulit atau terdapat masalah pada folikel rambut Anda. Dokter akan mengumpulkan sampel kulit atau beberapa rambut yang dicabut untuk diperiksa lebih lanjut.

Mikroskopi cahaya

Dokter akan menggunakan alat khusus untuk memeriksa rambut yang dipangkas di pangkalnya untuk mengetahui adanya gangguan dari batang rambut.

Obat dan pengobatan rambut rontok

Untungnya, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi rambut rontok. Namun, pengobatan masalah ini harus sesuai dengan penyebab dan kondisi Anda. 

Dokter biasanya akan menganjurkan obat-obatan, operasi, terapi laser, hingga rambut palsu sebagai pengobatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut, memperlambat, atau menyembunyikan kerontokan.

Obat-obatan

Jika rambut rontok disebabkan oleh penyakit, diperlukan pengobatan untuk mengatasi penyakit tersebut. Sementara itu, obat penyebab rambut rontok akan dihentikan sementara waktu. 

Berikut ini beberapa jenis obat yang biasa diresepkan dokter untuk mengatasi rambut rontok. 

  • Rogaine (minoxidil) untuk merangsang folikel rambut agar tumbuh kembali.
  • Propecia (finasteride) untuk penderita alopecia androgenik, terutama pria.
  • Spironolakton yang biasa dipakai wanita untuk mengurangi kadar hormon penyebab rambut rontok.
  • Kortikosteroid yang diresepkan untuk kerontokan rambut yang disebabkan penyakit autoimun.
  • Anthralin untuk mengontrol peradangan di kulit kepala, terutama di folikel rambut.
  • Diphencyprone membantu memanjangkan rambut.

Operasi untuk rambut rontok

Selain obat-obatan, dokter biasanya juga akan menganjurkan operasi, di antaranya: 

  • transplantasi rambut, yaitu menanamkan rambut yang tersisa di bagian yang botak, dan
  • terapi laser untuk merangsang pertumbuhan sel rambut pada folikel.

Bila kulit kepala Anda tidak bereaksi setelah menjalani pengobatan di atas, pilihan alternatif lainnya adalah menggunakan rambut palsu (wig).

Pengobatan di rumah

Anda mungkin ingin mencoba beberapa perawatan rambut rontok yang bisa dilakukan di rumah agar merasa lebih percaya diri, yakni sebagai berikut.

  • Pakai produk penataan rambut untuk menambah volume.
  • Pilih gaya rambut yang membuat bagian yang melebar tertutupi.
  • Gunakan wig atau sambung rambut.
  • Jalani diet dengan gizi seimbang.
  • Hindari mengikat rambut terlalu kencang dan terlalu lama.
  • Kurangi kebiasaan menarik atau menggosok rambut dengan kasar.
  • Pijat kulit kepala saat keramas.
  • Pakai sisir bergigi lebar untuk mencegah rambut tercabut.
  • Batasi penggunaan alat penata rambut, seperti catok atau pengeriting rambut.

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter spesialis kulit untuk mendapatkan solusi yang tepat. 

Catatan

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/12/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan