backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Hiperpigmentasi Kulit

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 27/12/2023

Hiperpigmentasi Kulit

Apakah Anda memiliki sedikit bagian kulit yang terlihat lebih gelap dari bagian lainnya? Kondisi ini di dalam dunia medis biasa disebut dengan hiperpigmentasi. Penyebabnya bisa berkaitan dengan faktor keturunan hingga paparan sinar UV dari matahari. Simak selengkapnya!

Apa itu hiperpigmentasi?

Hiperpigmentasi adalah penyakit kulit di mana melanosit memproduksi terlalu banyak melanin, pigmen yang menentukan warna kulit, sehingga muncul bercak-bercak kulit yang berwarna lebih gelap daripada kulit normal di sekitarnya.

Kondisi ini dapat muncul sebagai bintik-bintik atau bercak berwarna cokelat, hitam, abu-abu, merah, atau merah muda.

Bercak gelap tersebut dapat muncul pada salah satu area tubuh atau di seluruh tubuh. Kondisi ini tidak berbahaya dan dapat memudar seiring waktu dengan melakukan perawatan yang tepat.

Tanda dan gejala hiperpigmentasi

Secara umum hiperpigmentasi menunjukkan tanda-tanda berikut pada kulit.

  • Bercak gelap (flek) berwarna cokelat, hitam, abu-abu, atau kemerahan.
  • Flek paling sering muncul pada bagian kulit yang mudah terkena paparan matahari, misalnya pipi, hidung, dan dahi.
  • Bercak gelap juga bisa muncul pada bagian tubuh lain yang sering terpapar matahari, seperti lengan.
  • Ukuran bercak bisa bervariasi, biasanya kurang dari 2 cm, tapi flek bisa terus membesar, menyebar, dan meluas.

Selain munculnya flek kulit atau bercak berwarna gelap di kulit, hiperpigmentasi umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun.

Kapan harus periksa ke dokter?

Segera konsultasikan diri ke dokter jika Anda mengalami bercak gelap di kulit disertai dengan gejala seperti:

  • kemerahan,
  • panas saat disentuh,
  • gatal,
  • nyeri, serta
  • keluar darah atau nanah.

Jenis-jenis hiperpigmentasi

Berdasarkan pemicunya, hiperpigmentasi kulit terbagi menjadi berbagai macam jenis.

1. Lentigo

Lentigo adalah jenis lain dari hiperpigmentasi kulit yang terlalu sering terpapar sinar matahari.

Saat Anda keluar dan sinar matahari terasa begitu menyengat, tubuh Anda otomatis akan memproduksi lebih banyak melanin untuk melindungi kulit Anda dari paparan sinar matahari jangka panjang.

Umumnya, kondisi ini terjadi pada area wajah dan juga tangan. Hiperpigmentasi kulit yang satu ini biasanya akan melebar atau bertambah banyak seiring pertambahan usia.

Ukurannya bisa beragam, mulai dari 0,2 – 2 cm. Lentigo biasanya berwarna gelap, memiliki bentuk yang tidak beraturan, dan terlihat garis atau batas yang jelas sehingga kulit tampak belang.

2. Melasma

wajah kusam saat hamil
Sumber: iS University

Melasma adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak gelap pada wajah. Ini salah satu jenis hiperpigmentasi yang disebabkan oleh perubahan hormon.

Umumnya, kondisi ini terjadi pada wanita hamil, mengingat pada saat tersebut perubahan hormon sedang terjadi. Perubahan ini memengaruhi produksi melanin.

Namun, bukan berarti melasma hanya bisa terjadi pada wanita, pria juga bisa mengalami melasma. Selain kehamilan, melasma juga bisa terjadi jika Anda menggunakan pil kontrasepsi.

Selain di wajah, melasma juga dapat mengubah warna kulit dalam jumlah besar di area-area tertentu, misalnya pada perut.

3. Penyakit Addison

Ada pula kondisi kesehatan yang bisa menjadi penyebab hiperpigmentasi meski bukan penyakit kulit.

Penyakit Addison adalah kondisi yang menyerang kelenjar adrenal, tapi bisa menyebabkan hiperpigmentasi pada beberapa bagian tubuh. Penyakit ini biasanya menyebabkan hiperpigmentasi pada area-area yang mudah terpapar sinar matahari.

Biasanya, bagian kulit yang mengalami hiperpigmentasi akibat penyakit ini adalah pada lipatan-lipatan kulit, bibir, lutut dan siku, jari kaki, dan pipi bagian dalam.

Penyakit ini biasanya ditandai dengan mual, muntah, diare, kehilangan berat badan, sakit di bagian perut, pusing, dan lelah.

4. Peradangan kulit

Hiperpigmentasi kulit juga bisa terjadi akibat peradangan kulit. Biasanya, ada beberapa bagian kulit yang warnanya lebih gelap dibanding bagian kulit lainnya setelah terjadinya peradangan tersebut.

Peradangan kulit yang dimaksud termasuk timbulnya jerawat, penyakit eksim, lupus, atau terjadinya cedera pada kulit.

Umumnya, orang yang mengalami penyebab hiperpigmentasi kulit yang satu ini adalah orang yang berkulit gelap.

5. Hiperpigmentasi akibat penggunaan obat-obatan

Efek samping obat-obatan juga bisa menjadi penyebab hiperpigmentasi pada kulit. Obat-obatan tersebut termasuk obat antimalaria atau antidepresan trisiklik.

Di sisi lain, penggunaan obat yang dioleskan atau diaplikasikan pada kulit juga bisa menjadi penyebab dari hiperpigmentasi. Untuk itu, Anda harus lebih berhati-hati saat menggunakan berbagai obat oles atau salep.

Penyebab hiperpigmentasi

Hiperpigmentasi kulit disebabkan oleh produksi melanin yang berlebihan. Melanin merupakan zat pigmen yang memberikan warna pada kulit, wajah, dan mata.

Selain itu, kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor lainnya, di antaranya sebagai berikut.

  • Faktor genetik. Apabila memiliki anggota keluarga dengan kondisi ini, kemungkinan besar Anda juga dapat mengalami hiperpigmentasi.
  • Masalah pada kulit. Beberapa jenis masalah kulit seperti jerawat atau luka bakar dapat menyebabkan kulit berubah warna menjadi lebih gelap atau disebut juga dengan hiperpigmentasi pascainflamasi.
  • Paparan sinar matahari. Berada di bawah terik matahari dalam waktu lama, tanpa menggunakan tabir surya, dapat menyebabkan munculnya hiperpigmentasi.
  • Gangguan pada kelenjar adrenal. Gangguan kelenjar adrenal yang bertugas memproduksi hormon tubuh, misalnya karena penyakit Addison, bisa menyebabkan timbulnya flek pada kulit.
  • Obat-obatan. Beberapa jenis obat seperti pil KB dapat menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap paparan matahari, sehingga melanosit (sel penghasil melanin) mengalami kerusakan.

Berapa lama hiperpigmentasi kulit dapat hilang?

Bercak gelap pada kulit umumnya akan menghilang dan memudar dalam waktu 6 – 12 bulan dengan melakukan perawatan yang tepat, salah satu yang terbaik mengikuti saran dari dokter spesialis kulit.

Diagnosis hiperpigmentasi

Untuk mendiagnosis hiperpigmentasi, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk kapan kulit mulai menggelap dan apakah kondisi tersebut terjadi setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan bantuan sinar ultraviolet khusus untuk melihat kondisi kulit Anda. Dokter juga mungkin melakukan tes darah untuk memeriksa kadar vitamin, hormon, serta fungsi tiroid.

Pada beberapa kasus, dokter dapat melakukan biopsi kulit, yakni mengambil sampel kecil kulit untuk mengetahui penyebab munculnya kondisi tersebut.

Pengobatan hiperpigmentasi

moisturizer dulu atau sunscreen

Meski ada banyak kondisi yang bisa menjadi penyebab hiperpigmentasi pada kulit, bukan berarti kondisi ini tidak bisa diatasi. Ada banyak cara yang bisa Anda terapkan dalam mengatasi kondisi ini.

1. Gunakan obat salep

Dokter spesialis kulit biasanya akan merekomendasikan obat-obatan yang mengandung bahan-bahan seperti:

2. Gunakan tabir surya saat bepergian

Setiap kali keluar rumah dan beraktivitas di bawah matahari, Anda harus menggunakan tabir surya yang mengandung SPF 30 atau yang lebih tinggi.

Penggunaan tabir surya akan sangat bermanfaat untuk membantu menghindarkan Anda dari paparan sinar matahari, sebagai salah satu penyebab dari hiperpigmentasi kulit.

3. Gunakan lidah buaya

Mengingat kehamilan menjadi penyebab salah satu jenis hiperpigmentasi kulit, maka Anda bisa menggunakan lidah buaya atau aloe vera untuk mengatasi kondisi ini.

Salah satu penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Cosmetic and Laser Therapy menyebutkan bahwa penggunaan aloe vera berpotensi mengurangi melasma pada ibu hamil.

Aloesin, salah satu zat alami yang terdapat di dalam aloe vera, berpotensi mencerahkan kulit yang mengalami hiperpigmentasi dengan cara menahan produksi melanin di dalam kulit.

4. Gunakan cuka apel untuk hiperpigmentasi kulit

Cuka apel juga diduga bisa mencerahkan bagian kulit yang mengalami hiperpigmentasi. Untuk menggunakannya, Anda bisa mencampurkan cuka apel dengan air di dalam sebuah wadah.

Lalu, aplikasikan ke bagian-bagian kulit yang lebih gelap serta diamkan selama dua hingga tiga menit. Jika sudah selesai, bilas dengan air hangat.

Lakukan cara ini dua kali dalam sehari hingga Anda mendapatkan hasil yang Anda harapkan.

5. Gunakan ekstrak teh hijau

Selain berguna sebagai antioksidan dan mengatasi peradangan, ekstrak teh hijau juga bisa digunakan untuk mengatasi melasma dan mengurangi sunburn. Anda cukup merebus teh hijau selama tiga hingga lima menit.

Daun teh hijau yang sudah direbus lalu didiamkan hingga tidak terlalu panas. Jika sudah lebih hangat, gosokkan teh pada bagian kulit yang menggelap.

Lakukan langkah ini sebanyak dua kali sehari sampai kondisi kulit Anda membaik.

6. Gunakan susu

Susu telah lama dikenal dapat mencerahkan kulit karena kandungan asam laktat di dalamnya. Anda bisa memanfaatkan susu dengan mencelup kapas pada cairan tersebut.

Setelah itu, gosok kapas tersebut pada kulit yang terkena hiperpigmentasi setiap dua kali sehari. Lakukan secara rutin.

7. Laser dan chemical peeling

Jika bercak gelap di kulit tidak kunjung hilang dengan menggunakan obat-obatan, dokter akan menyarankan untuk melakukan terapi laser atau chemical peeling.

Terapi laser atau Intense Pulsed Light (IPL) dapat membantu mengobati melasma, tetapi perawatan ini dapat menyebabkan kekambuhan.

Chemical peeling atau pengelupasan kimia dapat membantu memudarkan bercak gelap yang terjadi akibat paparan sinar matahari. Namun, Anda perlu berhati-hati dalam melakukan perawatan kulit ini karena dapat berisiko menyebabkan peradangan.

Hiperpigmentasi kulit bukan kondisi yang berbahaya dan dapat memudar dengan perawatan khusus. Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar hiperpigmentasi, silakan konsultasikan pada dokter spesialis kulit.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 27/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan